-->

Mengingat Mati dan Mesin Kecerdasan Anak

Oleh : Ustazah Yanti Tanjung

Tidak rumit memahami mesin kecerdasan anak dalam pendidikan Islam, karena maknanya sudah jelas dan terukur, seperti yang tertera dalam hadist Rasulullah saw :

Rasulullah SAW ditanya salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar menemuinya, "Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia?" Beliau menjawab, "Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan paling siap menghadapinya. Merekalah orang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat." (HR at-Tirmidzi).

Mesin kecerdasan ini tidak memakai STIFIN tapi berdasarkan informasi dari hadist Rasulullah saw. Mengingat mati adalah perkara aqidah dan siap menghadapinya adalah goal pendidikan yang harus diraih yaitu terbentuknya kepribadian Islam. 

Yang rumit itu dalam prosesnya dan menancapkan keimanan yang kokoh pada anak akan kembalinya ke kampung akhirat sementara dunia ini hanya fana. Tidak mudah memang menanamkan ini apalagi menggiring anak tidak fokus pada visi dunia tapi juga jauh dari itu bervisi akhirat. Tentu proses pembelajaran tarkiz akidah yang panjang, memguras pikiran dan emosi juga meminta kesungguhan dan ketauladanan orang tua. 

Secerdas-cerdasnya anak bukanlah diukur dari juara olimpiade berkelas dunia namun tak terpikirkan bagaimana kejuaran itu bisa bervisi surga, juga bukan diukur anak bisa ahli diberbagai ilmu dan selalu berprestasi di bidang akademik tapi tak terpikirkan ilmu dan nilai akademik tersebut bisa menjadi amal shaleh dan berguna buat kemuliaan Islam dan umat. Meskipun dia tak beprestasi dan tak terkenal dan tak sukses di dunia namun selalu banyak mengingat mati lalu paling siap menghadapi kematian dan tak kenal lelah menyiapkannya maka dialah anak yang paling cerdas. 

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”

Anak selalu menyadari dimanapun dia berada kapanpun itu kematian akan selalu mengintainya,untuk itu anak akan berjibaku untuk meraih harapan-harapan ketakwaannya. 
Dengan mengingat mati seluruh potensi berhawa kebaikan yang berlandaskan aqidah Islam akan menjadi energi keberanian,kepercayaan diri, berjiwa pemimpin,bermental pemenang yang akan dilejitkan untuk izzul Islam wal muslimin. Apalah artinya kehidupan bila kehidupan tidak bisa mengembalikan kehidupan Islam. Apalah maknanya hidup bila hidup tidak bisa meraih kesyahidan. 

Tak akan ada rasa takut akan mati dalam perjuangan baik di medan jihad dalam ilmu dalam dakwah karena perkara itu adalah sebaik-baik persiapan menuju kematian. Tak akan ada rasa takut mengarungi pulau demi pulau,wilayah demi wilayah,kota demi kota untuk meraih predikat ahli ilmu, ahli dakwah dan ahlisurga. 

Dalam taqarrubnya kepada Allah sujudnya lama, merendahkan diri pada Allah memohon pengampunannya dan petunjuk,mengakui kelemahan diri di hadapan sang Khaliq dan meminta pertolongan demi pertolongan untuk kemenangan agama ini untuk bangkitnya umat Islam untuk mulianya peradaban.

Orang tua yang cerdas sudah memastikan dirinya dan anak-anaknya berada di posisi yang benar ,tidak akan rakus menikmati kelezatan dunia, akan mengejar akhiratnya sementara dunia ini hanya jangan lupa saja karena mengingat kematian baginya adalah nasehat terbaik agar senantiasa berada pada koridor ketaatan pada Allah swt. 

Mesin kecerdasan ibu  akan berjalan menginstal pola berpikir anakny dengan Islam sehingga terpola dengan Islam dengan satu qaedah saja yaitu aqidah Islam. Aqidah Islam ini akan ia jadikan sebagai landasan dimana seluruh pemikiran untuk menyelesaikan masalah kehidupan adalah Islam berikutnya akan dia ikatkan dengan fakta dan amal, karena kecerdasan itu erat kaitannya dengan kecepatan mengikat pemahaman yang berlandaskan aqidah islam dengan fakta yang diindera dan dengan prilaku yang distandarkan dengan halal dan haram maka jadilah dia anak yang saleh dan kelak menjadi generasi pelanjut kesalehan dan ciri penduduk surga.

Tak berpaling dari pola itu sehingga terbentuk pola kehidupan seorang muslim yang memilki kesadaran semakin tinggi dan semakin erat hubungannya dengan Allah swt.

Maka jika orang tua ingin mencerdaskan anak pakailah mesin kecerdasan seperti Rasulullah saw gunakan: 
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian”
________
Sumber : #DuniaParenting