-->

Moderasi Beragama, Narasi Baru Merusak Islam

Oleh : Zaenab Fathiya

Sudah sejak lama Islam dan ajarannya yang mulia menjadi sasaran serangan. Baik dari Kafirin yang membenci maupun muslimin pembebek kaum kafir. Berbagai bentuk dan sarana mereka gunakan , termasuk berbagai narasi di tengah publik.
Salah satunya narasi yang sekarang  sedang coba digaungkan, moderasi beragama.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam kesempatan Malam Peluncuran Aksi Moderasi Beragama September lalu,  menyatakan bahwa perbedaan di kalangan umat manusia berpotensi memicu segregasi/perpecahan antar warga. Namun, di sisi lain perbedaan juga berpotensi memperkuat integrasi. Terkadang kepentingan sekelompok orang menyeret agama untuk memancing perpecahan, karenanya moderasi beragama menjadi sangat penting.
(republika.id)

Proyek ini tidak main- main. bisa dicermati dari dukungan berbagai kementrian selain Kemenag. Juga besarnya dana yang digelontorkan.

Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengungkapkan bahwa anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal tahun ini mencapai Rp 3,2 triliun,  (telah disahkan oleh DPR) dimana sebelumnya hanya Rp 400 miliar (republika.id).

Tentu dengan melihat anggaran yang mengalami kenaikan berkali lipat  bisa lah kita merasakan bagaimana rezim telah menjadikan proyek ini super penting.

Kata mereka, dengan semua ini akan memastikan bahwa negara ini sungguh-sungguh untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak boleh ada celah untuk merongrong Indonesia. Sehingga terkait mitigasi intoleransi atau tindakan kekerasan masalah agama, DPR memohon kepada pemerintah agar terus melakukan kajian-kajian dan tindakan yang terukur.

Moderasi Beragama = sesuaikan Islam dengan arahan Barat

Moderasi beragama (Islam) - soalnya agama lain tak disinggung dalam proyek ini-  bisa dimaknai sebagai proses menjadikan Muslim sebagai Muslim moderat. 

Karakter Muslim moderat dapat dipahami, salah satunya, dari sebuah buku yang dikeluarkan oleh Rand Corporation tahun 2007, berjudul Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World (Peta Jalan untuk Membangun Jaringan Moderat di Dunia Muslim).  Buku ini termasuk salah satu rujukan tentang Muslim moderat. 

Dalam salah satu anak judulnya dijelaskan tentang karakteristik Muslim moderat (Characteristics of Moderate Muslims). Muslim moderat adalah orang yang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi. Termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme; menerima sumber-sumber hukum non-sektarian; serta melawan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi terhadap kekerasan. (Angel Rabasa, Cheryl Benard et all, Building Moderate Muslim Network, hlm. 66, RAND Corporation, 2007)

Barat mengidentifikasi muslim moderat sebagai tidak anti-semit, pro Israel, kritis terhadap Islam, pro kesetaraan gender, anti hijab, anti-syariah, anti Khilafah, pemerintah pro sekuler, anti jihad, pro kesetaraan agama, memilih netral menanggapi penistaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad saw, bahkan menganggap Nabi Muhammad saw bukan uswah hasanah.

Cendekiawan muslim, Ustaz H. M. Ismail Yusanto  (UIY) menyebut “Moderasi beragama yang menjadi bagian war on radicalism global ini tujuannya memerangi Islam politik, Islam ideologis, Islam yang kental dan tebal."  ( YouTube Media Umat).

Alhasil,  narasi moderasi beragama tidak lain adalah upaya menyesuaikan dien mulia ini dengan apa yang diinginkan oleh Barat. Jadilah penganutnya menjadi  Muslim moderat. Yaitu sosok Muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat. Jauh dari Islam politik .

Semua sejatinya merupakan senjata dan alat penjajahan dalam perang gaya baru paling dahsyat dan mengerikan di negri-negri mualim. 
Penjajah lama mendominasi manusia secara fisik/materi, sementara cara baru sebagian dikuasai dari luar (fisik/materi) dan sebagian lainnya dikendalikan dari dalam (pemikiran), agar terjadi ketergantungan mutlak tanpa perlawanan.

Wajib ditolak

Sungguh menjadi kewajiban setiap muslim untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. Juga menjauhkan umat dari segala perilaku yang menyimpang, seperti bersikap moderat. Padahal sejatinya menjadi pembebek pemahaman dan peradaban Barat (kafir).

Umat musti segera disadarkan betapa pemikiran dan proyek ini bukan proyek "mulia" yang bertujuan membangun. Tapi justru merusak Islam secara halus dan menjaga eksistensi penjajah.

Sesungguhnya tidak ada perintah untuk menjadi muslim moderat atau menjadi muslim radikal.
 “Yang ada perintah untuk menjadi muslim sebenarnya, muslim kafah. Namun, saat ini ketika kita ingin menjadi muslim yang kafah, muslim yang sebenar-benarnya takwa malah disebut muslim radikal. Ini kacau,” kata UIY.

Umat harus segera sadar bahwa selama Islam tidak ditegakkan secara kaffah di level individu, masyarakat dan negara , maka makar atau serangan seperti ini akan selalu ada. Dalam bentuk yang semakin masif dan membahayakan .

Maka sebagai langkah strategis untuk melawan aksi moderasi beragama ini haruslah tegak  dakwah Islam yang ideologis.  Agar umat memahami Islam sebagaimana seharusnya.  Sehinhga terjadi peningkatan kualitas pemahaman umat terhadap Dienul Islam.

Para pengemban dakwah  hendaknya terus meningkatkan intensitas dakwah mereka di tengah umat. Tidak berdiam diri atas berbagai kemungkaran dan penyesatan pemikiran di tengah umat atas nama moderasi beragama. Menjelaskan seluruh ajaran Islam, baik aspek Aqidah maupun Syariah, termasuk Khilafah sebagai sebuah ajaran Islam yang wajib diterapkan.

 "Mereka melakukan makar (tipu daya), dan Allah membalas makar (tipu daya) mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas makar (tipu daya)" [TQS Ali Imran:54].