-->

Berani Berbuat Baik

Oleh : Nur Syamsiyah (Pegiat Literasi)

Menjadi baik itu susah. Satu kalimat yang terlintas ketika jiwa ini sedang futur. Iman yang sedang turun bak sedang bermain perosotan. Ingin rasanya teriak lepas agar hati segera terbebas dari kejenuhan. Ingin rasanya pergi jauh dari keramaian, mencari tempat sepi untuk menghilangkan rasa penat sejenak. Tapi itu bukan solusi, sebab diri yang hanya ingin lari dari masalah.

Ya, masalah. Setiap jiwa yang hidup akan selalu beriringan dengan masalah kehidupan. Tak sedikit pula yang bahkan memilih jalan bunuh diri karena masalah yang tak berkesudahan. Naudzubillah
Manusia, makhluk sempurna yang Allah anugerahkan akal untuknya. Guna berpikir untuk menjadi hamba Allah yang mampu senantiasa taat dan tunduk pada setiap titah-Nya. Namun sayang, masih banyak manusia yang terkalahkan dengan nafsunya.

Sebut saja satu permisalan, ketika kawan kita bercerita tentang kekasih non halalnya. Lantas kita sampaikan dengan penjelasan sedemikian rupa akan haramnya aktivitas pacaran, lalu dia malah pergi dan mengatakan bahwa kita nggak asik.
Dicibir? Dijauhi? Diblokir akun sosmednya? 

Ya, ternyata memang tak semudah itu menyampaikan nasehat. Memang tak semua niat baik akan diterima dengan baik oleh mereka. Tapi Allah tahu mana yang terbaik untuk kita.

Baik itu bukan apa yang menurut kita baik, buruk pun bukan apa yang menurut mereka baik. Tapi baik ataupun buruk itu apa kata Allah dan Rasul-Nya.
Apa yang kita cari di dunia ini? Perkataan manusia yang tak kan pernah habisnya? Ridha manusia yang selalu berakhir pada kekecewaan? Atau berharap pada ridha dari Allah swt?

Tentu sebagai seorang muslim sejati, ingin meraih ridha Allah swt. Sebab itulah apa yang menjadi perintah-Nya kita lakukan dan apa yang Dia larang kita jauhi. Allah perintahkan kita untuk selalu beribadah kepada-Nya.

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

“(Dan) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzariyaat: 56)

Beribadah yang seperti apa? Menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari perkara aqidah, ibadah mahdlah (shalat, puasa, zakat, haji), akhlak, berpakaian, makan minum, hingga perihal ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, politik, sanksi dan lain sebagainya.
Sebab Islam telah mengatur semuanya di dalam 3 dimensi, yaitu mengatur hubungan antara manusia dengan Penciptanya, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan sesamanya.
Lantas, bagaimana jika ada orang lain mengatakan, ‘Sudahlah, tidak perlu terlalu ideologis. Jangan sok islami’ ?
Sebagai seorang muslim, sudah menjadi suatu hal yang wajar ketika ia menggunakan Islam sebagai satu-satunya solusi dari setiap problematika yang ada. Menggunakan sudut pandang Islam dalam menilai segala sesuatunya. Sebab kita tahu, agama yang diridhai di sisi-Nya hanyalah Islam. Sedangkan kita ingin berburu ridha dari-Nya.

Wahai para pemuda langit, pengemban dakwah, penjaga Islam. Majulah terus pantang mundur. Sampaikanlah nasehat, sebab itu sebaik-baiknya perkataan. Sampaikanlah dakwah, sebab itu tanda cinta.

Tapi, sampai kapan harus berbuat baik? Sampai nanti, kalau Allah sudah mengatakan saatnya kita kembali. Kalau nanti Allah kirimkan malaikat Izrail untuk menjemput, maka sampai disitulah akhir kita dalam beramal. Tidak lama, itu hanya sebentar.

Jangan pernah sekali kali mencari ridha manusia, luruskan niat melakukan sesuatu hanya untuk Allah dan karena Allah. Mintalah pada-Nya, agar Allah mudahkan lisan kita dalam menyampaikan kebaikan dan kebenaran, serta membukan hati mereka yang menerima kebenaran ini.

Jangan tunggu nanti untuk berbuat baik, sebab hadits ini mengingatkan kita untuk bersegera dalam beramal shalih.
“Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal : apakah kalian menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau kalian menunggu dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek yang ditunggu, atau kalian menunggu datangnya hari kiamat, padahal kiamat adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat menakutkan” (HR at Turmudzi)