-->

Wisata Corona, Penghilang Stres atau Nyawa?

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih (Ibu Rumah Tangga) 

Penamabda.com - Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, 14 April 2020, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pemerintah akan membangkitkan sektor pariwisata termasuk perhotelan. Sebab sektor pariwisata Indonesia melemah gara-gara Corona.

"Pariwisata memang menjadi perhatian serius kita, tetapi kita perlu lihat juga ini sekarang. Kalau China ini recovery cepat, dan sekarang sudah mulai nih. Korea Selatan dan Jepang dalam satu atau dua bulan ini, berarti turis mereka sudah ingin keluar tuh karena stres berbulan-bulan," katanya melalui konferensi video di Jakarta, Selasa (Kompas.com,14/4/2020).

Bali menjadi salah satu daerah yang mulai digenjot kawasannya untuk menarik pengunjung wisatawan asing. Seperti China, Jepang, dan Korea Selatan yang mulai pulih dari kondisi pandemi virus corona. Pemerintah daerah sekaligus diminta menyiapkan alat pendeteksi Covid-19 bagi wisatawan asing yang akan datang ke Indonesia.

Masih saja bapak Luhut tak sadar bahwa Indonesi darurat Covid-19? Setelah pernyataannya beberapa waktu lalu yang nyeleneh dengan menyebutkan keheranannya korban meninggal akibat Covid-19 di Indonesia tak sebanyak di Italia. Sebagai seorang pejabat dan pemimpin masyarakat tentu kalimat itu tak pantas dikeluarkan dari lisannya. 

Kali ini malah akan menghidupkan lagi arus wisatawan. Agar kelesuan berubah menjadi semangat pengumpul pundi-pundi keuangan. Sungguh keterlaluan. Dalam Islam hilangnya 1 nyawa sangatlah berharga dibanding dunia dan seisinya. Sebagaimana hadis berikut Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Seorang pemimpin akan sangat berat azabnya jika terbukti selama ia memimpin lebih banyak menimbulkan mudharat dan kezaliman bagi rakyatnya. Dalam hal ini, penangan pandemi saja masih belum maksimal sudah hendak mengundang turis asing masuk ke Indonesia dengan membuka kembali akses menuju wilayah-wilayah pariwisata.

Maka terbukanya peluang interaksi wisatawan asing dengan warga masyarakat ini sebuah terapi penghilang stres atau justru upaya bunuh diri massal? Hal ini hanya terjadi jika pemimpin tak memiliki ketakwaan yang paripurna , ia bukanlah pribadi yang hanya takut kepada Allah dan bukan pada kurangnya harta dan penilaian manusia. 

Pemimpin yang mencintai rakyatnya sungguh-sungguh memang hanya lahir dari sistem yang Haq, yaitu Islam. Bukan yang lain. Sudah masyhur kiranya bagaimana Umar bin Khattab begitu prihatin melihat penderitaan rakyatnya ketika suatu saat negara Khilafah dilanda wabah dan bencana. 

Wajahnya murung dan kulitnya berubah sebab ia tak pernah makan lagi makanan favoritnya dan justru membagikan kepada kaum muslim ketika itu. Umar hingga bersumpah tak akan makan roti dengan mentega atau apapun yang ia sukai selama penderitaan rakyat belum hilang. Masyaallah, tak rindukah kita dengan pemimpin berkarakter demikian? 

Wallahu a'lam bish showab.