-->

Touch Up Wajah Rezim, Tipu-Tipu Ala Kapitalis

Oleh: Novia Roziah (Member Revowriter)

Penamabda.com - Touch Up adalah sebuah Istilah yang biasa digunakan untuk memperbaiki makeup agar terlihat segar dan prima kembali. Karena saat telah berjalan beberapa waktu, seseorang yang mengenakan make up akan mengalami suatu kondisi dimana dia berjibaku dengan keringat, polusi dan lain-lain sehingga membuat make up yang dikenakannya luntur atau tidak fresh seperti saat dikenakan pertama kali.

Sama halnya dengan make up. Jika kita perhatikan akhir-akhir ini pemerintah rupanya sedang  gencar melakukan beberapa  touch up kebijakannya agar membuat  masyarakat percaya bahwa rezim yang menerapkan demokrasi ini nampak fresh dan layak untuk terus di gunakan.

Beberapakali kita melihat upaya-upaya touch up ini. Sebut saja, untuk mendapatkan predikat seagai negara yang mampu menyelesaikan pandemi, segala cara di tempuh. Merubah definisi kematian, utak atik data , dan lain sebagianya.

Dari menteri hingga pucuk pimpinan tertinggi Indonesia, semua sibuk mengolah kata, data dan informasi untuk mengklaim telah berhasil menangani pandemi.

Lebih kurang setelah  7 bulan pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, presiden Jokowi tampil dalam sebuah video berlatar hitam yang diunggah oleh akun youtube Sekretrariat Presiden pada 3 Oktober 2020. Dengan mengenakan kemeja putih berbalut jas berwarna gelap dan  tanpa dasi, presiden berbicara soal kondisi pandemi di negara ini.

Berbagai data disajikan dalam video berdurasi 7 menit 55 detik tersebut. Mulai dari soal ekonomi hingga angka kesembuhan covid-19 dan peringkat Indonesia di dunia dalam hal total kasus per Oktober 2020.

“Dalam Jumlah kasus dan kematian, Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara lain dengan jumlah penduduk yang besar. Sebaiknya kalau membandingkan ya seperti itu.” Kata Presiden 

Seluruh data itu dikemas sehingga akhirnya menimbulkan persepsi public bahwa pemerintah berhasil mengatasi wabah ini. Kabar24.bisnis.com

Sayangnya fakta dilapangan berkata lain. Meski segenap klaim di kemukakan,nyatanya jumlah kasus positif corona meningkat setiap hari. 

Per 31 oktober 2020, Kasus positif bertambah 3.143 kasus menjadi 410.088 kasus. Merdeka.com

Rekor kasus harian tertinggi sebelumnya yang sempat jadi sorotan yakni 2.719 kasus pada Kamis (27/08) ketika terjadi klaster di Sekolah Pendidikan Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), Bandung, Jawa Barat.

Lalu rekor itu pecah, dengan tambahan kasus baru harian sebanyak 3.308 kasus pada Sabtu (29/08).

Penambahan kasus positif di Indonesia mulai melaju cepat sejak 6 April yakni sekitar 200-300 orang per hari, lalu bergerak naik 300-400an kasus baru per hari. Dan pada bulan Juni, bergerak fluktuatif antara 400-an kasus hingga lebih dari 1.000 kasus baru per hari. Bbc.com

Dari sini kita bisa melihat, bahwa pemerintah terkesan memaksakan diri untuk mendapatkan predikat  sebagai negara yang mampu menangani pandemi.  Bukan serius mengatasi wabah, pemerintah justru sibuk klam sana klaim sini. 

Untuk Apa TouchUp

Sikap pemerintah ini menimbulkan Tanya, untuk apa pemerintah sedemikian getolnya melakukan touch up?. Semua tindakan pemerintah ini, secara alamiah membuat masyarakat berpikir bahwa semua dilakukan agar masyarakat percaya pada kinerja pemerintah dan akhirnya pemerintah dapat mempertahankan kursi dengan manuver politiknya.

Sikap ini merupakan hasil dari pandangan secular kapitalistik pemerintah dalam pengurusan rakyat. Menurut pandangan secular, agama harus dijauhkan dari kehidupan. Sehingga tidak lagi ada rasa takut akan siksa dan dosa. Dosa karena tidak melakukan pengurusan diabaikan. Menelantarkan rakyat, dengan sibuk pencitraan sudah menjadi tipikal dari sistem ini.

Belum lagi di tambah dengan pandangan kapitalistik, yang melihat persoalan covid-19 ini hanya dari sudut pandang untung rugi. Sehingga apabila mengurus rakyat dan menyelesaikan pandemi dengan segera dan serius dianggap merugikan negara, maka tidak dilakukan. Justru, untuk menenangkan gejolak ditengah masyarakat, pemerintah hanya sibuk mengotak atik data dan kata, untuk  meninabobokan masyarakat, agar terbuai dengan keberhasilan semu penanganan covid-19.

Islam Tak Perlu Touch Up

Berbeda dengan system islam. Mulai dari individu yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak atas pengurusan dirinya, hingga pada tataran penguasa yang menjadi pemimpin dan pengurus rakyat, akan dimintai pertanggung jawabannya kelak dihadapan Allah.  Seperti tertera dalam sebuah hadits 

Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“

Sehingga dari pandangan ini, setiap penguasa tidak akan sibuk mencari penilaian baik manusia, namun penguasa akan disibukkan dengan pengurusan rakyat karena tahu betul bahwa kelak sang Maha Raja akan meminta pertanggung jawaban atas segala hal yang diamanahkan pada manusia.

Betapa kita rindu hidup dalam naungan islam. Satu-satunya sistem yang mampu memberikan solusi dalam setiap masalah yang dihadapi oleh manusia, tanpa menimbulkan masalah baru. Termasuk menyelesaikan pandemi, dan meletakkan penguasa sebagai pengurus yang bertanggung jawab dunia dan akhirat.  Bukan sekedar sibuk mencitrakan diri baik, namun minim bukti konkret.

Allahulam bisshowab.