-->

Sebuah Pertarungan Yang Sudah Diketahui Pemenangnya

Oleh : Rohmah Suntari (Alumnus UIN Sunan Kalijaga)

Penamabda.com - Panggung perpolitikan kembali digemparkan dengan berbagai wacana yang menggelitik para pengamat dan tokoh untuk turut bersuara. Upaya untuk meliberalisasi SDA terus dilakukan dengan terbitnya UU No.3/2020 tentang Minerba, hingga munculnya RUU HIP yang kontraversi.  Penolakan muncul dari berbagai kalangan terhadap RUU HIP yang sedang ditunda ini. Nuansa keagamaan yang masih ada di UU ‘45 coba dihilangkan sedikit demi sedikit. Alih-alih berkedok haluan, tapi faktanya ada upaya menghilangkan terminologi ketuhanan yang akan semakin memuluskan sekulerisasi. 

Dampak riil dari sekulerisasi adalah tatkala orang lebih menjunjung tinggi materi dibanding nilai-nilai spiritual. Hal ini bisa dilihat dari arah pendidikan yang tercantum dalam RUU HIP. Semula arah pendidikan Indonesia bertujuan untuk mewujudkan anak didik yang bertaqwa, kemudian menjadi tenaga terampil dan tenaga ahli sesuai dengan karakter manusia pancasila untuk pembangunan nasional. Penggunaan diksi ini mengisyaratkan bahwa produk dari pendidikan seolah  hanya sebagai kuli/ robot bagi dunia industri saja. Alhasil jika RUU HIP sampai disahkan akan benar-benar bisa menjauhkan ummat dari Islam serta gambaran utuh tentangnya.

Upaya mengkaburkan ajaran Islam yang Kaffah tidak cukup disitu, ditengah memanasnya isu komunis sebagai derivat dari RUU HIP ini, para oknum dengan tega mensejajarkan khilafah dengan komunis. Sungguh sebuah tudingan yang keji. Judul-judul diskusi nyeleneh bertebaran di sosial media, dan tampak ramai di jagad youtube.  Ghazwul fikr memang sudah merebak ditengah –tengah kehidupan kaum muslimin. Siapa yang tidak kuat, bisa teraruskan, ikut mendukungnya bahkan sampai menjadi bagian penentang Khilafah.

Demikianlah fase-fase kehidupan yang sudah Rasulullah kabarkan, yang akan terjadi menjelang keruntuhan fase mulkan jabriyan. Pergolakan sengit sudah menanti. Tapi seorang pejuang tidak selayaknya pesimis, putus asa atau bahkan mundur dari medan perjuangan. Fikroh dan thoriqoh Islam cukup menjadi kekuatan ditengah  melemahnya sendi-sendi kehidupan. Seorang muslim seharusnya sudah tau siapa pemenang dibalik sekian banyak pertarungan pemikiran ini. Bukan ramalan ala-ala Mama Laurent.  Justru kevalidan kabar kemenangan disampaikan oleh pemilik kebenaran itu sendiri. 
 
Oleh karena itu janji dan bisyarah rasulullah sudah cukup untuk membuat kita optimis seraya terus berjuang. Segala tantangan dan rintangan adalah sebuah keniscayaan yang dengannya akan nampak mana yang benar-benar berjuang, mana yang hanya pura-pura, mana yang sungguh-sungguh, mana yang hanya main-main. Sekali-kali bukan dakwah yang memerlukan kita, karena tanpa ataupun hadirnya kita akan senantiasa ada orang-orang yang Allah kirimkan untuk menjadi penolong agama-Nya. Yang bisa kita lakukan adalah memastikan kita termasuk bagian dari pejuang agama-Nya.