-->

MUHASABAH DI TENGAH MUSIBAH

Oleh : Waryati
(Pemerhati Kebijakan Publik)

Belum usai duka pasca erupsi Gunung Semeru Sabtu (4/12), banjir menerjang kembali sebagian wilayah di Indonesia. Mulai dari Aceh, Bali, hingga Makassar. Penyebab banjir terjadi mulai dari luapan sungai, intensitas hujan tinggi hingga air laut pasang. Ada pula yang berpendapat banjir disebabkan terkait dengan masalah drainase, pompa dan kondisi kanal.

Akibat banjir, banyak warga kehilangan tempat tinggal, harta benda tak terselamatkan, bahkan puluhan nyawa menjadi korban. Guna menghindari hal yang tak diinginkan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman dan berharap segenap bantuan pemerintah juga dari masyarakat.

Menyikapi berbagai musibah bencana yang terjadi, sepatutnya menjadi bahan muhasabah kita bersama. Sudahkan kita memperlakukan alam dengan semestinya? Dengan menjaga alam dan tidak melakukan alih fungsi yang tidak sesuai. Sudah pula kah kita sebagai mahluk menjalankan ketaatan paripurna terhadap segala perintah Pencipta? Dan berusaha menghindari segala bentuk kemaksiatan kepada Allah.

Bukan maksud menyalahkan siapapun atah pihak manapun terkait bencana yang seolah enggan pergi dari negeri yang kita diami. Namun alangkah bijaknya jika kita menelaah dan belajar memahami hakikat dari sebuah bencana.

Allah berfirman dalam Al Quran Surrah Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ 
لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ - ٤١

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Ayat di atas dengan jelas menyebutkan bahwa berbagai kerusakan yang kita alami disebabkan oleh tangan manusia. Disadari atau pun tidak, ini adalah fakta yang terjadi baik di level pemerintah, masyarakat, begitupun idividu.

Adapun di level pemerintah, apakah kebijakan dan segala macam aturan telah menggunakan hukum Allah? Apakah para penguasa dalam menjalankan setiap amanah rakyat sudah sesuai dengan petunjuk syariat? Tentu kita bisa menyimpulkan, bahwa selama ini baik dalam pengambilan kebijakan maupun sumber hukum yang digunakan bukan berasal dari Din-Nya. Oleh karenanya, pantas saja jika Allah murka dan mengutus balatentara-Nya tuk menghacurkan bumi karena kemaksiatan yang manusia lakukan.

Dalam ayat lain Allah pun berfirman :

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (Al-Isra ayat ;16).

Dan apakah kesenjangan yang terjadi di masyarakat sudah mampu teratasi? Jauh panggang dari api, hingga saat ini kemiskinan terus dirasakan sebagian rakyat. Yang kaya makin kaya, dan yang miskin semakin melarat. Begitupun orang-orang yang berkecukupan, meraka tetap tak peduli terhadap kesusahan saudaranya. Seolah tak memiliki empati mereka justru sibuk menumpuk harta dan menyimpannya sendiri.

Tak sedikit pula orang-orang berilmu namun ingkar terhadap aturan-Nya. Dengan mudah mereka menginterprestasikan ayat Al Qur'an sesuai hawa nafsunya. Menjual agama demi penghidupan pribadi dan kelompok. Masyarakat pun kian dijauhkan dari aturan Pencipta. Ulama seperti ini adalah ulama yang terjangkit penyakit al wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Mereka tak segan mengutak-atik hukum Allah sesuai kepentingannya, sehingga kehidupan di masyarakat menjadi kacau balau.

Sungguh banyak kemaksiatan yang manusia lakukan dan mengundang azab Allah. Bumi yang kita diami adalah bumi makmur dan subur. Jika saja dalam pengelolaannya distandarkan dengan aturan Islam. Tentu berbagai musibah dan kemalangan takkan menghampiri. Akan tetapi, saat kita memperlakukan alam dengan tidak semestinya, maka negeri subur ini akan berubah menjadi negeri menakutkan karena sering terjadi bencana dan musibah akibat tangan-tangan jahil manusia.

Begitupun orang-orang yang diberikan kekayaan lebih, jika tak mampu menggunakan kekayaannya di jalan benar, niscaya membawa bencana dan kerugian bagi dirinya. Hakikatnya, harta yang dimiliki adalah titipan sekaligus ujian bagi pemiliknya. Apakah dengan harta berlimpah mampu mendekatkan dirinya pada Sang Khalik? Atau malah sebaliknya. Juga banyaknya kenikmatan yang diberikan Allah, apa bisa membaginya dengan sesama, atau malah menjadikannya pelit dan kufur terhadap nikmat-Nya.

Jadi, solusi dari beragam musibah yang terjadi adalah bersegera bertaubat dan kembali pada aturan-Nya. Agar musibah yang lebih besar tidak menimpa kembali. Pengelolaan alam dan cara pengurusan umat dikembalikan pada hukum bersumber dari Pencipta bumi. Tak ada sistem selain sistem Islam yang terbukti memberikan perlindungan dan kesejahteraan dengan sempurna. Hanya Islam satu-satunya sistem yang dapat menjadikan kehidupan seimbang antara alam dan manusia. Sistem Islam memberikan keamanan, ketenteraman, kesejahteraan, juga menjadikan manusia menaati syariat-Nya. Alam pun tersenyum dan memberikan kemakmuran bagi penghuninya.

Wallahua'lam.