-->

Gelimang Harta Berujung Narkoba

Oleh : Layli Hawa

Kabar terbaru yang cukup mengejutkan jagat maya datang dari pasangan publik figur yang berinisial NR dan AB. Pasangan yang diidolakan sejuta umat karena keserasian dan keharmonisannya, kini ditangkap atas dugaan penyalahgunaan narkoba.

Informasi ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus dalam laman CNN Indonesia.

"Saya membenarkan NR dan AB sementara dilakukan di Polres Jakpus," kata Yusri kepada wartawan, saat ditanya kebenaran penangkapan Nia dan Ardi, Kamis (8/7).

Bagaimana tidak mengejutkan, NR yang dinilai kehidupannya bak istri sultan setiap harinya, membagikan video-video bersama keluarga dan teman-temannya di sosial media banyak mengundang pujian diantara warganet. 

Kebersamaannya bersama AB dan anak-anaknya yang kerap menunjukkan sisi harmonis sering membuat netizen iri, bahkan body goal yang dimilikinya.

Dan tren tidak bisa kupas buah salak menjadi salah satu klimaks bahwa NR adalah the real sultan. 

Namun, rupanya bergelimangnya harta dan kebahagiaan hidup tidak cukup memberikan ketenangan jiwanya sehingga pasangan NR dan AB terjerumus mengkonsumsi narkoba jenis sabu. 
Termasuk beberapa sederet nama artis yang pernah terseret kasus narkoba.

Apa sebetulnya yang menjadikan tidak adanya ketenangan jiwa didalam diri manusia, sementara kemudahan hidup telah dimiliki? 

Selalu mengingat Allah adalah cara yang paling mendasar bagi Umat Muslim agar hati kita merasa tentram. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”

Dalam bahasa AL-Qur’an, mengingat Allah dapat diartikan juga dengan berdzikir. Artinya dengan berdzikir, mengingat kebesaran serta nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, kita akan mendapatkan ketentraman dalam hati.

Penyaluran yang salah dalam mencari ketenangan hidup adalah contoh ciri orang yang lalai. Sebab setiap naluri jika tidak tepat menyalurkannya, maka tentu tidak akan tercapai kebahagiaan dan ketenangan dunia akhiratnya. Maka mengingat Allah dengan penuh kesadaran atas apa yang telah diberikannya wajib. 

Bagaimana pandangan Islam tentang orang menyalahgunakan obat terlarang? 

Dalam Islam, narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, sabu dan lainnya disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini, apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Tak ada satu pun ulama yang menyelisihkan keharaman mukahddirat tersebut.

Para ulama mengqiyaskan hukum mukhaddirat pada hukum khamar. Mereka berdalil dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA, "Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal." (HR Bukhari Muslim). Jadi, narkotika masuk dalam cakupan definisi khamar seperti yang disebutkan Umar bin Khattab RA.

Tak diragukan lagi, narkotika bisa mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang dapat membedakan antara sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu. Benda-benda ini akan memengaruhi akal dalam menghukumi atau menetapkan sesuatu sehingga terjadi kekacauan dan ketidaktentuan, yang jauh dipandang dekat dan yang dekat dipandang jauh.

Dr Yusuf Qardhawi dalam kumpulan fatwa kontemporernya menerangkan, akibat yang ditimbulkan pemakai narkotika sama saja dengan orang yang mabuk karena khamar. Sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari pengaruh benda-benda memabukkan itu. Hal ini bukti hilangnya kesadaran seseorang akibat narkotika.

Lebih lanjut, Qardhawi menerangkan, kalau barang-barang mukhaddirat tersebut tidak dimasukkan dalam kategori khamar atau memabukkan, ia tetap haram dari segi melemahkan (menjadikan loyo). Banyak orang yang memang tidak mabuk mengonsumsi narkoba. Namun, tubuh mereka akan menjadi lemah dan memiliki efek halusinasi.

Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah mengatakan, "Rasulullah SAW melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)." (HR Abu Daud).

Dua uraian diatas membuka mata hati kita, bahwa tidak melulu orang yang terlihat bahagia di dunia maya, hatinya juga bahagia. Sebab hanya ketakwaan lah yang mampu membentengi hati dan fisik dari keberpalingan kita kepada Allah subhanahu wata'ala.

Dalam tafsir Al Jalalain (528) disebutkan, “Janganlah kalian saling berbangga dengan tingginya nasab kalian. Seharusnya kalian saling berbangga manakah di antara kalian yang paling bertakwa.”

Kemudian, ingatlah bahwa setiap yang manusia miliki hanyalah titipan. Tidak patut seorang muslim meng-iri-kan kepunyaan manusia lain. Karena yang dilihat Allah adalah bagaimana manusia menggunakan setiap titipan dengan sebaik-baiknya. 
Dan Allah hanya melihat diantara manusia amalan-amalannya dan ketundukkan kita kepada-Nya.

“Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” [HR Muslim]

Sudah sepatutnya manusia sadar, bahwa standar bahagia seorang muslim adalah tercapainya ridho Allah SWT. Bukan ridho manusia, yang hanya ingin dinilai manusia hebat ataupun keren yang digaungkan para kapitalis. Sehingga menjadikan manusia kelewat batas mengartikannya. 

Ide kapitalis telah menjadikan manusia lupa jati dirinya sebagai hamba, bahkan lupa untuk apa ia diciptakan. Yang pada akhirnya sering mengecewakan banyak pihak yang sudah mengkultuskan idola-idolanya. 

Sekalipun kita semua menyadari bahwa manusia tidak sempurna dan bisa khilaf. Tapi tidak menjadikan mereka menyadari opini liberal hilang begitu saja dari benak mereka jika belum kembali kepada pemikiran Islam hakiki.