Valentinan Kan Cuma Buat Seru-Seruan Aja?
Oleh : Muthi Idris
Hai apa kamu tinggal di daerah yang pemerintah setempatnya menyebarkan surat edaran tentang larangan Valentine day? Kalau iya, kira-kira kamu seneng dan bersyukur atau sedih dan merasa ngenes? Wkwkwk
“Yaelah, kuno banget sih, pemerintah sampai ngatur-ngatur kita, pake acara larang-larang Valentinan!” mungkin kalimat itu bisa sedikit mewakili beberapa kalangan remaja yang kontra terhadap surat edaran larangan Valentine, para remaja yang supportful modernisasi. Moga aja bukan kamu yaaaa!
“Valentinan kan buat seru-seruan aja! Lagian kan Cuma ucapan aja, kita bisa jaga diri kok!” Benarkah hanya sekedar itu? Nampaknya gak sesimpel itu juga ya guys! Bagaimana menurutmu tentang fakta yang terjadi di sekitar kita yang mungkin awalnya menyatakan hal sama, ‘cuma buat seru-seruan aja’, berikut ini?
Pertama, pengidap HIV/AIDS di Kota Bekasi semakin mengkhawatirkan, sejak Mei 2019 saja sudah tercatat 109 orang. Penyebaran didominasi oleh prilaku seks bebas bukan dari pemakaian jarum suntik bergantian. Didominasi oleh kalangan usia produktif, 17 tahun sampai 47 tahun. (sindonews.com, 25/6/2019)
Kedua, terjerumus gaul bebas, akhirnya hamil diluar nikah, malu dan aborsi pun menjadi pilihan. Polda Metro Jaya di Pedurenan, berhasil mengamankan praktik jasa aborsi ilegal di Bekasi dan mengungkap data pasien yang rata-rata berusia 17 tahun. (metro.sindonews.com, 10/2/2021)
Biasanya sih data-data survey itu hanya mewakili dan tidak benar-benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Artinya bisa jadi kayak fenomena gunung es, aslinya jauh lebih banyak dan tidak terungkap. Ngeri gak tuh guys! Lagian, kalo kata orang kita itu masih bau kencur, masih banyak yang harus kita pahami, kita pelajari tentang dunia dan kehidupan ini, jangan gampang terpengaruh dengan keburukan atau sesuatu yang viral.
Ya kalau menurutku sih, kita harus belajar untuk berpikir kritis dulu sebelum melakukan dan memutuskan sesuatu. Jangan Cuma karena orang-orang juga ngelakuin terus kita juga ikutan, apalagi kalau kita muslim tentu pola pikir kita harus tersetting dengan filter rida Allah dan halal-haram, ya gak sih!
Dalam Quran surat Al-Isra ayat 32; "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."
Senada dengan larangan para pemerintah daerah dalam merayakan Valentine, karena bertentangan dengan karakter budaya bangsa kita, bertentangan dengan syariat Islam, dan agar para pelajar bisa fokus belajar, mengisi waktunya dengan hal-hal positif dan meninggalkan hal-hal negatif.
Harusnya bersyukur sih, pemerintah daerah udah menggunakan kekuasaanya dengan benar untuk melindungi generasinya dari kerusakan dengan menerbitkan surat edaran pelarangan tersebut. Meski harusnya pencegahan pergaulan bebas remaja itu ngga cuma pas momen Valentine aja tapi juga diterapkan dalan undang-undang, dimana pelaran itu berlaku untuk sepanjang waktu.
Kebayang gak sih, kenapa sekarang kita gampang banget ngikut-ngikut keburukan daripada kebaikan? Ya, karena aturan yang diterapkan mendukung keburukan, hal buruk bisa dengan mudah ditemui dan dilakukan karena dibiarkan, sehingga menjadi biasa dan menjadi budaya. Coba kalo sebaliknya, hal-hal baik, syariat Islam kaffah yang diterapkan, tentu kita juga akan lebih mudah terpengaruh untuk melakukan kebaikan, mungkin yang akan viral itu istilah, “nggak taat, ngga keren”, dan bakal jadi aib banget kalo sampai berani pacaran atau gaul bebas, ya gak sih?
So, sebenernya memang buat jadi baik, jadi taat, yang gak memaknai hidup cuma buat seru-seruan aja itu sangat perlu peran pemerintah. Kita ngga bisa baik sendirian sedangkan lingkungan masih didominasi oleh keburukan.
Yups, itulah tugas kita yang berat namun mulia dan berbalas pahala yang besar adalah terus memperbaiki diri juga sekaligus memperbaiki masyarakatnya agar terbenruk perasaan, pemikiran dan penerapan sistem bernegara yang sahih yaitu sistem Islam.
Wallahu alam bi shawab.
Posting Komentar