-->

Covid-19 Semakin Mengganas, Khilafah Mampu Mengatasinya

Oleh : Ummu Zanki

Penamabda.com - Dewan Pengawasan Kesiapan Global beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 muncul (September 2019), pernah menerbitkan laporan. Yang menjelaskan bahwa planet ini sangat tidak siap untuk pandemi yang berpotensi menghancurkan. Dan hari ini laporan tersebut terbukti. Sejak mulai serbuan Covid-19 awal tahun 2020 hingga hampir setahun berlalu, Covid-19 mampu ‘meluluhlantakkan’ berbagai Negara.  

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang dihadapi dunia. SekJen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menilai banyak pihak di dunia yang membuang atau menghamburkan uang tunai begitu saja. Tapi tidak melakukan apa pun untuk mempersiapkan kemungkinan pandemi berikutnya. 

Dari penjelasan WHO di atas, menyiratkan kekhawatiran mendalam akan kondisi kesehatan dunia hari ini akibat pandemi. Diduga kuat krisis kesehatan dunia ke depan akan semakin memburuk dan tak berujung. Apalagi ternyata krisis kesehatan berimbas pada aspek kehidupan lain yang lebih kompleks.  

Lonjakan kasus Covid-19 semakin mengerikan. Angka kasus di seluruh dunia per 7 januari 2021 mencapai 87 juta, sedangkan kasus meninggal 1,88 juta jiwa. Di Indonesia sendiri mencapai 788.402 kasus dan 23.296 di antaranya meninggal dunia. Bahkan, varian baru pun muncul. Sekitar 19 negara melaporkan adanya varian baru tersebut. Termasuk Negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Varian baru ini disebut lebih menular, tetapi tidak menyebabkan situasi atau kondisi penderitanya lebih parah. 

Kegagalan Sistem

Sistem sekuler demokrasi berideologi kapitalisme neoliberalisme yang tegak hari ini telah gagal. Bahkan dari hari ke hari kian menunjukkan kebobrokannya. Pernyataan WHO di atas adalah pengakuan kegagalan sistem sekuler menghentikan sebaran virus.

Kegagalan respons kapitalisme dalam melakukan intervensi pemutusan rantai penularan virus, tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan kapitalisme itu sendiri. Seperti keengganan karantina wilayah (lockdown), pemberlakuan prematur new normal, sistem ekonomi dan kebijakan pemerintah yang berbasis capital oriented. Paket sistemik yang sangat mempengaruhi kegagalan ini. Diperparah dengan ketidaksiapan negara untuk mengantisipasinya.

Para penguasa sibuk dalam proyek-proyek artifilasi tak jelas arah. Menanggulangi pandemi di satu sisi, tapi membuka celah penyebarluasan di sisi lain. Pembukaan destinasi parawisata, bahkan penyelenggaran pilkada di tengah pandemi merupakan bukti betapa penguasa tak punya hati. Nyawa rakyat tega ditumbalkan hanya demi alasan ekonomi dan politik dinasti. Terbukti dalam beberapa bulan terakhir, berbagai lini kehidupan di Indonesia semakin parah. Tak ada satupun solusi tepat penguasa berikan untuk rakyat. Masihkah berharap pada solusi sistem rusak ini ?

Cara Islam Mengatasi Pandemi

Mengatasi pandemi butuh sistem yang tegak di atas asas yang benar. Untuk mengatasi wabah penyakit yang sudah menjadi pandemi tidak cukup peran dari segelintir kelompok. Negara harus berperan aktif dalam mengatasinya. 

Islam selalu menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan. Islam lebih dulu dari masyarakat modern membangun ide karantina wilayah untuk mengatasi wabah penyakit menular dan terbukti berhasil dalam kepemimpinan khilafah.

Islam telah memberikan anjuran untuk mengatasi penyebaran penyakit. Dari kitab shahih Muslim Rasulullah SAW bersabda : 

“Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Karantina wilayah (lockdown) adalah solusi Kenabian dalam mengatasi wabah penyakit menular. Lockdown terbukti ampuh menghilangkan bahaya penyakit menular. Sebagai negeri yang mayoritas Muslim sudah seharusnya pemerintah tidak ragu dalam mengamalkan solusi Kenabian tersebut. 

Memang diakui lockdown membutuhkan anggaran yang besar. Bahkan ekonomi negara dipastikan akan goyang selama lockdown. Karena roda ekonomi tidak bisa berjalan sebagaimana kondisi normal. Tetapi kesehatan masyarakat haruslah menjadi prioritas utama. Apabila menyangkut masalah nyawa anak negeri, harusnya tidak ada lagi kompromi masalah anggaran. Islam sangat menjaga nyawa seorang manusia dan memandang wajib untuk menjaga nyawa manusia.

لزوال الدنيا أهون عند الله من قتل المرء المسلم

"Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah, ketimbang terbunuhnya nyawa seorang Muslim." (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455).

Masalah anggaran akan dapat diatasi Khilafah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, yang tangguh dan tahan krisis. Sistem ekonomi Islam berbasis pada pengelolaan kepemilikan umum (seperti SDA) dan Negara berdasarkan hukum syara’; menitikberatkan ekonomi pada sektor riil dan tidak mengizinkan pada sektor non riil; penggunaan mata uang berbasis emas dan perak dan lain sebagainya.  Jadi solusi Islam adalah solusi yang integral dan hakiki yang justru sangat dibutuhkan saat ini. Karena berasal dari tuntunan wahyu Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawab.