-->

Penceramah Radikal atau yang Dicintai Umat?

Oleh : Desi Sae (Mentor Teman Hijrah Klaten)

Masyarakat kembali dihebohkan dengan beredar nya 180 daftar penceramah radikal. 

Padahal tokoh tokoh yang masuk dalam daftar tersebut adalah yang punya tempat di hati umat seperti halnya Ustadz Felix Siauw dimana followernya di akun sosmednya tembus 1 juta. Mereka merupakan para penceramah yang sebenarnya punya pengaruh atas hijrahnya banyak orang menuju ketaatan pada Allah. 

Dalam acara "Catatan Demokrasi" yang disiarkan secara Live di TV One , Ustadz Ismail Yusanto yang masuk dalam daftar number one pun menyatakan, 
"Isu Radikal ini saya kira tidak nyambung dengan apa yang tengah dihadapi oleh bangsa dan negara ini, tadi kita sudah lihat, ada KKB menembak 8 orang, itu yang melakukannya tidak disebut orang orang Radikal. Ini persoalan kongkrit, mengapa tiba tiba pejabat pada angkat persoalan tersebut? Seolah-olah problem negara ini ditimbulkan oleh radikal. 

Korupsi siapa yang melakukan? Sebagian dari mereka yang kemarin bilang saya Indonesia, saya cinta Pancasila, ternyata OTT, dan dia tidak disebut Radikal. Karena itu menurut saya lebih baik difokuskan untuk menyelesaikan persoalan yang penting seperti halnya Liberalisme ekonomi dan lain sebagainya " 

Jika yang dimaksud Radikal adalah yang kritis terhadap kedzaliman dan mengajukan solusi bagi perbaikan kondisi bangsa ini, maka bisa jadi tudingan pemerintah kepada pihak yg dicap radikal ini karena dianggap mengganggu stabilitas kursi kekuasaan, terlebih saat ini masa masa menjelang pemilu. Dimana faktanya masyarakat sudah hilang kepercayaannya pada pemerintah. Lantas, Pemerintah terus memprovokasi publik agar mewaspadai, tidak mendengarkan dan mengundang penceramah Radikal. Namun upaya pemerintah ini seperti nya tidak membuahkan hasil karena penceramah yg dituding Radikal sudah terlanjur ada di hati umat, yang terbukti telah melakukan banyak kebaikan dan perbaikan untuk masyarakat.

Jika belajar dari perjalanan sejarah bangsa ini, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol adalah rentetan nama pemberontak yang disebut radikal bagi penjajah Belanda, namun mereka adalah pahlawan bagi rakyat. Jadi radikal pun demikian, tergantung kacamata siapa yang melihatnya. Masyarakat juga semakin faham, siapa saja tokoh yang benar benar bermanfaat membawa kebaikan umat dan siapa saja tokoh yang jelas jelas merugikan negara. 

Yang ikhlas berjuang untuk Allah lah yang tentunya akan senantiasa dikenang kebaikan kebaikannya oleh umat.