-->

Ekuador Darurat, Jenazah Pasien Covid-19 Dibakar di Pinggir Jalan

    Kondisi di negara Ekuador memprihatinkan. Negara di bagian selatan Benua Amerika itu menghadapi krisis akibat Covid-19. Rumah sakit sudah tak bisa lagi menampung pasien, dan mayat diletakkan di jalan. Banyak juga yang dibakar di pinggir jalan.

    Pedro Zavala, seorang paramedis di kota Machala di Ekuador, bergegas begitu sibuk membawa ventilator portabel. dia kewalahan menghadapi situasi di Guayaquil, yang telah menjadi pusat krisis virus Korona di Ekuador.

    “Rumah sakit kehabisan segalanya. Orang-orang mencari tangki oksigen, respirator, ventilator, masker, apa pun,” katanya seperti dilansir dari Miami Herald, Jumat (3/4).

    Guayaquil, kota dekat pantai berpenduduk 2,3 juta orang, dihantam oleh virus Korona. Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan pasien batuk merana di luar rumah sakit yang penuh sesak, orang-orang sekarat di jalan.

    Wali Kota Guayaquil Cynthia Viteri juga dinyatakan positif virus Korona. “Apa yang terjadi dengan sistem perawatan kesehatan kita? Jenazah tak lagi di rumah, tapi ditinggalkan di trotoar,” katanya di Facebook.

    “Warga berharap rumah sakit akan merawat mereka, tetapi tidak ada lagi tempat tidur,” tambah sang Wali Kota.

    Kota itu telah mengeluarkan kocek USD 10 juta untuk membeli 50 ribu kit uji cepat tambahan, 40 ventilator portabel, dan 20 ventilator ICU. Dan juga telah empat truk berpendingin untuk menangani lonjakan jenazah.

    Ekuador memiliki salah satu tingkat infeksi tertinggi di seluruh Amerika Latin. Dan virus ini sangat kejam bagi Guaya, provinsi yang menjadi rumah bagi Guayaquil.

    Jenazah pasien Covid-19 di Ekuador ada yang dibakar di pinggir jalan (AP)

    Wabah terbesar berikutnya di negara itu adalah di Pichincha, Quito. Menteri Kesehatan Juan Carlos Zevallos mengatakan bahwa Guayaquil dan Quito mendeteksi kasus pertama dari virus Korona pada waktu yang bersamaan.

    “Sekelompok orang di Guayaquil tidak tidak mendengarkan dan kami mengalami ledakan viral load,” jelasnya.

    Lonjakan kematian dan rasa takut menghadapi jenazah membuat Ekuador mencekam. “Rumah pemakaman sudah penuh,” jelas Juan Carlos.

    Diperkirakan masih ada sekitar 100 jenazah di Guayaquil yang perlu dikumpulkan. Pemerintah perlu membersihkan jenazah dalam waktu 24 jam.

    Diego Diaz Chamba, seorang penduduk Guayaquil, butuh lima hari untuk mengubur ibunya yang berusia 79 tahun, Elsa Maria Chamba. Ibunya meninggal karena serangan jantung dan telantar tak bisa masuk ke rumah sakit.

    “Mereka memberi tahu kami rumah sakit itu untuk pasien Covid-19,” kata Diaz dalam sebuah wawancara telepon.

    Dan, di pemakaman ada antrean panjang hanya untuk mendapatkan daftar tunggu untuk dimakamkan. “Setiap hari semakin buruk. Kami melihat warga membakar jenazah di jalan. Satu-satunya pilihan adalah meninggalkan orang yang mereka cintai di jalan atau di rumah sakit jika mereka meninggal di sana,” ujarnya.

    Rumah pemakaman tidak cukup menerima jenazah. Ambulans tidak bergerak untuk mengambilnya. Banyak beredar video jenazah dibakar di jalan. Namun pejabat setempat membantah video itu.

    Ekuador adalah salah satu negara di Amerika Latin pertama yang mengunci perbatasannya dan menghentikan penerbangan internasional. Presiden Ekuador Lenín Moreno menyatakan keadaan darurat sejak 11 Maret.[jawapos]