-->

Tafsir Moderat: Produk Sistem Sekuler Berbalut Moderasi Agama

Oleh: Ummu Farras (Aktivis Muslimah Kota Cilegon) 

Arus moderasi Islam di Indonesia semakin mengemuka. Salah satu indikasinya adalah adanya penciptaan 'tafsir moderat'. Beberapa waktu lalu, Muktamar Tafsir Nasional 2020 yang diselenggarakan Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Nurul Jadid (Unuja) Probolinggo menghasilkan beberapa rekomendasi. Di antaranya, ratusan peserta muktamar tersebut sepakat untuk mempromosikan moderasi Islam atau Islam moderat. Salah satu pembicara dalam muktamar tersebut yang merupakan Pengasuh Pesantren Lingkar Studi Quran (LSQ) Arrahmah Yogyakarta, Prof. Mustaqim menawarkan sebuah metodologi untuk memahami dan menafsirkan Alquran dan hadis secara moderat, yaitu Tafsir Maqashidi. "Tafsir Maqashidi itu adalah sebuah pendekatan tafsir yang mencoba menengahi dua ketegangan epistimologi tafsir antara yang tekstualis dengan yang liberalis," (republika.co.id). 

Tafsir Maqashidi ini digadang gadang akan bisa mengatasi kebuntuan rekonsiliasi metodologis antara fundamentalis dan liberalis yang selama ini terjebak dalam dua kutub yang saling bertentangan. Tafsir Moderat Produk Pemahaman Sekular Liberal Menurut Sekretaris Ditjen Bimas (Bimbingan Masyarakat) Islam, Tarmizi Tohor, Dalam empat tahun terakhir, Kementerian Agama aktif mempromosikan pengarusutamaan moderasi beragama. 

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Penciptaan tafsir moderat semacam ini merupakan produk dari moderasi beragama di sistem sekular liberal. 

Indonesia merupakan negara pengusung sekular liberal yang memisahkan antara peranan agama dari kehidupan serta melegitimasi kebebasan berdasarkan hak asasi manusia. Ini yang mendorong munculnya orang orang yang bebas menafsirkan kitab suci. Tak dapat dipungkiri, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memuluskan pemahaman liberal terhadap ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat. 

Adanya tafsir moderat seperti ini tentu berdampak besar terhadap umat. Selain menjauhkan umat Islam dari pelaksanaan Islam kafah, serta akan menyesatkan umat dari mafhum (pemahaman) yang benar tentang ajaran agama Islam yang mulia. 

===
Islam Ajaran Sempurna

Islam merupakan agama yang sempurna, syariatnya mengatur seluruh aspek kehidupan, baik hubungan manusia dengan dirinya (hablu bi nafsi), hubungan manusia dengan sesamanya (habluminannas), dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta (habluminnallah). Totalitas dan kesempurnaan Islam tentu tidak akan tampak kecuali jika kaum Muslim mengamalkan Islam secara kafah (total) dalam seluruh segi kehidupan. 

Inilah yang Allah SWT perintahkan secara tegas dalam al-Quran: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208). 

Maka, kita patut waspada terhadap moderasi agama yang digaungkan penguasa. Ini merupakan ciri khas rezim sekuler liberal yang menyesatkan umat dari jalan kebenaran (Islam). Sudah semestinya bagi kita kaum muslimin untuk mempelajari ajaran Islam secara utuh. Dan juga mengambil ajaran Islam secara keseluruhan (kafah) dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tidak memilah milih ajaran Islam. Mengambil setengah, dan membuang sebagian. 

Jika seperti ini akan timbul kerusakan di muka bumi dan mengundang azab Allah SWT. Sesuai firman Allah SWT :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf 7: 96).
Wallahu a'lam bisshowwab.

—————————————
Sumber : Muslimah News ID