-->

Pembunuh Sadis Berusia Dini, Akibat Sistem Rusak

Oleh : Masita Yulia

Wajah belia itu sama sekali tidak menunjukkan penyesalan, padahal NF, gadis berusia 15 tahun tersebut telah melakukan pembunuhan yang tergolong sadis. NF telah membunuh seorang bocah berusia 5 tahun, yang notabene teman bermainnya. 

Awalnya NF menenggelamkan kepala korban kedalam bak berisi air, kemudian mencekik leher korban hingga tidak bisa bernafas sampai 5 menit. Ketika kepala korban diangkat dan ternyata korban masih bisa bernafas, pelaku mencolok  mulut korban sambil dimasukkan ke air lagi hingga korban benar-benar meninggal.

Setelah korban benar-benar meninggal, NF berencana membuang mayatnya, tetapi dia bingung harus dibuang kemana, akhirnya NF membawa mayat korban ke kamarnya. Mayat tersebut diikat dan dimasukkan kedalam lemari pakaian, supaya ibunya tidak mengetahuinya.
Kasus ini terbongkar oleh polisi karena NF menyerahkan diri ke kantor polisi dan menceritakan kepada polisi bahwa dia telah melakukan pembunuhan. Ketika polisi menyakan kepada NF apa yang dia rasakan setelah melakukan pembunuhan, dia mengatakn merasa puas (pojoksatu.id, 7/3/2020).

Potret remaja di era digital

Peristiwa pembunuhan yang dilakuakn NF kembali membuka mata kita bahwa remaja di era yang serba bebas saat ini sedang bermasalah. Seperti yang diberitakan di kompas.com, NF melakukan pembunuhan sadis tersebut terinspirasi dari film chucky dan slenderman, kedua film tersebut merupakan film favourit NF. 
Kebabasan di era digital ini menjadi salah satu sebab munculnya pribadi-pribadi bermasalah seperti NF. Remaja bisa mengakses apapun dan kapanpun dari gadget tanpa ada sensor, sehingga mereka bebas memilih tontonan apa saja yang ingin mereka  lihat. Tontonan-tontonan tersebut hanya diberi label utk orang dewasa ato anak-anak, sebagai pembeda apakah tontonan tersebut layak dikonsumsi anak dibawah usia ato tidak. Tapi siapa yang menjamin bahwa para remaja mematuhi pelabelan tersebut?

Pelabelan pada film seperti itu tidak menjamin bahwa remaja mematuhinya, buktinya banyak kasus yang terjadi di kalangan remaja diakibatkan tontonan yang mereka lihat di internet, seperti narkoba, free sex, Porno aksi, criminal dan sebagaimya. Remaja menjadikan tontonan yang dia konsumsi sebagai tuntunan sekaligus.

Sebenarnya pembunuhan yang dilakukan oleh remaja tidak hanya sekali ini terjadi, sebelum kasus pembunuhan yang dilakukan NF sudah ada beberapa kasus pembunuhan yang dilakukan remaja. Seperti yang terjadi di jawa barat, seorang remaja berusia 17 tahun tega membunuh bapak dan anak dengan bayaran Rp. 6 juta (detik.com, 19/7/2019). 

Di Bandar lampung, seorang remaja putri berusia 16 tahun membunuh temannya dan memasukkan mayatnya didalam karung, kemudian mengambil barang berharga milik korban. Dan masih ada kasus-kasus kriminal lain yang dilakukan oleh remaja.

Tindak kriminal yang dilakukan remaja semakin tahun bukan semakin berkurang tapi malah bertambah, dan muncul pelaku criminal baru dikalangan remaja. Mengapa bisa seperti ini? Siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas munculnya kasus-kasus seperti ini?

Sistem sekuler melahirkan generasi yang bermasalah

Kasus-kasus yang terjadi di kalangan remaja saat ini terkait dengan sistem pendidikan yang berlaku di negri ini. Institusi pendidikan di negri ini gagal melahirkan generasi  yang berkualitas. Prestasi akademik tidak berbanding lurus dengan akhlak dan kepribadian remaja. Seperti yang diketahui, NF sebenarnya bukan anak yang terbelakang mentalnya, justru dia adalah anak yang rajin di sekolahnya, duduk didepan dan selalu memperhatikan materi-materi yang disampaikan oleh gurunya. Bahkan NF mempunyai prestasi dibidang olahraga. Tetapi prestasi yang dia peroleh tidak berpengaruh pada perilakunya. Dia kerap melakukan perbuatan kejam kepada hewan, seperti membanting kucing dari lantai atas.

Sistem pendidikan sekuler, melahirkan kurikulum-kurikulum yang memisahkan agama dengan sain dan ilmu-ilmu yang lain. Agama tidak terkait dengan matematika, tidak terkait dengan ilmu alam dsb, agama menjadi materi tersendiri, dan diberi porsi waktu yang sangat sedikit disekolah. Sehingga para siswa hanya pintar secara kakdemik namun tidak cerdas secara emosi dan perilaku (akhlak). Itulah kenapa sekolah-sekolah gagal meluluskan siswa-siswa yang berkualitas akademik dan akhlaknya.
Sistem sekuler juga membuat ketahanan keluarga menjadi rapuh. Yang seharusnya keluarga adalah benteng pertama yang melindungi anak dari pengaruh negative dari luar, namun ketahanan keluarga di system sekuler ini menjadi rapuh. Seperti yang diberitakan, NF berasal dari keluarga yang” broken home”, yang menyebabkan ibunya harus mencari nafkah untuk menyambung hidup, dan alhasil, ibu NF tidak bisa memberikan perhatian penuh kpd NF sehingga NF kurang perhatian dan mencari kesibukan dengan menonton film di internet tanpa pendampingan dari ortu, sehingga NF bebas mengakses tontonan apapun.

Islam solusi segala permasalahan
Sudah terbukti bahwa islam mampu melahirkan generasi unggul. Pada masa kejayaan islam, islam banyak memunculkan ilmuwan-ilmuwan yang mempunyai beberapa keahlian sekaligus, islam juga mampu melahirkan pejuang-pejuang yang berusia muda, seperti Muhammad al faith, salahuddin al ayyubi, mus’ab bin umair dan sebagainya.
Para ilmuwan dan pejuang islam lahir dikarenakan system pendidikannya terintegral dengan agama. Seluruh ilmu pengetahuan dan ilmu2 yang lain dikaitkaan dengan agama, sehingga lahirlah generasi yang cerdas secara akademik maupun akhlak.

Untuk itu sudah saatnya system saat ini, yang gagal melahirkan generasi yang berkualitas, diganti dengan system islam yang terbukti keberhasilannya dalam melahirkan generasi unggul.

Wallahu ‘alam bi asshowab.