-->

Mafia Kejam Ala Kapitalis

Oleh : Wina Amirah

Penamabda.com - Dunia ini memang kejam, tapi lebih kejam lagi mafia kapitalis. Bagaimana tidak, ditengah pandemic yang kian mencekam, banyaknya korban berjatuhan tak terbilang pun banyak hati yang luka karena orang tercinta meninggal dunia. Namun, masih ada saja yang tak punya hati meraup rupiah disaat banyak jiwa yang tiada. Mereka adalah oknum mafia yang bersekongkol melakukan kejahatan terhadap masyarakat dengan mengimpor alat kesehatan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan saat ini untuk melawan virus corona (covid-19) dan dijadikan sebagai ladang bisnis.

Pandemic covid-19 ini adalah masalah dunia, dimana terdapat tingkat kesulitan yang berbeda bagi negara yang mengalaminya, termasuk Indonesia. Tentu, yang berperan penting adalah tenaga medis, dokter dan perawat. Siang malam mereka tidak tenang, sebab konsekuensi pekerjaan berjibaku dengan para pasien positif corona. Jika salah penanganan bukan tidak mungkin mereka akan menjadi korban corona selanjutnya. Namun, faktanya jaminan keselamatan tak terjaga sebab minim Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Kesehatan (Alkes) juga obat-obatan. 

Seperti dilansir dalam Suara.com, jumlah tenaga medis yang terinfeksi virus corona masih terus bertambah. Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh Tim Gugus Tugas Covid-19 Jakarta, hingga 12 April 2020 ada 174 orang yang tersebar di 41 rumah sakit, empat puskesmas dan satu klinik. Kondisi ini disebabkan bukan hanya karena tenaga medis kekurangan APD, namun menurut Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan Penggagas Solidaritas Berantas Covid, tenaga medis juga kesulitan mengakses fasilitas skrining dan testing. (21/04/2020)

Kenyataan ini sungguh sangat menghawatirkan, sebab semangat dan integritas yang tinggi bagi para tenaga medis tidak ditunjang dengan APD dan alkes yang memadai. Alih-alih menyelamatkan pasien positif corona, malah mereka yang menjadi korban. Hal ini menimbulkan pertanyaan ditengah masyarakat, apakah negara belum mampu memproduksi Alkes dan Obat-obatan?

Bencana corona membuka fakta bahwasanya Indonesia sangat banyak mengimpor alkes dan obat-obatan dari negara lain bahkan presentase impor mencapai 90%, sungguh sangat miris presentase impor yang sangat tinggi ditengah penekanan ekonomi akibat wabah menjadi sesuatu yang sangat menguras hati dan pikiran. Dan ternyata, di tahun lalu, mengutip data Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia atau Aspaki, nilai pasar alat kesehatan mencapai 13,5 triliun rupiah. Nilai ini mayoritas didominasi asing dengan porsi 92 persen, dan sisanya lokal hanya 8 persen. Besarnya "Value" asing inilah, yang ditengarai ada permainan, di bisnis alat kesehatan. KompasTV (24/04/2020)

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan ada mafia besar baik skala global maupun lokal yang membuat Indonesia tidak mandiri dalam industri kesehatan. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengusulkan agar penguasa menghapus dua kementerian, yakni Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Menurutnya, dengan langkah tersebut, bisa memberantas mafia impor yang selama ini meresahkan Tanah Air. Begitupun Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, juga menyoroti kapabilitas Indonesia yang harusnya bisa menyediakan bahan baku alat kesehatan dan obat-obatan. Meskipun ada beberapa komponen yang diimpor, namun presentasenya harusnya tidak sampai setinggi itu. Merdeka.Com (24/04/2020)

Memang benar, kondisi ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Sebab, sistem kapitalisme yang merajai sektor perdagangan, kesehatan, perindustrian bahkan perekonomian negeri ini hanya mengutamakan kepentingan individu semata. Masyarakat tidak lebih hanya dirancang untuk menjadi konsumen tanpa usaha memproduksi. Begitupun penguasa seakan memberikan keleluasaan bagi para mafia maupun pengusaha untuk mengimpor barang dari luar dan memasarkan dengan harga yang mahal, pun masyarakat dibiarkan untuk dijajah oleh produk-produk asing tanpa harus mencoba untuk memproduksi sendiri. Akibatnya, ketika musibah seperti pandemic covid-19 menyerang negeri, penguasa colaps dan kebingungan dengan kebutuhan alkes serta obat-obatan yang sangat tinggi, dan para mafia memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Sungguh kejam bukan? disaat banyak tenaga medis yang membutuhkan alkes dan obat-obatan, begitupun banyak masyarakat yang mengaharapkan bantuan dan perhatian tenaga kesehatan dengan peralatan kesehatan yang mereka miliki, justru di persulit oleh oknum mafia yang bergerak bebas tanpa batas menghisap keuntungan dengan melakukan impor sebesar-besarnya yang diyakini membutuhkan dana yang sangat besar untuk membelinya.

Hal ini menjadi bukti bahwa dominasi kapitalisme membuat korporasi global menekan penguasa negeri ini dalam kebijakan ekonominya. Sehingga tak kuasa tangan dan kaki penguasa melangkah pergi dan menolak impor dari sang pemegang kendali, para kapitalis. Walaupun sangat jelas keuntungan yang ada akibat impor tak mengalahkan kerugian yang diperoleh. 

Negeri ini membutuhkan penguasa yang mandiri, yang mampu menentukan arah pertumbuhan ekonominya sendiri tanpa ada intervensi dari oknum tertentu. Begitu pun juga dunia membutuhkan kepemimpinan yang adil dan steril dari kerakusan kaum kapitalis. karena negara didunia saat ini tak bisa dipungkiri juga mendapatkan tekanan ekonomi yang tak terhingga dari sang kapitalis, sehingga para mafia bebas bergerak memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Tentu, hanya ada satu jalan mengeluarkan negeri ini dari tekanan kapitalis, sehingga mampu menentukan sendiri arah dan perkembangan ekonomi negara. Negeri ini dan negeri diseluruh dunia membutuhkan islam sebagai sistem aturan yang mampu mengatur segala lini kehidupan, baik dalam sektor ekonomi maupun sektor lainnya. Sehingga negara akan menjadi yang paling terdepan dalam menangani masalah ataupun musibah yang terjadi dalam negeri. Sistem islam akan meminimalisir impor dan memanfaatkan SDA dan SDM dalam negeri. Karena penguasa dalam sistem islam menyadari perannya sebagai pelayan bukan pebisnis dan sistem ekonomi yang adil bukan yang pro kapitalis. Serta sangat menyadari bahwa impor menghilangkan kemandirian bangsa untuk menjadi bangsa yang produktif.  

Wallahu’alam Bishowwab []