-->

Cinta Nabi : Bukan Cinta Omdo

Oleh : Ummu Tsabita Nur

Penamabda.com - Kalau ada yang bilang "tak kenal maka tak sayang" rasanya tepat ini dilekatkan dengan momen Maulid Nabi 1442 H / 2020 M. Karena banyak yang tak mengenal Rasulullah Saw , baik karena memang tak pernah dikenalkan sejak dini tentang siroh Nabawiyyah. Atau memang sudah dicekoki informasi dan opini yang mengandung hoax oleh musuh- musuh Islam.

Maka tak tumbuh rasa sayang dan cinta kepada sosok mulia, habiballah. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib , lelaki mulia pembawa risalah Islam. Pembangun peradaban Islam yang kokoh 1400 tahun yang lalu. Harusnya tak rela hatinya jika   sosok yang dicinta dinistakan. Apalagi sampai berulang-ulang terjadi.  

Namun ternyata masih ada yang meminta umat Islam memaafkan sikap kafirin yang terus menghina Islam dan Rasulullah Saw.  Bahkan seperti 'ngenyek' pada orang-orang yang berusaha membela Islam dan Nabinya. Kalau dia muslim, apa begini yang namanya  cinta Nabi? Padahal merayakan Maulidur Rasul setiap tahun.  

Yang terjadi di Perancis saat ini, atas nama kebebasan berpendapat mereka dengan seenaknya menghina  dengan membuat kartun yang melecehkan Rasulullah Saw.

Wajar kemudian menimbulkan kecaman, setelah Presiden Macron mengatakan negaranya tidak akan berhenti menerbitkan atau membicarakan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad, seminggu setelah pemenggalan guru Samuel Paty. Guru sejarah yang menunjukkan kartun kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi.

Pernyataan Macron inilah yang mendatangkan kritikan dan protes di sejumlah negara termasuk di  Irak, Palestina, Libia dan Suriah. Pernyataannya juga menimbulkan seruan sejumlah negara untuk memboikot produk Prancis. (bbc.com)

Di saat banyak umat Islam yang meradang, kok ada yang anteng minta kita memaafkan? Bahkan level negara +62 tak terdengar pembelaannya walau sekedar kecaman. Miris.

Sebenarnya, kasus begini tak akan berakhir. Walau produk mereka (orang kafir) kita boikot keras. 
Sebagaimana Turki, yang keras mengecam. Juga mengancam boikot produk Prancis.
Akhirnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan ditantang untuk menutup juga pabrik mobil Renault (milik Perancis) di Turki, agar ia tak dituding cuma omong kosong saat mendorong warganya memboikot merek-merek asal Prancis.  Karena Erdogan baru-baru ini mengajak warganya memboikot produk Prancis karena menilai pemerintah Prancis di bawah Presiden Emmanuel Macron telah melecehkan Islam.

Tetapi menurut Kemal Kilicdaroglu, pemimpin Partai Republik Rakyat (CHP) yang merupakan oposisi Erdogan, boikot terhadap Prancis harus pertama-tama dimulai dari lingkungan kekuasaan. (eramuslim.com).  

Entah bagaimana sikap Erdogan selanjutnya? Apakah betul cuma omdo?

Sudah semestinya kita boikot juga sistem hidup yang diadopsi dari mereka ( kafir). Liberalisme, kapitalisme dan demokrasi telah dengan rela kita terapkan. padahal itulah biang kerok sebenarnya. Dampak dari kebebasan yang hipokrit. Karena  tak pernah adil kepada Islam dan kaum muslimin.

Tak ada maaf, sanksi keras : wajib! 

Islam sangat memuliakan Nabi Muhammad Saw. Seorang Muslim dianggap tidak sempurna keimanannya jika cintanya kepada Nabi Muhammad Saw tidak lebih besar dari kecintaan nya kepada selain Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw menegaskan dalam sabdanya, “Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari & Muslim)

Para 'ulama sepakat bahwa siapapun yang menghina Nabi Muhammad Saw maka harus dihukum mati. 

قال الخطابي : لا أعلم أحدا من المسلمين اختلف في وجوب قتله؛

Al-Khithabi mengatakan, “Saya tidak mengetahui adanya beda pendapat di kalangan kaum muslimin tentang wajibnya membunuhnya (membunuh penghina Nabi Muhammad Saw).”

Bahkan seandainya pencaci dan penghina Allah dan Rasulnya bertaubat, memang tidak dihukum mati, namun akan tetap diberikan hukuman cambuk sebanyak 80 kali sebagai bentuk pelajaran atas apa yang telah ia lakukan sebagaimana penjelasan al-Shaidalani seorang 'ulama kalangan Syafi'iyah dalam kitab  Mughniy Al Muhtaj 5/438.

Penghinaan terhadap agama Islam, baik kepada Allah, RasulNya dan kepada simbol-simbol Islam oleh Barat sejatinya adalah bentuk kebencian mereka terhadap Islam yang berlindung di balik ide kebebasan berekspresi yang ada di dalam ide kufur demokrasi.

Mereka berani melakukan ini karena tahu bahwa umat Islam hanya akan marah saja, sudah.  Tanpa bisa melakukan apa-apa. Berbeda saat dulu masih  ada al al -Imaam  atau Khalifah bagi umat Islam.

Ketika Khilafah Utsmaniyah pada abad ke 19 M mengetahui rencana pertunjukan Drama karya Voltaire berjudul, “Muhammad dan Kefanatikan”, yang isinya menghina Nabi Muhammad saw., akan digelar di Paris, Prancis.   Dubes Khilafah Turki di Paris segera melayangkan protes keras. Sehingga drama itu batal.  Bahkan ancaman jihad akbar membikin kecut pemerintah Inggris saat grup drama itu akan memindahkan pementasan ke London .  

Ya , ini di level negara.  Amal jihad adalah pilihan terbaik untuk menghentikan kebusukan dan ancaman yang terjadi di level negara.   Perancis dkk adalah negara kafir harbi yang layak diperangi, agar tak berani lancang lagi.    

Jadi, memng tak cukup kecaman ,demo dan boikot banyak individu untuk menghentikan penghinaan dan islamopobia.  Walaupun itulah penanda cinta kita pada Nabi dan Islam  sebagai individu.
Tapi mereka (kafirin) tak kan mau bergeming. 

Maka Negara harusnya berfungsi sebagai penjaga atas agama ini. Namun sayang, negeri muslim di mana pun tak tergerak untuk itu.

Sungguh kita perlu seorang Khalifah yang akan menerapkan hukum  syariah Islam secara kaffah. Dan mampu menjaga dien secara sempurna. Karena memang tujuan diturunkan syariah Islam -salah satunya -untuk hifzh ad-dien. Inilah wujud cinta sejati,  dengan ketaatan kaffah. Bukan omdo! []