-->

Pandemi Corona: Saatnya Indonesia dan Dunia Berubah

Oleh: Dr. Rini Syafri (Doktor Biomedik dan Pengamat Kebijakan Publik)

Penamabda.com - Pandemi Covid-19 menjadi bukti nyata kegagalan kapitalisme, khususnya pada aspek ketidakmampuan dalam penanganan wabah.

Bagaimana tidak, wabah semula hanya ada di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Namun kemudian, melalui kasus impor yang bisa dicegah, wabah meluas pada wilayah geografi sangat luas hingga meliputi seluruh benua, dilanjutkan penularan lokal.

Akibatnya, dunia juga Indonesia semakin sengsara. Jutaan jiwa terinfeksi dan ratusan ribu di antaranya meninggal; Angka sesungguhnya jauh lebih besar.

Tidak hanya itu, pandemi membawa peradaban kapitalisme masuk lebih dalam pada krisis multidimensi. Tampak dari semakin parahnya krisis pelayanan kesehatan, ancaman kelaparan, gelombang pengangguran, bahkan krisis kemanusiaan.

Dari Wuhan menjadi Pandemi

Keberadaan kota Wuhan-Cina sebagai episentrum pertama wabah Covid-19 sudah banyak diberitakan, seperti pada laman www.who.int.

Pada 31 Desember 2019, suatu kluster pneumonia yang belum diketahui etiologinya terjadi di kota Wuhan- Provinsi Hubei – Cina.[1].”

Kasus impor menjadi pemula penting perluasan wabah hingga mendunia, seperti dinyatakan pada laman nejm.og:

Muncul dan tersebarnya novel coronavirus (2019-nCov) dari Wuhan-Cina telah menjadi persoalan kesehatan global. Sejak terdeteksi pada akhir Desember 2019, beberapa negara telah melaporkan kasus impor, yang di antaranya dari pelancong yang kembali dari Tiongkok.”[2]

Di Indonesia, kasus impor juga menjadi jalan pertama masuknya wabah, sebagaimana dinyatakan pada laman kompas.com dengan mengutip pernyataan seorang ahli epidemiologi Universitas Indonesia,

“Penularan lokal terjadi karena Indonesia masih membuka penerbangan ke lokasi yang terdampak covid-19, yakni Wuhan, Cina. Sebelum akhirnya Cina menerapkan kebijakan lockdown. ‘Artinya, di antara penumpang yang bolak balik Wuhan-Jakarta itu dan lima kota lainnya di Indonesia, di Makassar, di Batam, sudah ada yang membawa virus,’ ucap Pandu.”[3]

Di Indonesia, wabah meluas dengan cepat pada areal geografis meliputi 34 provinsi. Diberitakan pada laman covid19.go.id, bahwa per 16 April 2020 ada 5.516 kasus positif terkonfirmasi, dan 548 di antaranya meninggal[4].

Sementara di dunia, menyebar luas pada kawasan geografi yang meliputi seluruh benua. Tertulis pada laman John Hopkins University and Medicine -Coronavirus Resources Center, per 16 April 2020 covid-19 telah menyebar ke 185 negara, total positif terkonfirmasi 2.072.228 kasus, total kematian 137.666 kasus[5].

Inilah hasil penanganan wabah Covid-19 di bawah komando (WHO) World Health Organization dengan berpedoman pada Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation) IHR-2005 yang berlandaskan sudut pandang sekularisme.

Ketika Islam Diterapkan

Ketika Islam diterapkan secara menyeluruh (kafah), yakni, sebagai sistem kehidupan, ia akan bekerja secara sistemis menyelesaikan segera semua persoalan sistemis hari ini, termasuk wabah Covid-19.

Penerapan sistem kehidupan Islam bagaikan pohon yang akarnya sehat dan kuat menggantikan pohon yang akarnya rusak, yakni, sistem kehidupan kapitalisme.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam QS Ibrahim (14): 24 dan 25, artinya,

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit; (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan izin Rabnya….”

Bahkan kebaikan Islam akan segara terwujud sebagai keberkahan yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala pada Alquran Surah Al A’raf [7]: 96.

Artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..”.

Ada tiga prinsip Islam dalam penanggulangan wabah sehingga segera berakhir tanpa korban lebih banyak lagi. Pertama, penguncian areal wabah sesegera mungkin.

Ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallaam, yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apa bila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.“ (HR Imam Muslim).

Kedua, pengisolasian yang sakit. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya, “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati yang sehat.” (HR Imam Bukhari).

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya, “Hindarilah orang yang berpenyakit kusta seperti engkau menghindari singa.” (HR Abu Hurairah).

Ketiga, pengobatan segera hingga sembuh. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasalam, yang artinya, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, dan diadakan-Nya bagi tiap-tiap penyakit obatnya maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram.”

Di samping itu, kesehatan adalah kebutuhan pokok publik. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya“. (HR Bukhari) (HR Abu Daud)

Negara memiliki peran sentral dalam pelaksanaan ketiga prinsip ini, sehingga peluang kasus impor tertutup rapat, penularan lokal segera teratasi dan semua yang sakit segera sembuh.

Sebab, dari sisi mana pun kapasitas itu hanya dimiliki negara. Terlebih, Islam menjadikan negara sebagai pihak yang berada di garda terdepan dalam pencegahan segala penderitaan masyarakat.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada bahaya dan kesengsaraan dalam Islam.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Di samping itu, negara berfungsi sebagai pengurus urusan kehidupan masyarakat. Ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya, “Imam/ Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya” (HR. Muslim dan Ahmad).

Areal yang dikunci adalah nyata terserang wabah. Tidak tergantung wilayah kekuasaan, bahkan harus bebas dari aspek sekat-sekat negara bangsa dan otonomi daerah yang diharamkan Islam.

Para ahli klinis, virologi, dan epidemiologi membantu dari aspek sains. Seperti penetapan titik-titik areal wabah, lama waktu penguncian, pengujian cepat yang akurat, penelusuran jejak kontak dan pengobatan.

Pada saat yang bersamaan penerapan sistem kehidupan Islam, khususnya sistem politik dan ekonomi Islam, menjadikan negara segera berkemampuan logistik bahan pangan. Memadai dari segi jumlah dan kecukupan gizi, khususnya bagi masyarakat di areal penguncian.

Terlebih, Indonesia adalah negeri dengan potensi sumber daya alam pertanian berlimpah. Seperti sumber daya genetik, iklim, lahan, hutan, dan wilayah perairan. Pun demikian sumber daya manusia pertanian berikut para ahli.

Tidak hanya pangan, penerapan sistem ekonomi Islam dan politik ekonomi Islam, berikut keseluruhan sistem kehidupan Islam, menjadikan negara mampu menjamin kebutuhan pokok setiap individu masyarakat di wilayah wabah dan bukan, saat wabah dan tidak.

Berupa perumahan yang layak, air bersih, energi, serta infrastruktur dan moda transportasi gratis yang aman dan nyaman. Sehingga dapat berlalu lalang di areal penguncian tanpa membahayakan kesehatan.

Pun demikian ketersediaan fasilitas kesehatan berikut alat kesehatan dan obat-obatan. Semua ini meniscayakan imunitas masyarakat berada pada puncaknya, sehingga menurunkan risiko jatuh sakit.

Kekurangan dokter dan staf medis segera teratasi, seiring penerapan sistem pendidikan Islam. Khususnya pada tujuan dan kurikulum yang sahih serta bebas biaya. Di mana pendidikan tinggi adalah sandaran negara dalam pemenuhan tenaga terampil dan ahli bagi berjalannya fungsi negara.

Seperti dokter dan staf medis yang berkualitas dengan jumlah memadai. Olehnya, segera terwujudnya pelayanan kesehatan gratis berkualitas, utamanya yang terinfeksi wabah.

Kebutuhan pada riset terkini untuk kecepatan penanganan wabah, seperti riset karakteristik klinis, virologis, segera terpenuhi oleh penerapan politik riset yang sahih.

Yakni, riset yang bertujuan mempercepat terwujudnya politik dalam dan luar negeri khilafah, menggantikan konsep triple helix A-B-G yang bertujuan pertumbuhan ekonomi.

Kebutuhan terhadap berbagai teknologi terkini, utamanya untuk penanganan wabah sesegera mungkin, seperti PCR dan reagen, hazmat, masker, obat-obatan, dan berbagai alat kesehatan seperti ventilator juga akan segara dipenuhi. Yakni, melalui penerapan politik industri berbasis industri berat.

Di mana negara wajib mengelola langsung dua industri. Yaitu, industri harta milik umum seperti industri BBM; dan kedua, industri yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tanggung jawab negara, seperti industri farmasi dan alat kesehatan.

Kemampuan finansial segera dimiliki negara seiring penerapan sistem ekonomi Islam, khususnya konsep pengelolaan kekayaan negara. Yakni, pelaksanaan anggaran berbasis baitulmal yang bersifat mutlak.

Ini di satu sisi, di sisi lain, faktanya Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya dikarunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala barang tambang berlimpah. Mulai dari batu bara, BBM, hingga emas, sebagai harta milik umum dan salah satu sumber pembiayaan penanganan wabah.

Pada gilirannya, kehadiran pemimpin visioner dengan karakter yang kuat sebagai pelaksanaan syariat, tidak saja mewujudkan kesejahteraan di bumi nusantara, akan tetapi ke seluruh penjuru dunia.

Tidak hanya pembebas dunia dari pandemi Covid-19, tapi juga pembebas dunia dari penderitaan akut akibat hegemoni. Baik di Timur (Cina dan sekutunya), maupun di Barat (Amerika dan sekutunya).

Berikut lembaga internasional seperti WHO, PBB, WB, IMF, dan korporasi raksasa dunia yang menjadikan kesehatan dan nyawa manusia sebagai objek hegemoni.

Khilafah akan membawa dunia pada puncak kesejahteraan untuk kedua kalinya dengan izin Allah SWT. “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan diin yang benar agar dimenangkan-Nya atas semua diin. Dan cukuplah Allah sebagai saksi …” (TQS Al Fath[48]: 28). 

Sumber : MuslimahNews.com 

[1] https:www.who.int/news-room/articles-detail/who-advice-for-international-travel-and-trade-in-relation-to-the-outbreak-of-pneumonia-caused-by-a-new-coronavirus-in-Cina.

[2] [3] https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/21145001/pakar-epidemiologi-ragukan-dugaan-wn-jepang-tularkan-covid-19-ke-kasus/page=?

[4] https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona

[5] https://coronavirus.jhu.edu/map.html.