-->

Meraih Ketakwaan Hakiki di Tengah Pandemi

Oleh : Candra Windiantika (Karyawan Swasta) 

Penamabda.com - Ramadhan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, tahun ini kita melewati Ramadhan ditengah pandemi Covid-19. Bukan hanya harus menahan diri dari rasa lapar dan haus namun juga menahan diri untuk tetap patuh pada protokol kesehatan. Diantaranya keharusan untuk lebih banyak dirumah. Namun demikian, semua itu insya Allah tidak akan mengurangi kualitas ibadah kita.

Setelah sebulan penuh mengendalikan hawa nafsu, kita akan merayakan hari kemenangan yaitu hari raya Idhul Fitri. Pada hari ini lahir pribadi-pribadi baru yang lebih bertakwa. Hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebulan penuh. 

Ketakwaan adalah sebab mengapa puasa Ramadhan diwajibkan atas diri kita. Allah SWT berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(TQS Al-Baqarah:183)

Namun demikian, kemenangan yang hakiki bukanlah saat kita mampu menahan rasa lapar dan haus serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Kemenangan hakiki adalah ketika kita mampu mewujudkan ketakwaan di dalam diri kita.

Pesan takwa juga disampaikan oleh presiden Joko Widodo. Dikutip dari m.merdeka.com(23/05/2020), Presiden Jokowi meminta setiap masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam memaknai Ramadhan dan lebaran tahun ini dengan ketakwaan. Menurut dia, seorang hamba dinyatakan lulus ketika dapat menjadi lebih baik dan lebih taqwa setelah menjalani ibadah di bulan suci.
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin juga berpesan agar masyarakat, khususnya umat Islam, untuk tetap patuh pada protokol kesehatan dalam berlebaran di tengah pandemi Covid-19.

"Idul fitri kali ini kita rayakan dalam suasana pandemi. Oleh karena itu, marilah kita rayakan dengan tetap memegang aturan-aturan kesehatan, dan marilah kita perkuat iman dan ketakwaan kita," kata Wapres Ma'ruf Amin dalam keterangannya saat menyampaikan pesan video dalam acara Takbir Virtual Nasional dan Pesan Idul fitri 1 Syawal 1441 Hijriah dari Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu malam.

Dengan memperkuat iman dan ketakwaan, menurut Ma'ruf Amin, niscaya keberkahan akan diperoleh masyarakat beriman, khususnya menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Kalau penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Allah akan turunkan keberkatan dari langit dan dari bumi, artinya kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan, dan dihilangkannya berbagai kesulitan," kata Wapres menambahkan. m.merdeka.com(23/05/20)

Pengertian taqwa secara etimologi, takwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian taqwa secara terminologi, taqwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa.

Ibnu Qayyim berkata, “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang dilarang. Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu karena imannya, yang diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran terhadap janji-janji-Nya. Dengan imannya itu pula, ia meninggalkan yang dilarang Allah dan takut terhadap ancaman-Nya.”

Dalam menghadapi pandemi ini, bukan hanya memerlukan fasilitas kesehatan dan teknologi. Tetapi diperlukan juga ketakwaan sebagai dasar yang dapat mengatasi masalah ini. Ketakwaan tidak hanya dilakukan oleh individu saja, namun juga masyarakat dan negara.

Individu yang bertakwa, akan memilah-milah aktivitasnya. Ia akan memutuskan apakah aktivitas yang dipilihnya membahayakan dirinya dan orang lain atau tidak. Ia juga akan memaksimalkan skala prioritas. Sehingga, di musim pandemi seperti ini, ia akan memilih aktivitas yang mendapatkan pahala sekaligus tidak membahayakan jiwanya. Ia akan lebih memilih berdiam diri di rumah daripada pergi berdesak-desakan di tempat umum.

Masyarakat yang bertakwa akan saling menjaga, memperhatikan dan mengingatkan. Jika ada individu yang menyalahi aturan, masyarakat segera mengingatkan. Masyarakat akan bersama menjaga kondisi tetap terkendali. Mereka tidak akan berdesak-desakkan di pusat perbelanjaan. Atau mudik di tengah pandemi demi menjaga keamanan sanak keluarga. Jika masyarakatnya bertakwa, mereka akan mengikuti aturan negara pula. Sehingga mudah diatur.

Ketakwaan negara adalah kunci dari dua ketakwaan sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri negara mengambil peran paling urgen dalam masalah ini. Ketakwaan individu sewaktu-waktu bisa luntur mana kala tak ada bentengnya. Pun ketakwaan masyarakat suatu saat bisa sirna jika tak ada penjaganya. Benteng dan penjaga ketakwaan itu adalah negara.

Negara memiliki andil dan kewajiban dalam penerapan aturan. Jika pemimpinnya bertakwa, tapi negaranya tidak berlandaskan akidah Islam, maka sia-sia. Pasalnya, sifat manusia bisa berubah. Pemimpin adalah individu. Jika lingkungannya tidak baik, maka bukan tidak mungkin pemimpin akan terbawa arus.

Begitu pula sebaliknya, tak cukup menggunakan negara berlandaskan akidah Islam tanpa pemimpin yang bertakwa. Meskipun aturannya benar, bisa saja ada penerapan yang diselewengkan.

Maka, ketakwaan negara hanya dapat dicapai jika pemimpinnya bertakwa dan aturan negara juga berdasarkan akidah Islam. Pemimpin yang bertakwa hanya akan menjalankan aturan sesuai dengan perintah Alquran dan Sunah. Ia akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh. 

Karena paham bahwa kepemimpinan yang ada di pundaknya adalah amanah yang kelak akan diminta pertanggungjawaban.
Itulah esensi ketakwaan kita, aturan Allah yang sempurna pasti membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun diakhirat, karena hukum Allah hukum yang baik, adil dan bijaksana. Kaum muslim harus tunduk dan Ridho terhadap syariah Allah dan harus merujuk pada hukum Allah yang terdapat pada Al Quran dan Al Hadis dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan mereka.

Wallahu’alam bishshawwab.