-->

PERUBAHAN PARADIGMA, DEMI PERADABAN GEMILANG

Oleh : Erlyn Lisnawati 

Boleh jadi, angin segar akan dirasakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bandung, hal ini disebabkan akan mendapatkan cuan dari Bank BJB sekitar Rp. 70 miliar dari pembagian dividen. Estimasi itu meningkat seiring dengan adanya penyertaan modal tambahan pemerintah Kabupaten Bandung. Faktanya, selama ini Bank BJB termasuk sebagai salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kabupaten Bandung yang signifikan. Itu didapat dari pembagian dividen setiap tahunnya ( fokussatu, 10/2/22 ). 

Anggota Badan Anggaran ( Banggar ) DPRD kabupaten Bandung, Praniko Imam Sagita, mengatakan penambahan modal yang didapat dari dividen  Bank BJB sekitar Rp. 70 miliar. Ini semua dikarenakan pemerintah Kabupaten Bandung sebagai pemegang saham terbesar kedua di Bank BJB. Dividen dari Bank BJB ini menjadi salah satu PAD terbesar diluar berbagai pungutan pajak.

Merujuk pada fakta diatas, apakah bisa negeri ini merubah paradigma dalam upaya menambah pendapatan?
Sepertinya hal yang sangat sulit keluar dari lingkaran aktivitas perbankan ribawi. Bagaimana tidak, prinsip ekonomi kapitalisme memang sudah mendarah daging di negeri ini, mulai dari tingkat atas sampai dengan bawah. Kas negara diambil dari sumber haram ( pembagian laba/ dividen dan aktivitas perbankan ribawi ). Perolehan dari jalan haram, tidak akan memberikan keberkahan bagi masyarakat dan negeri ini umumnya. Disisi lain, Sumber Daya Alam ( SDA ) yang melimpah tidak dikelola dengan benar.

Sejak awal pengelolaan Sumber Daya Alam disandarkan pada ekonomi kapitalistik. Konsep kapitalisme tidak memberikan manfaat besar bagi rakyat. Ini semua telah menjadikan korporasi swasta menguasai SDA. Pada hakekatnya Sumber Daya Alam adalah bagian dari aset yang seharusnya dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat, bukan dikelola oleh pihak swasta, asing ataupun pribadi. Pedoman dalam pengelolaan kepemilikan umum antara lain merujuk pada sabda Rasulullah SAW 

" kaum muslim berserikat ( memiliki hak yang sama ) dalam tiga hal : air, rumput, dan api" ( HR. Ibnu Majah ).

Disini jelas, kepemilikannya adalah milik seluruh rakyat dan fungsi negara adalah sebagai pengelola untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat.

Ironisnya lagi, mengapa negeri ini dari dulu sampai saat ini selalu ada dalam lingkaran ribawi dalam pembangunan ekonomi. Padahal, negeri ini memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, sumber daya alam yang terbanyak dan terbaik, kesuburan tanah, flora dan fauna, cadangan minyak, gas ,batubara dll. Kembali, jawaban ini dikarenakan negeri ini menerapkan sistem ekonomi kapitalistik. Dalam sistem kapitalistik, utang, ribawi, dan pajak menjadi sumber andalan utama pembangunan ekonomi. Akibatnya, rakyat akan selalu dipalak, karena pajak. Jadi, dalam sistem ini jangan ada cita - cita untuk tidak berhutang ribawi. 

Padahal jelas dalam Al Qur'an bahwa riba itu haram (TQS Al Baqarah : 275 " Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ").

Seharusnya, pendanaan negara bertumpu pada apa - apa yang telah ditetapkan syariat. Dalam sistem Islam, Baitul mal merupakan lembaga yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Pos Baitul mal didapat dari : harta kepemilikan negara diantaranya ganimah, kharaj, jizyah, fai, pajak, sewa tanah milik negara. Selain itu juga dari hasil pengelolaan harta kepemilikan umum salah satuny barang tambang, hutan dll. Pos lainya yakni dari zakat harta, zakat ternak, zakat pertanian dsb.

Dengan penerapan politik ekonomi Islam, negara akan kuat secara ekonomi, tidak akan terjerat utang negara lain, apalagi utang ribawi yang jelas diharamkan Allah. Dengan pemasukan yang beragam serta kegiatan ekonomi yang bertumpu pada sektor rill dan produktif, pendapatan negara akan selalu mengalir dari generasi ke generasi.  

Negara juga tidak akan pernah membebani rakyat dengan pajak, karena negara memiliki sumber pemasukan yang aman. Sebagai pemegang amanah dan tanggung jawab rakyat, penguasa sudah seharusnya menjalankan amanah ini dengan sebaik mungkin. Dengan Islam, umat akan terbebas dari berbagai macam problematika, akan merasakan peradaban gemilang yang penuh keberkahan. InsyaaAllah.

Wallahu alam bi shawab