Ciptakan Pendidikan yang Nyaman di Tengah Wabah, dengan Islam Kaffah
Oleh: Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M., (Aktivis Dakwah)
Penamabda.com - Merebaknya virus corona hampir di seluruh dunia telah berimbas pada berbagai sektor kehidupan hingga ke sektor pendidikan. Sekolah, kantor, atau tempat-tempat orang berkumpul mulai ditutup dan diliburkan sejak beberapa pekan lalu hingga batas waktu yang belum ditentukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Namun, sudah semestinya anak-anak kita tidak kehilangan kesempatan belajar di tengah merebaknya pandemi ini. Walau sekolah-sekolah diliburkan, proses belajar sejatinya masih bisa dilakukan di rumah.
Setelah kurang lebih empat pekan, kita melihat proses belajar mengajar secara daring berbasis koneksi internet ternyata mengalami jatuh bangun. Mulai dari para guru yang hanya memiliki gadget apa adanya, belum lagi kuota dan sinyal internet yang terbatas. Sementara itu para guru dikejar harus menuntaskan seluruh materi pembelajaran.
Keadaan ini diperparah dengan kondisi anak didik yang lama kelamaan terbebani dengan setumpuk PR dan tugas, karena mayoritas guru memberikan batas pengumpulan tugas secara bersamaan.
Dengan setumpuk PR dan tugas, orang tua murid ikut merasakan imbasnya juga. Mereka pun tidak tinggal diam dan melaporkan kondisi anak-anak ke KPAI. Pembatasan sosial dengan belajar di rumah yang awalnya bertujuan menghindari virus corona, malah menekan psikologis anak akibat tumpukan PR dan tugas belajar. Jika psikologis anak sudah terganggu, yang terjadi justru anak semakin stres. Akibatnya sang anak rentan tertular virus corona.
Menteri Nadeem akhirnya merespon. Nadeem mendorong para guru agar banyak berinteraksi dengan murid, tidak hanya memberi mereka tugas untuk menyelesaikan materi belajar. Bahkan yang terbaru, Menteri Nadeem mengganti proses belajar daring berbasis internet dengan proses belajar yang dipandu dari stasiun TVRI.
Situasi kehidupan kapitalisme sekuler yang dipaksa diterapkan oleh penguasa di negeri ini membuat penyelesaian masalah pendidikan di tengah wabah menjadi tidak mudah, padahal belajar jarak jauh sebenarnya bukan hal baru. Namun negeri kita masih berhadapan dengan kenyataan pahit anak bangsa yang belum melek teknologi untuk menjawab tantangan pendidikan di tengah wabah. Dan keberadaan mereka itu banyak, tidak sedikit.
Padahal, urgensi pendidikan sebagai kunci membangun negara maju harus menjadi agenda utama negara. Sehingga walau negara sedang berperang melawan wabah, upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkannya proses pendidikan dapat terselenggara dengan baik akan terus dilakukan.
Secara teknis tentunya kita harus bijak menyikapi kegaduhan. Mencari solusi yang mengakomodir guru sebagai tenaga pendidik, solusi belajar yang solutif bagi siswa, serta solusi yang tidak memberatkan orang tua dan keluarga dalam proses pendampingan belajar di rumah. Tak ketinggalan juga optimalisasi media komunikasi sebagai sarana dan prasarana edukasi.
Misalnya, guru-guru mengurangi jumlah tugas dan PR, materi yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi saat ini agar siswa makin tanggap terhadap wabah, bukan cuek atau tak mau ambil pusing. Bisa juga membahas tema seputar tanggap kebersihan, penularan virus, menjaga kesehatan di tengah wabah dan masih banyak lagi. Tentunya, selama wabah, guru juga harus didukung oleh kebijakan pemerintah dengan tidak dibebani dengan setumpuk pelaporan proses belajar mengajar.
Begitu juga, selama masa wabah belum berakhir, orang tua dan keluarga harus mendampingi proses belajar anak di rumah dengan penuh kasih sayang walau situasi sedang tidak menentu. Dan berupaya membangun kesadaran bahwa kondisi ini melatih kita untuk meningkatkan ketakwaan pada Allah SWT. Takwa kita kepada Allah adalah salah satu jawaban untuk bertahan di saat sempit dan sulit.
Agar proses belajar mengajar berjalan optimal, sudah seharusnya negara memenuhi kebutuhan pokok masyarakat selama karantina, seperti bahan pangan, listrik, air, tempat tinggal, obat-obatan, dan lain-lain. Tujuannya agar masyarakat terutama anak-anak dan orang tua dapat menjalani hari demi hari masa karantina dengan aman di rumah, sekaligus menjalani proses belajar mengajar dengan tenang dan bersemangat.
Optimasi sarana-sarana pendidikan seperti radio pemancar, televisi, surat kabar, majalah, atau internet gratis berikut gadgetnya, tak boleh ketinggalan untuk dimanfaatkan dalam menunjang proses belajar. Negara harus hadir untuk menyaring konten-konten negatif sehingga seluruh masyarakat akan terdidik dengan hal-hal yang bersumber dari kebaikan serta memacu semangat belajar siswa.
Satu hal yang menjadi catatan, negara bukanlah sekadar menghimbau masyarakat untuk mengarantina diri di dalam rumah dan setengah hati memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, apalagi kebutuhan terhadap fasilitas belajar mengajar serta kebutuhan lainnya. Tapi negara harus mampu menciptakan sebuah pendidikan yang nyaman baik bagi anak didik, guru serta orang tua. Namun, untuk ciptakan pendidikan yang nyaman di tengah wabah, negara harus menerapkan Islam secara kaffah.
Wallahu'alam. []
Posting Komentar