-->

Bangga Menjadi Muslim

Oleh : Juanmartin (Majalah Drise)

Abu Dzar Al-Ghifari r.a. beliau hidup bersama suku Ghifar yang tinggal di  lembah Waddan, sebuah area penting yang terletak antara Mekkah dan Syam, dan merupakan jalur perlintasan kafilah dagang yang strategis.Ketika berita pengangkatan Muhammad sebagai Rasul sampai kepada Abu Dzar, dia berkata kepada adiknya, Unais;

“Berangkatlah kamu menuju lembah (Mekkah) itu, dan kabarkan kepadaku tentang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi yang membawa berita dari langit, dengarkanlah ucapannya kemudian kembalilah kepadaku”. Maka saudaranya berangkat hingga sampai di Mekkah dan mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki yang dimaksud (Nabi).
 
Setelah beberapa lama, Unais pun kembali kepada Abu Dzar, dan berkata; “Aku melihatnya mengajak kepada keluhuran perilaku dan ucapan yang bukan sya’ir “. Abu Dzar berkata; “Kamu belum bisa memuaskan apa yang aku cari”. Maka Abu Dzar berkemas menyiapkan bekal perjalanan.  Abu Dzar pun tiba di Mekkah, dan mencari orang yang paling lemah di antara mereka, lalu ia bertanya,

“Di manakah orang yang kamu katakan sebagai pembawa agama (Rasulullah SAW) itu?” mendengar perkataan Abu Dzar, maka penduduk Mekkah itu langsung memukuli dan melemparinya dengan batu dan tulang sehingga Abu Dzar jatuh pingsan. Ketika terbangun, Abu Dzar mendapati dirinya mengeluarkanbanyak darah.

Abu Dzar tidak bertanya lagi melainkan hanya mencuri dengar tentang Rasulullah. Abu Dzar duduk seharian di ka’bah, namun tak jua melihat Nabi Muhammad  SAW. Hingga beliau bertemu dengan Ali bin Abi Thalib dan membawanya kepada Rasulullah. Abu Dzar bertemu Rasulullah SAW dan mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam, “As-Salamu `alaika, ya Rasulallah!'” Beliau menjawab, “Wa `alaika wa rahmatullah.”
 
Kemudian Rasulullah bertanya, “darimana Anda berasal?” Abu Dzar menjawab, “Dari Ghifar.”  Rasulullah SAW pun merasa kagum karena telah difahami bahwa daerah suku Ghifar itu sangat jauh jaraknya dengan Mekkah. Rasulullah mengangkat kepalanya seraya bertanya, “Sejak kapan kamu berada di sini?” Abu Dzar menjawab, “Sejak 30 hari 30 malam yang lalu.” Beliau bertanya, “Siapa yang memberimu makan?”

Abu Dzar menjawab, “Aku tidak pernah memakan makanan kecuali air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Air Zam-zam itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang mengenyangkan”.

Kemudian Abu Dzar mendengarkan penjelasan Rasulullah SAW, hingga ia langsung masuk Islam seketika itu juga. Nabi Muhammad SAW berkata kepada Abu Dzar: “Pulanglah ke kaummu dan sampaikanlah ajaran Islam kepada mereka hingga kamu mendapatkan kemenangan agama Islam.” Abu Dzar berkata; “Demi Allah yang menguasai diriku, sungguh akan aku sampaikan Islam kepada mereka dengan sejelas mungkin.”  
 
Kemudian Abu Dzar keluar dari rumah Rasulullah SAW pergi menuju Masjid Haram. Sesampainya di sana ia berseru dengan sekuat tenaganya mengucapkan; “Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang hak selain Allah semata dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah.” Mendengar seruan itu, maka para penduduk kota Mekkah terkejut dan saling berdatangan ke tempat sumber suara tersebut.

Setelah mengetahui bahwa yang mengumandangkan suara itu adalah orang asing dan bukan penduduk Mekkah, maka mereka pun langsung memukulinya hingga ia terjatuh.  Tak lama kemudian Abbas bin Abdul Muththalib datang melindunginya  seraya berkata; “Celaka kalian ini! Tidak tahukah kalian bahwa  orang yang kalian pukuli itu adalah dari suku Ghifar? Dan tidak sadarkah  kalian bahwa jalur perdagangan kalian  ke negeri Syam pasti akan melalui wilayah suku Ghifar?” Lalu Abbas pun langsung menyelamatkan  Abu Dzar dari amukan orangorang Quraisy. 

Keesokan  harinya Abu Dzar tetap melakukan  perbuatan  seperti itu, hingga orangorang Quraisyy  Mekkah  berdatangan  untuk  memukulinya. Kemudian  Abbas pun datang  untuk  melindungi dan menyelamatkannya dari amukan mereka. Abu Dzar kembali ke suku Ghifar dan mengabarkankepada Unais dan sang Ibu bahwa ia telah masuk Islam dan beriman, maka Unais dan Ibunya berkata, “Aku tidak membenci agamamu. Sebab aku sudah masuk Islam dan beriman”. Kemudian mereka berangkat hingga datang pada kaumnya, Ghifar.

Maka, sebagian dari suku Ghifar masuk Islam.Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, “Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madinah, maka kami akan masuk Islam.” Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisa masuk ke dalam Islam.
 
Maa Syaa Allaah Driser, kita layak malu kepada para sahabat. Mereka yang baru memeluk Islam begitu bersemangat mendakwahkan sekaligus menunjukkan identitas kemusliman mereka. Mereka tak sungkan menampakkan kepada khalayak, meski taruhannya adalah nyawa. Seperti kisah Abu Dzar di atas. Semoga kita juga bangga jadi seorang muslim. Mulai dari cara berpakaian, berperilaku keseharian, hingga aktif dakwahmenyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Tunjukkan identitasmu![]  

Sumber :
https://majalahdrise.com/bangga-menjadi-muslim/