-->

Tragedi Kanjuruhan: Ajang bisnis?

Oleh: Milawati

Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada sabtu malam, 1 Oktober 2022 adalah tragedi kerusuhan supporter sepak bola yang menewaskan ratusan nyawa melayang.  Tragedi kanjuruhan yang terjadi sekarang ini, menjadikan satu-satunya sejarah terkelam dalam dunia  persepakbolaan Indonesia.  KEMENKO PMK  menyatakan jumlah Korban yang meninggal pada tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, sebanyak 132 orang, 35 di antaranya anak-anak, bahkan diprediksi korban jiwa lebih dari yang berhasil didata. Hal ini membuat masyarakat miris atas tragedi tersebut pasalnya tidak ada permainan yang berharga nyawa. 

Tragedi ini terjadi bermula dari ego fanatisme para suppotter sepak bola. Setelah wasit meniupkan peluit sebagai tanda selesainya permainan sepak bola berakhir, tiba-tiba para supporter Arema FC menerobos masuk lapangan karena tidak terima Arema FC kalah poin terhadap persebaya. Hal ini membuat supporter yang lain juga ikut turun terbawa emosi karena jagoannya kalah sehingga terjadi kerusuhan. Bukannya melerai apparat keamanan malah memperkeruh suasana dengan menembakkan gas air mata ditengah kerusuhan supporter. 

Gas air mata ditembakkan aparat kepolisian ke arah suporter yang turun ke lapangan dan bahkan ke arah penonton yang ada di tribune, Sehingga membuat penonton panik dan kalang kabut menyelamatkan diri akibat efek pedas pada mata dan sesak nafas, alhasil banyak yang terjatuh hingga akhirnya terinjak-injak ditengah kerumunan. Padahal penggunaan gas air  mata sendiri telah dilarah oleh FIFA (Federation Internationale de Football Association).

Tragedi yang terjadi ini harus  segera ditindaklanjuti penyelidikan terhadap aparat Polri dan TNI serta pihak-pihak yang melakukan tindakan berlebihan pada kerusuhan pasca pertandingan. Negara juga seharusnya ikut andil dalam mengusut tuntas masalah ini. Namun pernyataan dari Menteri BUMN, Eric Thohir Ketika bertemu dengan presiden FIFA Gianni Infantino di Doha mengatakan “ “Organisasi sepak bola internasional itu juga siap memberikan dukungan maksimal, dengan pertimbangan potensi, popularitas, dan perkembangan sepak bola di Indonesia, serta dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang konstan, market yang besar, dan kondisi sosial politik yang stabil,”. Pernyataan yang diberikan oleh Eric Thohir sangat tidak pantas, karena ditengah banyak duka yang dialami oleh keluarga korban tragedi kanjuruhan, justru menjadikan hal itu sebagai prospek bisnis sepak bola nasional. Padahal pihak yang seharusnya bertanggungjawab atas inseden ini masih belum ditetapkan karena semua saling lempar tanggung jawab. “Belum lagi,banyak yang mempertanyakan apakah kejadian ini murni kecelakaan, melihat begitu banyaknya korban meninggal maupun luka-luka. Terlebih, setelah pengakuan pihak Polri bahwa gas air mata yang digunakan kadaluarsa, di tengah kecaman publik atas penggunaan gas air mata di area semi-indoor. Sepertinya tanggungjawab hukum bukan perkara penting,” pungkas aktivis muslimah Endiyah Puji Tristanti.

Berulangnya kerusuhan dalam pertandingan sepak bola seolah-olah menunjukkan pembiaran negara atas hal ini.berbagai peristiwa kerusuhan yang terjadi sebelumnya dalam pertandingan-pertandingan sepak bola seharusnya sudah mejadi pelajaran dan pengalaman penting bagi negara, agar kejadian serupa tidak terulang Kembali. Beginilah yang akan terjadi di dalam sistem kapitalisme-sekuler sekarang ini, yang justru dijadikan sebagai ajang untuk meraup keuntungan oleh pihat yang berkaitan. semuanya dilihat dari sisi manfaat belaka tidak mengenal apakah itu ada kelurga korban yang masih berduka atau tidak. Dimana setiap keputusan maupun perbuatan, orientasinya hanya berstandar pada nilai materi, berbeda halnya dengan sistem islam.

Dalam sistem islam permainan sepak bola dipandang sebagai olahraga. Kalah dan menang adalah hal yang wajar dan tidak ada perpolitikan  dibelakangnya sehingga tidak akan ada kecintaan sebagian masyarakat terhadap klub tertentu yang nantinya dapat melahirkan sikap fanatisme dan pembelaan terhadap klub kesayangan. Islam sangat menjaga nyawa. Jangankan ratusan nyawa, satu nyawa dalam islam merupakan sesuatu yang berharga. Perumpamaan pentingnya nyawa seseorang muslim dalam islam digambarkan dalam sebuah sabda Rasulullah Saw “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turdmidzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Dalam kasus Kanjuruhan yang terjadi saat in Islam memiliki beberapa solusi dalam penyelesainnya. Pertama, dari aspek individu. Salah satu penyebab tragedi Kanjuruhan tentu diawali dengan dorongan fanatisme suporter dan pandangan akan kebahagiaan hidup yang keliru oleh umat Islam saat ini. Sehingga, Islam memberikan solusi berupa sistem pendidikan yang khas, dimana goals dari pendidikan Islam bagaimana membentuk generasi memiliki kepribadian Islam, yang dengan itu mereka dapat memahami tujuan hidupnya yang hakiki. Kedua, dari aspek keamanan dan sanksi.

Dalam pandangan Islam negara memiliki peran sebagai pengurus dan pelindung (perisai) bagi setiap rakyat. Sehingga, kesejahteraan, keamanan, dan keselamatan rakyat adalah tanggung jawab negara. Negara wajib menyediakan aparat keamanan yang kapabel dan tidak reprensif. Kemudian menetapkan sanksi yang tegas lagi menjerahkan terhadap aparat maupun setiap pihak yang terlibat dan bertanggung jawab “dalam tragedi kelam tersebut. Ketiga, mengganti mabda (ideologi) sekular kapitalisme yang masih diemban negara saat ini menjadi mabda Islam,

Sebab, akar dari problem ini sejatinya lahir dari ideologi cacat yang diterapkan negara saat ini, dimana pemisahan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai standar kehidupan melahirkan generasi yang hedon, aparat keamanan yang reprensif tiap pihak sibuk mengejar keuntungan, dan negara menjadi abai terhadap keselamatan rakyat. Sedangkan Islam bukan hanya perperan sebagai agidah tetapi juga ideologi yang melahirkan aturan kehidupan yang sempurna sebab berasal dari sang maha sempurna. Hal ini terbukti dari catatan sejarah kegemilangan peradaban Islam yang mampu bertahan selama 13 abad lamanya dan menyatukan 2/3 bagian dunia dalam satu ikatan yang kuat yakni ukhuwah Islamiyah di bawah sistem kepemimpinan Islam. Wallahu'alam Bisshawab