-->

Pejuang VBAC (Part 3)

Based On True Story 

Pejuang VBAC (Part 3) 

Oleh : Ummu Farras 

Malam itu Zahrana tak bisa terlelap. Sepertinya memang sudah dekat waktunya untuk melahirkan. 
Ia pun mencoba tenang dan memberitahu suaminya.
Suaminya menenangkan, dan mengusap-usap punggung Zahrana setiap rasa nyeri itu datang.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah.." Zahrana melantunkan dzikir.
Waktu menunjukkan pukul 23.00.

"Sabar ya mi.. Kalau bisa sambil dicoba tidur aja gimana? biar besok ga ngantuk" saran suaminya.
"Iya bi.."
Zahrana membaringkan tubuhnya mencoba untuk tertidur.
Bersyukur ketiga anaknya sudah terlelap. 
Zahrana pun akhirnya tertidur karena lelah. 

Ketika waktu subuh tiba, Zahrana masih menunaikan solat subuh. Ia merasa kontraksi masih sama. Belum ada peningkatan rasa sakit, masih seperti tadi malam. 
Suaminya sibuk menelpon orang tua dan kerabat, meminta do'a untuk Zahrana. 
Sekitar pukul 06.00 anak-anak pun terbangun. Suaminya bergegas untuk menitipkan anak-anak kerumah neneknya. Perlengkapan dan keperluan anak-anak sudah dipersiapkan Zahrana kemarin siang. Tinggal diangkut. Maklum, perlengkapan anak-anak ketika mau dititip di neneknya itu mesti lengkap. Biar tidak terlalu merepotkan orang tuanya nanti.

"Umi, emang umi mau lahiran dede bayi?" kata si sulung Malik, bertanya.
"Iya sayang, doakan umi dan dede bayinya sehat, selamat, dan lancar ya?".
"Iya umi. Kakak sama adik-adik tunggu dirumah nenek?"
"Iya sayang.. Nanti kalau umi udah lahiran, pulang dari rumah sakit dijemput ya." sahut Zahrana.
"Iya mi.."

Tak terasa airmata menetes di pipi Zahrana. Keadaan ini membuatnya hanyut dalam perasaan. Setiap mau melahirkan, ia memikirkan apa nanti bisa bertemu lagi dengan anak-anak serta keluarganya ataukah tidak..
terbayang saat waktu itu ia melahirkan di atas meja operasi. Yang terbayang adalah wajah anak-anaknya.. 
Di atas meja operasi saat itu Zahrana merasakan bahwa maut sudah semakin dekat.. 
"Ya Allah.. Kuserahkan semua urusanku padaMu". 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Sepulang suaminya dari rumah ibunya menitipkan anak-anak, Zahrana mulai merasa mulasnya semakin sakit. Ia pun meminta diantar ke bidan. "bi.. Sekarang aja yuk ke bidannya.. Udah lumayan sakit ini." pinta Zahrana. 
"Ayo.. Abi ambil dulu tasnya". 
Tas perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan jauh-jauh hari. Jadi tinggal angkut juga. 

Sesampainya di bidan, Zahrana diperiksa. Ternyata sudah pembukaan 4. Zahrana mengatur nafas untuk meredakan rasa sakit yang mulai teratur. 
Sayangnya bidan tidak bisa menangani Zahrana, ketika tahu Zahrana punya riwayat SC tiga kali. Akhirnya Zahrana dirujuk ke RSIA. 
"Ga apa-apa ya mi? Asal selamat semua.. Bismillah aja" sahut suaminya menenangkan. 
Zahrana mengangguk sambil menahan rasa nyeri. Ditambah gelisah karena rencananya untuk melahirkan normal di bidan pupus sudah. 
Bidan menjelaskan disana tidak ada peralatan lengkap, bagi ibu hamil beresiko seperti Zahrana. Khawatir keadaan darurat, jadi harus melahirkan dibantu dokter kandungan. 

Sesampainya di RSIA, waktu menunjukkan pukul 7.30. Zahrana mencoba berjalan jalan di halaman Rumah Sakit, sementara suaminya mengurus administrasi. Dokter kandungan sedang tidak ditempat, karena sedang ada tindakan SC di Rumah Sakit lain. Nanti kurang lebih satu jam lagi baru datang. 

Peluh membanjiri dahi Zahrana. Gelisah campur rasa sakit menerpa. Tak putus asa ia terus berjalan di halaman rumah sakit. Indahnya warna warni bunga di taman seakan tak bisa mengobati rasa sakitnya. Sesekali ia duduk jika kontraksi sudah begitu kuat. Suaminya menemani di sampingnya. Zahrana berdzikir.. Sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat. "Semoga rasa sakit ini bisa menggugurkan dosa dosaku.. Semoga Allah Ridho padaku.. " gumam Zahrana. 

Menurut ahli medis, rasa sakit itu memiliki sebuah skala yang sering disebut dengan Dels. Seorang manusia normal hanya mampu menahan rasa sakit hingga skala 45 Dels. Selebihnya ia bisa pingsan karena tak mampu menahan sakit yang berlebih. Saat melahirkan, seorang wanita rata-rata mengalami sakit dengan skala sampai 57 Dels. Artinya apa? Perjuangan seorang ibu sangatlah hebat untuk melahirkan anak-anaknya. Skala 57 Dels itu setara dengan kita merasakan 20 tulang di tubuh retak di saat bersamaan. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya sakit yang dialami oleh ibu saat melahirkan? Dengan skala 57 Dels harusnya seorang manusia akan pingsan seketika. Namun tekad kuat, rasa cinta dan pertolongan Allah SWT pada seorang ibu yang melahirkan amatlah besar. 

Di dalam Islam, seorang ibu yang hamil dan melahirkan, memiliki banyak keistimewaan di hadapan Allah SWT. sebagaimana Rasulullah SAW telah berwasiat kepada Fatimah Az-Zahra, anaknya :

“Wahai Fatimah, apabila wanita mengandung, malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, dia tidak akan membawa dosa sedikit pun. Di dalam kubur akan mendapatkan pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahalah seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari Kiamat”.

MasyaaAllah...Astagfirullah.. 
Zahrana kembali berdzikir di sela rasa sakitnya. 

Sekitar 40 menit kemudian. 
"Bi.. Umi udah sakit banget ini.. Ya Allah.. Udah mau mengejan sepertinya.." Zahrana merasa tak kuat lagi. 
Suaminya bergegas menuntunnya ke ruangan. 
"Abi panggil bidan dulu ya.." suaminya mulai cemas. 

Beberapa saat kemudian datang tiga bidan mempersiapkan Zahrana. Bidan menyampaikan dokter belum juga datang. Bidan tidak berani intervensi dan mengambil keputusan karena terlalu beresiko. 
Yang satu mencoba menelpon kembali Rumah sakit tempat dokter melakukan tindakan. Di saat seperti ini rasanya semua orang jadi cemas. Tak terkecuali Zahrana. Ia merasa bayinya akan segera lahir. 

Akhirnya persalinan Zahrana dibantu dengan para bidan. 
Zahrana pun mengejan sesuai arahan bidan. 
Atas Rahmat Allah SWT, bayi Zahrana lahir dengan normal dan selamat pada pukul 08.10. 

Zahrana menangis haru mendengar tangis bayinya. 

Ia bersyukur atas Rahmat Allah yang begitu besar diberikan padanya. 

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan"


******
Pagi itu langit sangat cerah, secerah hati Zahrana.. 
___________

Tamat.