-->

Pinjaman Online Merebak, Rombongan Mahasiswa Terjebak


Oleh: Agusmi Yutika

Studi terbaru dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk "Penipuan Digital di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi" menunjukkan bahwa penipuan berkedok hadiah menjadi modus penipuan digital tertinggi di Indonesia. Hal itu dari riset yang dilakukan terhadap 1.700 responden (TEMPO.CO).

Akhir akhir ini media di hebohkan dengan ribuan mahasiswi terjerat pinjol (pinjaman online) bahkan ada yang mencapai miliaran rupiah. Ternyata kasus ini bermula dengan penipuan berkedok hadiah. Tak tanggung-tanggung tidak hanya satu-dua dengan mudah ribuan mahasiswi kampus terkenal di Indonesia itu sendiri menjadi korban.

Kejadian serupa tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada mahasiswa di kampus lainya, hanya saja besar kemungkinannya tidak membuat laporan atau tidak sampai pada media masa, atau bisa jadi kasuistik saja. Mengingat, perkembangan ekonomi era 5.0 ini begitu berperan aktif pada kehidupan pemuda saat ini tidak hanya memberikan kemudahan dalam kehidupan perkembangan teknologi berkembang satu paket dengan kejahatan.

“Hasil riset menunjukkan 66,6 persen dari mereka atau 1.132 orang pernah menjadi korban penipuan digital dengan penipuan berkedok hadiah (36,9) persen melalui jaringan seluler sebagai modus yang paling banyak memakan korban,” kata Ketua Tim Peneliti CfDS UGM Novi Kurnia dalam seminar web, Rabu, 24 Agustus 2022.

Sayangnya kasus penipuan online ini begitu berperan aktif seiring dengan perkembangan teknologi,mulai dari jenis SMS penipuan berkedok hadia, panggilan langsung dari bank sebagai pemenang undian, broadcast link format pemenang hadia, sampai pada dunia nyata seperti yang terjadi pada mahasiswa UGM di atas.

Persoalan ditengah masyarakat ini tentu saja merugikan, tidak sedikit orang-orang yang tergiur dengan iming-iming hadia sehingga terjebak dan bukanya untung malahan buntung. Seolah seperti gunung es kejahatan penipuan berkembang ketika memakan korban barulah ada penanganan. Tidak lain seperti pinjaman online yang bebunga riba’pun menjadi problem solving terutama dikalangan mahasiswa.

Faktor terjadinya pinjaman online

Persoalan ideologi kapitalisme, dalam ideologi ini kebahagiaan adalah dengan terpenuhinya keinginan sebesar-besarnya sehingga gaya hidup hedonis menjadi kiblat utama pemuda hari ini, seolah pemuda itu hidup hanya satu kali maka nikmatilah masa mudanya. Setiap hari gadget memberikan postingan kemewahan seperti hidup yang dilakoni para artis muda di tanah air hari ini. Sehingga semakin membuat gairah pemuda untuk meraih dunia ini dengan memenuhi keinginan dan ambisi.

Mahasiswa yang terjebak dalam pinjaman online baik berupa barang belanjaan ataupun berupa uang tunai yang bisa di tarik dengan mudah hanya bermodalkan identitas diri, sebagian mahasiswa memanfaatkan pinjaman itu untuk memenuhi kebahagiaanya dengan memenuhi harapan gaya hidup mewah, yang di idam-idamkan dengan barang-barang branded dan model terbarunya, termasuk pola hidup ingin kaya instan hanya bermodalkan selonjoran lalu keuntungan datang.

Tidak sedikit yang kemudian mengambil pinjaman online sebagai jalan ninjanya untuk melunasi biaya semesteran yang kian melonjak tinggi, sementara sulitnya mencari pinjaman dan memenuhi kebutuhan pendidikan menjadi mahasiswa ditepi jurang, sehingga mau tidak mau terjebak pada pinjaman online.

Tujuan pendidikan, sebagai mahasiswa adalah kasta tertinggi dalam dunia pendidikan, adalah kaum yang di harapkan bisa menjadi estafet perjuangan negri ini, dan bisa menjembatani antara harapan rakyat dengan pengusaha. Jauh panggang dari api, kini pemuda muslim hilang arah. Tujuannya dalam pendidikan segera lulus dan mendapatkan pekerjaan serta gaji yang layak untuk mengembalikan modal pendidikan dan melanjutkan kehidupan tanpa berperan aktif sebagai tonggak perubahan dunia.

Liberalisasi pendidikan, tidak sedikit pemuda yang lulusan SMA atau SMK yang tidak mampu menikmati sekolah tinggi disebabkan mahalnya ongkos pendidikan hari ini. Sehingga sumber daya manusianya pun mau tidak mau kehilang hak pendidikanya. Sebab jika ingin mengikuti seleksi beasiswa perguan tinggi negri yang direbutkan oleh ribuan calon mahasiswa itu tentu tidak memberikan kesempatan kepada seluruh pemuda untuk melanjutkan pendidikannya. Sementara sudah menjadi rahasia umum dalam pendidikan suasta dengan modal yang tinggi, serta biaya hidup yang mahal kian menjadi potret buruk dunia pendidikan hari ini.

Pendidikan dalam Islam

Didalam duni Islam, pendidikan adalah kewajiban bagi negara yang diberikan kepada seluruh warga negara daulah Islam(negara Islam) baik dia muslim ataupun non Islam. Pendidikan akan diberikan dengan sistem kurikulum Islam sebagai mabda(landasan) baku dalam pendidikan. Adapun pendidikan menjadi pabrik tempat mencetak sumberdaya manusia yang beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat untuk manusia. Sehingg wajar jika dalam masa kekhilafahan Abbasiyah Islam pernah meraih masa keemasan dengan berkembangnya seluruh ilmu dan pengetahuan dengan para ilmuan hebat yang tidak hanya menguasai satu bidang saja tetapi merekah juga menjadi ahli dalam ilmu lainya.

Walahualam