-->

#Pray For Kalsel, Sebuah Renungan untuk Kita

Oleh: Ummu Ridha (pemerhati sosial)

Sudah beberapa pekan berlalu setelah bencana banjir melanda wilayah Kalimantan Selatan, Tagar #Pray for Kalsel# pun sempat menjjadi trending topic di jagat maya, karena bencana banjir yang melanda Kalsel di awal tahun 2021 ini menjadi momen bencana yang paling parah dengan hampir di seluruh wilayah Provinsi Kalsel, baik di ibukota Provinsi sampai di beberapa Kabupaten di wilayah Provinsi Kalsel. Banjarmasin, Banjarbaru, Pelaihari, Martapura, Mataraman sampai ke wilayah Kandangan, Barabai, Amuntai, Tanjung, Kelua, dan Balangan. Meski kondisi ketinggian banjir dan dampak yang ditimbulkan berbeda-beda dari mulai wilayah yang paling parah seperti daerah HST, Barabai kota dan desa Hantakan, Alat, dan desa lainnya merupakan wilayah yang terdampak dari ketinggian banjir yang sangat ekstrem sekitar 2 meter sampai 3 meter menyebabkan banyak rumah yang hanyut dibawa arus sungai dan rusaknya pemukiman warga dan bahkan menimbulkan korban jiwa. Tidak berlebihan kalau bencana banjir di Kalsel disebut sebagai bencana nasional mengingat dampak banjir yang cukup luas dan hampir seluruh wilayah Kalsel mengalaminya. Tidaklah berlebihan pula ketika bencana ini disikapi begitu serius oleh masyarakat baik berupa pemberian pendapat dan ekspresi yang luar biasa mengingat dampak bencana ini menimbulkan kerugian baik materi maupun jiwa yang tidak terhitung sedikit jumlahya. Bahkan, wajar ketika rakyat meminta untuk mencari apa penyebab banjir fenomenal ini agar hal ini bisa diatasi dan jangan sampai terjadi lagi, karena jikalau hanya terjadi karena faktor cuaca yang ekstrem dan hanya luapan sungai atau jebolnya bendungan air saja yang jadi penyebabnya tentulah dampaknya tidak separah ini. Apalagi jika hanya menyalahkan faktor yang tidak masuk akal semacam kalimat “gara-gara tanaman keladi” sebagai tameng penyebab banjir ini sungguh hal yang menggelikan karena sama sekali hal tersebut alasan yang tidak ilmiah.

Belajar Dari Musibah

Musibah banjir yang terjadi menyisakan banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama. Menurut WALHI penyebab banjir di Kalsel adalah akibat pengelolaan alam yang salah, alih fungsi hutan dan aktivitas pertambangan menjadi hal yang memperburuk kondisi alam di Kalsel. Tentu argument itu bukan sekedar argument kosong tanpa dasar karena lembaga ini sendiri telah banyak meneliti lingkungan alam di Kalsel. Sebagai bagian dari masyarakat Kalsel yang turut merasakan dampak banjir yang luar biasa ini tentunya memberikan banyak pesan untuk kita bahwa sudah saatnya kita berbenah, introspeksi dan bermuhasabah diri kepada Nya atas segala dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan baik kita sebagai individu maupun kita sebagai bagian dari masyarakat yang juga punya peran untuk memperbaiki alam dan mengingatkan penguasa kita untuk mengelola alam ini agar jauh dari kerusakan. Meski kita juga menyadari bahwa musibah ini adalah qodho (ketetapan Allah) yang tidak bisa kita hindari, yang disitu kita dituntut untuk sabar dan berbaik sangka dengan peringatan Allah ini agar kita bisa mengambil banyak hikmah dari kejadian ini, agar kita bangun dari tidur kita selama ini, agar kita turut tergerak memikirkan kondisi alam kita bukan lagi menjadi orang yang cuek dan acuh atas kerusakan alam ini karena kita sudah merasakan bagaimana derita yang ditimbulkannya. Bahkan mulut yang selama ini hanya bungkam pada akhirnya terbuka juga untuk menyuarakan keadilan dan kesengsaraan yang dialami. Lewat ungkapan puisi yang mengaharukan, video kerusakan yang ditimbulkan, cuitan di twitter bahkan dimedsos lainnya sebagai bentuk ekspresi masyarakat yang menyuarakan keinginan mereka selama ini yang mungkin sebelumnya masih bisa dipendam. Berbagai ungkapan kesedihan, penderitaan kelaparan yang dirasakan masyarakat adalah bagian dari ketidakberdayaan masyarakat menghadapi musibah ini dan merupakan permohonan masyarakat untuk meminta pertolongan kepada pemilik kekuasaan agar hal ini bisa diatasi dan tidak terulang kembali di kemudian hari. Tak pernah sedikitpun terbersit dibenak masyarakat ini sebagai bagian dari makar apalagi ingin menjatuhkan pamor seseorang karena masyarakat hanya butuh pertolongan dan keseriusan untuk mereka bisa bertahan, makan, punya tempat tinggal dan hidup dengan aman layakya rakyat yang dilindungi.

Nasehat adalah bentuk kasih sayang

Jika diibaratkan nasehat itu dianggap sebagai bentuk celaan maka mungkinkah seorang ibu yang ketika dia menasehati anaknya untuk tidak bermain didekat sumur misalnya sebagai bentuk celaan dia kepada anaknya padahal sang ibu melakukan hal itu agar si anak bisa terhindar dari bahaya (masuk ke sumur). Bukankah nasehat itu adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, bentuk sayang dan cinta seseorang kepada orang lain. Nasehat menasehati adalah salah satu sifat yang harus ada pada diri seorang mukmin sebagaimana dalam firman Allah Surah Al ‘Asr ayat 1-3 yang artinya: “Demi Masa, sessungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling nasehat menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran”. Contoh terbaik dari sikap penguasa ketika dia diingatkan bisa kita lihat dari beberapa contoh perilaku khalifah Umar. RA, pada saat beliau berkhutbah dihadapan kaum muslim setelah beliau diangkat menjadi Amirul Mukminin beliau berkata “barang siapa diantara kalian yang melihatku bengkok, maka hendaklah dia meluruskannya”. Seorang laki-laki arab berdiiri dan berkata. demi Allah wahai Umar “jika kami melihatmu bengkok, maka kami akan meluruskannya dengan tajamnya pedang kami”. Begitu juga pada saat Umar bin Khattab RA mengenakan baju dari kain Yaman yang diperoleh dari harta ghanimah, beliau kemudian berkhutbah di hadapan para sahabat dengan baju itu dan berkata “wahai manusia dengarlah dan taatilah” Salman Alfarisi RA berdiri dan dan seraya berkata kepadanya “Kami tidak akan mendengar dan menaatimu”. Umar berkata “mengapa demikian? “Salman menjawab, “Dari mana kamu mendapat kain itu sedangkan kamu hanya mendapat satu kain, sedangkan kamu bertubuh tinggi? Beliau menjawab “Jangan tergesa-gesa, lalu beliau memanggil “Wahai Abdullah’. Namun tidak seorang pun menjawab. Lalu beliau berkata lagi “wahai Abdullah bin Umar”. Abdullah menjawab ”Saya wahai Amirul mukminin, Beliau berkata” Bersumpahlah demi Allah, apakah kain yang aku pakai ini kainmu? Abdullah bin Umar RA menjawab “Demi Allah, ya””. Salman berkata, “sekarang perintahkanlah kami, maka kami akan mendengar dan taat” Sungguh seorang pemimpin didalam Islam adalah pemimpin yang sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, bahkan dia minta nasehat dari rakyatnya sendiri ketika melakukan pelanggaran. Subhanallah indahnya pemimpin dalam Islam, tentunya pemimpin ini akan bisa terwujud ketika Islam diterapkan dalam kehidupan kita, pemimpin-pemimpin seperti ini akan lahir karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Pemimpin seperti ini akan mampu mengelola alam ini berdasarkan syariat Nya. Sehingga alam pun akan bersahabat kembali dan turut menjaga kelestariannya dan kehidupan pun akan semakin berkah. Wallahu’Alam Bisshawab.