Radikalisme : Strategi Barat untuk Memecah Belah Kaum Muslimin
Oleh : Nurul Aryani
Pada awal tahun 2022 ini proyek cegah radikalisme masih saja dilakukan. Melihat betapa ngototnya proyek ini dijalankan bahkan dengan cara-cara baru maka tentu memberi kesan radikalisme ini sangat berbahaya. Namun fakta ditengah masyarakat radikalisme tidak tampak berbahaya. Tidak kita jumpai orang kelaparan karena radikalisme, orang miskin akut karena radikalisme, penumpukan sampah, pencemaran air, udara, laut atau kesusahan-kesusahan yang dialami masyarakat maupun alam ini karena radikalisme. Begitu juga Hingga kini tidak ada bukti nyata ditengah-tengah ummat "wujud" dari radikalisme ini sendiri. Hanya narasi demi narasi saja yang dari dulu ditebarkan ke tengah masyarakat.
Langkah-langkah berlebihan yang diambil penguasa dalam mencegah radikalisme justru diduga bisa mengakibatkan "ketakutan" dan "kekhawatiran" dan saling curiga ditengah masyarakat. Apalagi dengan adanya rencana pemetaan masjid oleh Badan Keamanan Negara sebagaimana dilansir oleh Harianaceh.co.id bahwa Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri Brigjen Umar Effendi mengaku bakal melakukan pemetaan terhadap masjid-masjid untuk mencegah penyebaran paham terorisme yang disampaikan dalam agenda Halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme yang digelar MUI disiarkan di kanal YouTube MUI pada 25 Januari lalu.
Jika rencana pemetaan masjid ini disampaikan dalam Topik besar pembahasaan halqah yakni untuk Mencegah ekstremisme dan terorisme. Maka yang menjadi pertanyaan apakah diperlukan pemetaan masjid dalam rangka hal tersebut? Karena hal ini bisa menimbulkan dugaan adanya framing negatif terhadap masjid yang merupakan tempat ibadah ummat muslim sebagai tempat tersebarnya ekstremisme dan terorisme didalamnya sehingga harus dicegah.
Selain rencana pendataan masjid tuduhan tidak mengenakkan datang dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar yang mengatakan masih menemukan adanya pondok pesantren yang diduga terafiliasi dengan jaringan teroris. Jumlahnya mencapai ratusan pondok pesantren di berbagai wilayah (nasional.tempo.co 25/01/22).
Tidak Adil Terhadap Ummat Islam
Munculnya pernyataan yang terkait dengan radikalisme maupun terorisme dari BNPT maupun dari sisi Polri mengarah pada benang merah yang sama yakni radikalisme seolah berhubungan dengan Islam. Dari rumah ibadah hingga tempat belajar khas milik kaum muslimin (pesantren).
Jejak-jejak digital juga menunjukkan hal yang sama ditahun-tahun sebelumnya. Misalnya pada 2018 adanya hasil riset dari Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) dan Rumah Kebangsaan yang mengatakan sebanyak 41 dari 100 masjid kantor pemerintahan di Jakarta terindikasi paham radikal. Pada tahun yang sama juga BIN menyebut ada 50 penceramah yang berpaham radikal (news.detik.com, 20 Nov 2018).
Pernyataan Polri maupun BNPT sangat disayangkan karena sangat melukai kaum muslimin. Penyataan yang cenderung fitnah kepada pesantren ini juga disangkal oleh Sekretaris Jenderal Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI), KH Akhmad Alim yang mengatakan bahwa Sejarah membuktikan bahwa pesantren memberikan sumbangsih besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Kala itu, para kiai, ulama, santri, ajengan, tuan guru, bahkan habib bersatu untuk mengusir penjajah.Sehingga tidak ada pesantren yang mengajarkan hal radikal,Karena itu, menurut dia, tidak perlu lagi ada narasi yang terkesan mencurigai keberadaan pesantren (Republika.id 28/01/2022).
Penguasa dan jajaran di negeri ini terkesan mencurigai pesantren, masjid hingga ulama kaum muslimin dengan terus memberi pernyataan yang berulang senada akan terorisme dan radikalisme yang dikaitkan dengan aspek-aspek Islam tersebut. Hal demikian tidak adil bagi ummat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini. Pasalnya juga Laporan yang sama tidak ditemui untuk tempat, sekolah, atau orang biasa. Tetapi terus dikaitkan dengan Islam. Apakah BNPT tidak mendata atau melakukan pengkajian terhadap tempat lain, sekolah lain, rumah ibadah agama lain, dan lain sebagainya diluar Islam sehingga hanya merilis data yang berkaitan dengan Islam dan radikalisme?
Mengaitkan radikalisme dengan yang berbau Islam seperti ajaran-ajaran Islam yang mulia, masjid, pesantren, penampilan Kaum muslimin dll justru menampakkan wajah Islamophobia yang sangat jelas ditubuh rezim.
Radikalisme: Proyek Barat Memecah Belah Kaum Muslimin
"Orang-orang kafir tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian—seandainya saja mereka sanggup" (QS al-Baqarah: 217).
Isu radikalisme sejatinya adalah isu lanjutan dari terorisme yang dikampanyekan terus menerus oleh AS pasca tragedi WTC 11 September 2001. Maka tidak heran jika terorisme dan radikalisme selalu digandengkan dan dibicarakan dalam satu forum hal ini tidak lain karena keduanya sama-sama dibuat oleh AS untuk menyerang Islam dan kaum muslimin.
Islam yang lurus dan berpedoman pada kitabullah dan sunnah Rasul SAW dijadikan target dan diframing sangat berbahaya oleh barat. Karena kekuatan Islam sangat besar pengaruhnya pada kekalahan mereka di masa lalu.
Karena itu mereka tidak hentinya melemahkan Islam agar kekuatan merekalah yang tampak di dunia saat ini yang mereka gunakan untuk menjajah kaum muslimin secara politik, budaya, ekonomi hingga digunakan untuk memeras sumber daya alam yang melimpah di negeri kaum muslimin. Jika kaum muslimin mengambil Islam sebagai jalan hidup dan ideologi hidup mereka, maka kaum muslimin akan bangkit dan melepaskan diri dari belenggu barat tersebut.
Sehingga salah satu tujuan dari kampanye cegah radikalisme adalah mengambil Islam moderat sebagai solusi. Islam moderat sendiri adalah Islam yang dibuat oleh barat dan sangat jauh dari Islam sesungguhnya. Jika kaum muslimin mengambil Islam moderat maka semakin jauhlah mereka dari kekuatan dan kemuliaan. Justru inilah yang ditargetkan barat. Kaum muslimin yang lemah dan mengikuti ajaran Islam versi mereka.
Barat juga melakukan pegkajian kaum muslimin melalui lembaga timteng mereka yakni Rand corporation. Mereka menetapkan salah satu strategi menghancurkan Islam adalah dengan mengelompokkan mereka dan mengadu domba mereka. Maka dibagilah kaum muslimin menjadi beberapa kelompok versi mereka.
Mereka membagi kaum muslimin menjadi Islam moderat dan Islam radikal juga tidak lain untuk mencitraburukkan salah satunya dan menjadikan yang lainnya solusi. Tujuan mereka adalah melemahkan tubuh kaum muslimin itu sendiri dengan mengadu domba dua kelompok ini. Padahal Islam hanya satu. Kaum musliminpun adalah ummat yang satu yakni ummat Rasulullah SAW.
Maka Nampak sekali bahwa sesungguhnya melawan radikalisme adalah melawan Islam itu sendiri. Hal ini dijelaskan oleh Noam Chomsky yang menyebutkan bahwa permainan stigma barat ini sebagai "newspeak" untuk membatasi pandangan dan realita sehingga dampak yang diinginkan oleh barat adalah jika diucapkan kata teroris, ekstremis, fundamentalis, maupun kelompok radikal maka konotasinya tidak jauh dari negeri-negeri Islam.
Maka menjadi hal wajar jika Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia akan selalu menjadi target operasi untuk mencegah radikalisme atau sejatinya mencegah kekuatan Islam.
Barat juga sengaja mencitraburukkan Islam karena dengan inilah mereka memperoleh kemenangan tertingginya. Hal ini tertuang dalam dokumen Rand Corporation 2006 dengan judul "Building moderate muslim networks".
Maka langkah-langkah yang dilakukan barat adalah menjelekkan Islam baik itu ajarannya, rumah ibadahnya, sekolah-sekolah Islam, dan lain-lain. Semua ini tidak lain agar penduduk negeri-negeri Islam mengalihkan pandangan mereka dari Islam dan juga turut mendukung barat baik secara diam-diam maupun terang-terangan.
Ekstremisme, radikalisme, maupun terorisme adalah istilah buruk yang disematkan barat kepada Islam. Hal ini dicontohkan sendiri oleh George W Bush yaitu mantan presiden AS yang menyatakan Islam sebagai ideologi para ekstremis.
Inilah yang barat kampanyekan ke negeri-negeri kaum muslimin melalui kaki tangan mereka. Maka tidak heran jika ucapan serupa diucapkan oleh penduduk atau penguasa muslim di negeri-negeri kaum muslimin. Karena hari ini posisi dan kekuatan dunia dipegang oleh AS sebagai negara adidaya yang otomatis juga mengatur percaturan politik secara internasional.
Kaum Muslimin Bersatu
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (TQS Ali Imran: 103).
Allah SWT melarang kaum muslimin bercerai-berai dan memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu dalam agama Allah. Persatuan kaum muslimin tidak akan terwujud ketika mereka atau penguasa mereka masih mengaminkan strategi barat. Karena barat hanya menginginkan kaum muslimin terpecah-belah dan saling memerangi diantara mereka.
Agar kaum muslimin bersatu dalam Agama Allah, maka aum muslimin harus memiliki pemahaman :
1. Islam adalah agama yang mulia. Islam bukan agama teror dan Islam tidak mengajarkan keburukan sedikitpun didalam ajarannya.
Allah SWT berfirman: “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (TQS.Al Anbiya: 107).
2. Fitnah dan tuduhan keji barat kepada Islam tidak akan surut. Sehingga kaum musimin harus memiiki kekuatan untuk berlepas dari fitnah dan tuduhan barat ini serta tidak terjebak didalamnya. Yakni dengan menegakkan institusi negara yang kuat dan bersifat global yakni khilafah Islamiyyah.
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya” [Hr. Bukhari dan Muslim].
Maka kaum muslimin sudah saatnya mengembalikan pelindung mereka yang menjaga dari berbagai fitnah serta menyatukan kaum muslimin.
Wallahu’alam bisshowab.
Posting Komentar