-->

Mewaspadai Intervensi Asing Dalam Konflik Kazakhstan

Oleh : Dinda Kusuma W T (Aktivis Muslimah Jember)

Kazhakstan adalah salah satu negara berpenduduk mayoritas muslim yang belakangan ini sedang menjadi sorotan dunia akibat gejolak yang melanda negara tersebut. Negara ini merupakan negara ke-2 terbesar dalam pecahan Uni Soviet setelah Rusia. Warga Muslim di Kazakhstan mencapai 70 persen dari total penduduk sekitar hampir 19 juta jiwa.

Saat ini Kazakhstan tengah menghadapi gelombang demonstrasi yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Pemerintah Kazakhstan sering digambarkan sebagai otoriter, dan sebagian besar pemilihan dimenangkan oleh partai yang berkuasa dengan hampir 100% suara. Tidak ada oposisi politik yang efektif. Sejak meletusnya konflik, alun-alun Almaty berubah bagaikan zona perang. Suara tembakan dan ledakan membuat orang-orang merasa takut untuk meninggalkan rumah mereka. Ada antrean panjang di pom bensin. Pusat perbelanjaan, supermarket, kafe, dan restoran semuanya tutup sehingga warga kesulitan membeli makanan. Kediaman presiden di Almaty dan kantor walikota dibakar. Kementerian Kesehatan Kazakhstan mengatakan sekitar 1.000 orang terluka dalam kerusuhan itu.

Sayang, makin masifnya demonstrasi ditanggapi secara represif oleh pemerintah setempat. Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecat seluruh kabinetnya pada hari Rabu (05/01/2021) dalam usaha untuk mencegah demonstrasi. Kemudian secara brutal memerintahkan pasukan keamanan "menembak tanpa peringatan", di tengah upaya meredam demonstran yang semakin tak terbendung. Presiden Tokayev juga menyebut demonstran sebagai bandit. Tepatnya Ia mengatakan "20.000 bandit" telah menyerang kota Almaty. Ia juga mengklaim bahwa para demonstran adalah teroris yang telah dilatih di luar negeri namun tanpa bukti apapun. 

Tokayev tidak mengindahkan seruan untuk berbicara dengan para pengunjuk rasa dan mengatakan, "Pembicaraan seperti apa yang bisa dilakukan dengan penjahat dan pembunuh?" Tokayev malah meminta bantuan kepada Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia untuk memadamkan protes. Blok tersebut mencakup Rusia, Kazakhstan dan negara-negara bekas Soviet yaitu Belarus, Tajikistan dan Armenia. Permintaan ini langsung disambut oleh Rusia. Sebanyak 2500 tentara pun langsung dikirim ke Kazakhstan. CSTO mengatakan tentara-tentara itu adalah pasukan penjaga perdamaian dan akan melindungi instalasi negara dan militer. Mereka akan tinggal di negara itu selama beberapa hari atau minggu (BBC.com, 07/01/2022). 

Kazakhstan memiliki nilai penting bagi Rusia sebagai mitra ekonomi. Dulu, Kazakhstan adalah bagian dari Uni Soviet dibawah pemerintahan Islam sebelum dipecah belah oleh penjajah Eropa. Ikut campur tangan negara adidaya seperti Amerika Serikat atau Rusia dalam konflik negara kecil khususnya negara muslim adalah lagu lama. Sebut saja Irak, Afghanistan, Libya, Suriah dan negara konflik lainnya. Gejolak dalam negara muslim seolah ladang subur bagi Asing untuk menanamkan bibit-bibit penjajahan. Berdalih seolah ingin membantu penyelesaian konflik, namun dibalik itu ada niat yang lebih besar yaitu menguasai kekayaan sumber daya alam yang berlimpah di negara-negara tersebut.

Kehadiran asing dalam konflik internal negara muslim bukannya meredakan suasana justru membuat konflik semakin berkepanjangan. Contohnya Suriah yang telah mengalami perang saudara sejak tahun 2011. Rusia mengintervensi Suriah, dengan ikut campur tangan antara konflik Rezim Baashar Al-Assad dengan pihak oposisi dimana Rusia mendukung Rezim Baashar Al-Assad. 

Dukungan yang dilakuan Rusia terhadap Suriah dalam konflik internal Suriah berupa dukungan militer dan non-militer atau diplomatik. Secara militer, pemerintah Suriah bersama Rusia membombardir daerah-daerah yang dianggap basis pergerakan oposisi. Tidak peduli meskipun disitu banyak rakyat sipil, wanita dan anak-anak yang tidak berdosa menjadi korban. Hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran HAM berat dan mendapat kecaman negara-negara di dunia. Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 500.000 orang. Kenyataannya, intervensi asing memperkeruh konflik dan menewaskan banyak orang khususnya kaum muslimin.

Intervensi yang dilakukan Rusia terhadap negara-negara muslim ini sesungguhnya disebabkan karena kepentingan nasional Rusia sendiri. Bisa menyangkut kepentingan pertahanan atau militer, ekonomi, ideologi, hingga penguasaan sumber daya alam yang potensial. Jelas, Intervensi asing dalam konflik negara muslim harus selalu kita waspadai. Indonesia yang juga merupakan negara berpenduduk mayoritas muslim, sepatutnya turut prihatin dan memperhatikan konflik-konflik yang terjadi di negara muslim lainnya. Mengingat Islam memandang bahwa seluruh umat muslim bersaudara apapun ras dan bangsanya, seharusnya umat Islam dunia turut andil dalam usaha penyelesaian konflik.

Sebagaimana kita sadari bersama, selama seabad  belakangan, kaum muslimin sedunia didera beragam persoalan. Umat Islam dalam kondisi lemah dan terpuruk. Dimanapun berada menjadi bulan-bulanan, objek diskriminasi bahkan kambing hitam. Berbagai tuduhan radikal dihantamkan kepada umat islam dan ajarannya. Kondisi ini tak lain disebabkan sudah lenyapnya Khilafah Islamiyyah yang berfungsi sebagai pelindung seluruh umat Islam di dunia.

Tidak adanya seorang Khalifah, pemimpin tunggal kaum muslimin, menyebabkan rasa segan kaum kafir penjajah menjadi lenyap. Umat Islam sendiri mulai menjauh dari ajaran Islam yang benar dan lurus. Semakin menjauhkan diri dari kebangkitan. Namun demikian, Umat Islam terbukti merupakan suatu komunitas yang masih mampu bertahan, tidak punah, meski diterpa berbagai macam kesulitan. 

Umat Islam selalu memiliki harapan yang tidak akan pernah padam. Ibarat seseorang yang mengikuti perlombaan maraton, umat Islam bukanlah pelari yang lumpuh sama sekali. Dia hanya sedang terluka, sehingga untuk sementara waktu hanya mampu berjalan cepat, belum sampai berlari melesat. Satu-satunya cara mengembalikan kejayaan umat Islam seperti sejak jaman Rasulullah Saw hingga 1300 tahun kemudian, ialah menegakkan kembali khilafah islamiyah melalui dakwah pemikiran tanpa kekerasan. Sama persis dengan perjuangan Rasulullah Saw menyebarkan dan menegakkan Daulah Islam di Madinah. Dengan demikian, niscaya segala persoalan yang dihadapi umat Islam akan dapat terselesaikan. Lebih jauh, segala persoalan yang dihadapi seluruh umat manusia dunia pun akan tersolusi. Sebab, Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang menebarkan rahmat tidak hanya bagi umat Islam tapi bagi seluruh alam. 

Wallahu a'lam bishsawab.

__________________________________________

Dukung terus Penamabda.com menjadi media rujukan umat. 

Dukung juga channel youtube dan IG Pena Mabda ya sahabat!