-->

Pahitnya Bersekolah di Sistem Kapitalisme

Oleh: Wafi Mu'tashimah (Siswi SMAIT al-Amri)

Penamabda.com - Miris rasanya menatap kondisi pendidikan di negeri ini. Ia dianak tirikan oleh penguasa. Penguasa sebagai riayah su'unil ummah lebih mementingkan pembangunan daripada pendidikan.

Padahal pendidikan termasuk kebutuhan pokok rakyat, menurut kaum muslim maupun non muslim. Ketua The Internasional Comission for Education Development, Edgar Fauri pernah mengatakan bahwa, "pendidikan adalah tugas negara yang paling penting". Catat! paling penting.

Di masa pandemi ini, sekolah diadakan secara daring. Banyak yang berfikir bahwasanya segudang kemudahan akan menimpa pelajar karena belajar dari rumah. Mulai tak perlu naik angkot untuk ke sekolah, bisa belajar sambil tiduran dan sebagainya.

Akan tetapi, tidak semua orang bisa merasakannya. Bagi pelajar yang berada dalam keluarga pas-pasan, sekolah daring membuat mereka harus memutar otak. Lantaran sulitnya mengais rezeki untuk membeli beras, apatah lagi kuota.

Bahkan, tidak sedikit rakyat yang tidak memiliki hp yang memadai untuk daring. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu pada  Dimas Ibnu Elias. Ia tetap berangkat ke sekolah setiap harinya karena tidak memiliki hp. Hingga ada seseorang yang menyumbangkan hp agar ia dapat belajar dari rumah. (portaljember)

Di tempat lain, ada siswa SD yang rela berjualan cilok dan tisu  demi internet. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, seorang siswi SMP diBatam nekat menjual diri ke prostitusi online demi kuota internet dan kebutuhan sehari-hari. (kompas.com)

Inilah salah satu potret kegagalan pemerintahan lndonesia dibawah sistem kapitalis. Meski masyarakat menuai berbagai kesulitan dalam mengenyam pendidikan secara daring maupun tatap muka, pemerintah masihlah belum sadar. 

Mereka masih mementingkan pembangunan yang jor-joran ketimbang pendidikan. Mereka hanya peduli uang. Bahkan demi uang, sekolah pun dikomersialkan. hal ini membuat biaya sekolah sangatlah mahal. Untuk masuk sekolah dasar yang unggul saja, bisa menghabiskan jutaan rupiah. Memang ada yang murah, tetapi berkualitas apa adanya.

Pemerintah kapitalis dalam menyediakan kebutuhan pokok hanyalah sebagai regulator. Akibatnya, sekolah dan kampus harus jungkir-balik mencari dana. Jadilah pendidikan semakin mahal dan sulit dijangkau orang miskin.

Jangan ditanya soal kualitas. Sangatlah menyedihkan. Menurut bank dunia (world bank) pada tahun 2018, Indeks SDM Indonesia Tempati Peringkat 87 dari 157 Negara. Hanya satu tingkat di atas Vietnam. Padahal kita tahu, Vietnam selama puluhan tahun mengalami perang saudara. Kita bahkan jauh di bawah Filiphina, Thailand, apalagi Malaysia dan Singapura.

Selain mirisnya  kualitas pendidikan lndonesia, pemerintah seolah-olah juga mendukung. Dengan bercokolnya idiologi kapitalis dalam negeri, tujuan pendidikan pun diper untukkan untuk kepentingan korporasi dan para kapital. Siswa dan mahasiswa dididik menjadi buruh, bukan intelektual didalam negeri sendiri.

Pasalnya, bila rakyat lndonesia dicetak menjadi ilmuwan, mereka akan sadar jika sejatinya negeri ini sedang terjajah. Dan masyarakat akan melawan. Akan menuntut penggusuran sistem kapitalisme. Sistem yang menciptakan penjajahan pada negeri ini. Ia yang membuat pemerintah tunduk patuh pada penjajah. Bentuk kepatuhan itu mulai dari investor asing, hutang negara, eksploitasi sumber daya alam dan berbagai kerusakan dalam berbagai bidang lainnya.

Maka dari itu, rakyat dibodoh-bodohkan. Pendidikan dikomersialkan. Dijadikan mahal. Dan dengan itu, banyak rakyat yang tak bisa sekolah. Mereka pun menjadi bodoh. Mudah tertipu. Walaupun ada yang dapat sekolah. Mereka diciptakan sebagai pribadi bermental pekerja, bukan intelektual.

Pendidikan lslam, gratis dan terbaik sepanjang sejarah

Pada hakikatnya, sistem pendidikan lslam didasarkan pada kesadaran bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim. Rasulullah SAW. bersabda:

《طلب العلم فريضة على كل مسلم》
Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi).

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
《ان من اشراط الساعةان ىرفع العلم ىثبت الجهل 》
Diantara tanda-tanda kiamat adalah menghilangnya ilmu dan menyebarnya kebodohan... (HR. al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Atas dasar-dasar ini, negara wajib menyediakan pendidikan gratis untuk masyarakat, baik muslim maupun non muslim, kaya maupun miskin. Agar mereka mampu menjalankan kewajiban dan memenuhi kebutuhan primer mereka. Seperti yang telah terjadi sepanjang masa Daulah Islamiyah dulu. 

Begitu pula, negara menggaji para guru, penerjemah, ilmuwan dan para intelektual yang  ikut andil dalam pendidikan dengan uang dari Baitul Mal. Sedangkan harta Baitul Mal (Kas Negara) sendiri, diambil dari pos kharaj, fa'i, tanah mati, bea cukai dll.

Rasulullah sudah mencontohkan semua hal ini. Salah satunya, saat Rasulullah SAW. menetapkan tebusan tawanan perang Badar berupa keharusan  mengajar sepuluh anak kaum Muslimin. Selain itu, terdapat ijma' sahabat tentang pemberian gaji yang diambil dari Baitul Mal.

Wadhiyah Bin Atha' menuturkan riwayat:
"Di Madinah terdapat tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar memberikan nafkah kepada setiap mereka lima belas dinar setiap bulan"

Biaya pendidikan disini gratis secara keseluruhan. Baik buku, SPP, asrama, bangunan dan sarana prasarana lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang proses pendidikan. Tapi tentunya, pendidikan yang dihasilkan juga sangatlah berkualitas.

Sebab, tujuan pemerintahan berdasarkan akidah lslam. Sehingga terlahir generasi yang bertaqwa dan berkepribadian lslami. Mampu menjadi intelektual yang bermanfaat bagi ummat, negara, bahkan dunia.

Bukti konkrit dalam sejarah

Bukti kegemilangan lslam sudah sangat jelas dalam sejarah peradaban lslam. Bagaimana sistem pendidikan yang ada mampu menciptakan generasi penoreh tinta emas dalam peradaban. Manusia-manusia yang faham agama sekaligus menguasai sains dan teknologi.

Sistem pendidikan lslam telah melahirkan generasi seperti al-Kindi sang ahli optik, Ibnu Haitam pakar cahaya, atau al-Khawarizmi sang ahli matematika. Dunia kedokteran juga dihiasi dengan karya-karya intelektual Muslim seperti Ibnu Nails al-Qarshi, yang menjelaskan metode sirkulasi darah minor tiga abad sebelum William Harvey, dan Ibnu Sina sang bapak kedokteran yang mengarang 'qanun' tentang perawatan jantung.

Di bidang tsaqafah lslam, tidak terhitung ulama-ulama yang sangat luar biasa. Mulai Imam Bukhari yang hafal 100 ribu hadits shahih dan 200 ribu hadits tidak shahih. Lalu ada as-Suyuthi yang menghasilkan lebih dari 300 judul buku.

Bangunan-bangunan penopang pendidikan dalam Daulah lslamiyah dulu, sangat mengagumkan. Di Baghdad berdiri Universitas al-Munstanshiriyah. Khalifah Hakam bin Abdurrahman an-Nashir mendirikan Universitas Cordoba yang menampung Mahasiswa Muslim dan Barat. Gratis. Khalifah Nuruddin Muhammad Zanky (Abad IX Hijriyah) mendirikan madrasah an-Nuriyah di Damaskus. 

Di universitas-universitas dan perpustakaan yang ada pun, fasilitas sangat memadai dan lengkap. Dari asrama, tempat peristirahatan bagi para pembaca buku, taman, laboratorium, bahkan rumah sakit, para pelayan dan ruangan-ruangan besar untuk diskusi. Semuanya dengan cuma-cuma.

Inilah kegemilangan Sistem lslam. Berbeda 180° dengan sistem kapitalis. Maka, kesejahteraan rakyat dan terpenuhinya kebutuhan pendidikan rakyat, hanya akan terpenuhi apabila sistem lslam yang di gunakan oleh negeri ini. 

Wallahu a'lam bishowab