-->

PROFIT ORIENTED, BUKTI SUBURNYA KAPITALISME

Oleh : Amirah Syafiqah (Aktivis Mahasiswi)

Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi mencatat, total kerugian masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp 117,5 triliun dalam kurun waktu 10 tahun atau sejak 2011 hingga awal tahun ini. Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L. Tobing mengatakan, masyarakat masih mudah tergiur dengan penawaran dan janji keuntungan yang tidak wajar dalam waktu cepat oleh para pelaku investasi bodong tersebut. (katadata.co.id)

Namun tidak dipungkiri tergiurnya masyarakat dengan penawaran dan janji keuntungan pada investasi bodong ini, bukanlah tanpa alasan, melainkan citra yang dibangun oleh para crazy rich di media sosial memang terlihat begitu menarik. Usia muda, sukses dan berlimpah harta membuat banyak orang termasuk kalangan pemuda merasa insecure dan merasa perlu mengikuti jejak mereka.

Disisi lain, masyarakat dan kalangan muda khususnya banyak yang termakan rayuan untuk mengikuti bisnis trading binary option salah satunya adalah binomo, padahal bentuk investasi bisns seperti ini ialah investasi yang tidak berwujud baik barang ataupun jasa, sehingga bisnis seperti ini adalah bentuk dari perjudian pula.

Pada hakikatnya, munculnya masyarakat yang tergiur akan kekayaan yang instant adalah buah dari sistem kapitalisme, yang sangat merujuk pada kemanfaatan semata dan kebebasan individu, cara berfikir dalam sistem kapitalisme saat ini ialah menjunjung tinggi pada keuntungan, sehingga tak akan mempedulikan bisnis tersebut termasuk judi dengan prinsip yang penting mendapatkan untung, ditambah lagi kebebasan individu yang digaungkan dalam sistem kapitalisme saat ini semakin membebaskan manusia untuk melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa ada batasan apapun. 

Sehingga dapat dikatakan bahwa buah dari sistem kapitalisme yang saat ini berkuasa di dunia ialah menjadikan standar sebuah kebahagiaan hanyalah materi saja, tak heran jika banyak masyarakat tertipu daya dengan tawaran-tawaran bisnis yang tidak mempertimbangkan halal-haramnya.

Padahal Sebagai pembawa risalah, Rasulullah saw. telah mengingatkan bahaya yang ditimbulkan akibat ambisi manusia pada harta, “Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan.” (HR At-Tirmidzi)

Islam pun juga telah mengajarkan bahwa setiap harta yang dimiliki pasti akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Tidak bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya ke mana dia habiskan, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang harta dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan” (H.R Tirmidzi)

Adapun bagi seorang muslim memiliki harta kekayaan bukanlah menjadi ajang untuk pamer melainkan sebagai wasilah untuk taqarrub kepada Allah SWT, dengan cara mengluarkan harta tersebut untuk sesuatu yang mendatangkan  Ridha Allah SWT.

Sebab itu untuk menjaga diri serta masyarakat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang menjerumuskan maka perlu adanya pererdasa ditengah-tenga umat terkait dengan finansial, agar diri dan masyarakat tidak tertipu dengan segala investasi instant yang berjamur saat ini, namun, bukanlah kecerdasaan finansial saja yang dibutuhkan tapi butuh juga akan kecerdasan fianansial yang berlandaskan dengan syara’ yang mana aktivitasnya mempertimbangkan halal –haram.

Hal ini juga membutuhkan peran negara, jika negara ingin untuk memberikan sebuah standar dengan halal dan haram maka pastinya butuh akan penerapan sistem islam. Sebab hanya Islamlah yang memiliki standar yang jelas akan sebuah aktivitas dilakukan atau ditinggalkan termasuk dalam berbisnis, Islam juga memiliki peraturan yang jelas dan sempurna termasuk dalam perekonomian. 

Wallahu’alam