-->

Akarnya Adalah Orangtua

Oleh : Ustadz Mohammad Fauzil Adhim

Secara alamiah, makanan unta adalah rumput dan tetanaman termasuk kaktus. Sebagai herbivora, unta juga memakan kurma maupun gandum. Tetapi sebagaimana kucing yang termasuk hewan carnivora pada akhirnya ada yang dapat memakan nasi, kue dan bahkan durian, maka unta pun dapat mengkonsumsi roti. Roti memang bisa berbahan gandum, tetapi bentuk serta rasa dan sifatnya sudah berbeda. 
.
Biasanya perubahan perilaku itu dimulai dari lapar, kemudian memperoleh pembelajaran. Di saat kebutuhannya terhadap makanan yang seharusnya menjadi konsumsi tidak terpenuhi, maka tak ada rotan akar pun jadi.
.
Seperti unta, anak-anak kita juga demikian. Tidak ada anak yang lahir dalam keadaan menyukai gadget, mencintai dan mencari-carinya. Tidak ada. Mereka lebih memerlukan interaksi insani antara dia dan emaknya, antara anak dan orang-orang di sekelilingnya. Saat kebutuhan memperoleh interaksi insani yang bermartabat dan memuaskan tidak ia peroleh, maka kaidah tidak ada rotan akar pun jadi berlaku baginya. Anak belajar menyukai, tepatnya lebih menyukai, bincang dengan selain orangtua dan bahkan saudaranya. Ia lebih nyaman berbincang dengan orang lain dan menerima pengaruh mereka, lebih dari pengaruh orangtua.
.
Tetapi… Sebagian anak tidak memperoleh karunia komunikasi insani bermartabat dari kedua keluarga, terutama kedua orangtua. Kadangkala orangtuanya ringan memuji, tetapi bukan untuk menanggapi, bukan pula sebagai bentuk antusiasme terhadap perbincangan dengan anak. Orangtua memuji agar anaknya segera menyudahi ceritanya atau bahkan agar segera pergi. Anak tidak memperoleh kehangatan komunikasi, tidak pula memperoleh tanggapan yang gegas. Anak melihat keasyikan itu ada bersama gadget, benda yang sama yang membuat emaknya terpukau terkesima. Ia pun mencoba dan mendapati gadget menanggapi dirinya lebih gegas dibandingkan emak dan bapaknya.
.
Maka seperti unta yang akhirnya suka roti, padahal sebenarnya herbivora, anak-anak pun dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih mencintai gadget dibanding bincang dengan emaknya. Laksana kucing yang doyan kue pada sebenarnya carnivora, anak pun dapat belajar menggandrungi media sosial daripada sosialisasi dengan emak-bapak, keluarga maupun teman-temannya.
.
Akarnya adalah orangtua. Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi orangtua yang dirindui anak untuk berbincang?
.
_______
Sumber : Wadah Aspirasi Muslimah