-->

LGBT: GERAKAN MASSIF, INSTRUMEN PENJAJAHAN BARAT


Oleh : Zahida Arrosyida (Revowriter Kota Malang)

Kaum gay kembali berulah. Kali ini terjadi di Tulungagung. Ditreskrimum Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap warga Kecamatan Gondang, Tulungagung, Hasan (41) yang akrab disapa Mami, atas dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur.

Berdasarkan penyelidikan, setidaknya ada 11 anak yang diduga menjadi korban pencabulan dari tersangka. Tersangka yang merupakan pengelola kedai kopi tersebut, juga mengaku sebagai ketua Ikatan Gay Tulungagung. (Republika, 20/1).

Kenapa penguasa tidak berdaya dan membiarkan penyakit sosial ini?
Karena kaum pelangi ini sudah bukan  dianggap hal terlarang oleh undang-undang negeri ini. Pasca ketuk palu MK pada tanggal 14 Desember 2017 para pengidap LGBT bersorak menikmati jalan mulus yang akan membentang menuju kesuksesan perjuangan mereka.

Massifnya Gerakan LGBT 

Ada 3000 pelajar di Batam yang menyukai sesama jenis. Pertanyaannya mungkinkah mereka yang begitu banyak serentak mengidap kelainan gen? Di Sumatera Barat sudah ada puluhan ribu laki-laki yang menjadi gay masuk akalkah mereka ini serentak terkena penyakit natural? Di Bogor ada 2,672 pria yang mempraktikan perilaku gay apa iya ribuan orang sama-sama mengidap penyakit bawaan lahir? Di seluruh Indonesia sesuai data kemenkes tahun 2012 ada 1,092,970 pria yang hidup dengan perilaku seks sesama pria atau LSL (lelaki seks dengan lelaki) ini angka lima tahun yang lalu,hampir pasti sudah bertambah ratusan ribu lagi. Perkiraan lain menyebutkan nya kaum gay setidaknya 3% dari total populasi Indonesia atau sekitar 7.000.000 orang.

Apakah mungkin begitu banyak laki-laki di Indonesia mengalami penyakit orientasi seksual yang diidap secara alami? Rasanya tak masuk akal. Jika begitu apa kesimpulanya? Tampaknya tidak ada ruang untuk berteori kesana kemari selain konklusi ini: bahwa pertumbuhan yang spektakuler jumlah kaum gay di Indonesia tercapai melalui gerakan penyebaran dan pengrekrutan yang dilakukan secara besar-besaran dan terorganisir bukan penyakit bawaan, melainkan gaya hidup (life style). Karena itu ada pihak yang memprediksikan jumlah pria gay di Indonesia akan mencapai 10 juta orang dalam waktu yang tak terlalu lama.

Melacak Konspirasi Di Balik Propaganda LGBT

Fenomena ini menunjukkan massifnya perkembangn LGBT tentu melalui proses yang terorganisir dan melalui proses politik yang tidak singkat. Di abad 21 ini, kaum LGBT telah menjadi sebuah kekuatan politik karena telah diakui secara politis oleh Amerika Serikat dalam konstelasi internasional dengan memfasilitasi tujuan perjuangan kaum LGBT yakni “pernikahan sejenis”. Bahkan yang menggenaskan adalah hak-hak mereka telah diakui oleh deklarasi PBB tahun 2008. Rupanya abad ini adalah puncak keberhasilan mereka, dimulai pertama kali oleh Belanda yang melegalkan pernikahan sesama jenis tahun 2001, hingga menyusul Belgia (2003), Spanyol (2005), Canada (2005), Afsel (2006), Norwegia-Swedia (2009), Portugal – Islandia-Argentina (2010), Denmark (2012), Brazil- Inggris-Perancis-Selandia Baru-Uruguay (2013), Scotlandia (2014), Luxenburg-Finlandia-Slovenia-Irlandia-Mexico (2015), Taiwan dan terakhir Australia. Hingga akhirnya sekarangpun hendak merambah negeri-negeri muslim.

Nampak jelas LGBT sudah menjadi salah satu alat politik barat dalam menjajah masyarakat muslim yang dibahan bakari oleh industri hiburan kapitalis dan life style hedonis yang linear dengan sistem nilai sekuler dan liberal. AS bahkan secara serius mendanai program bernama “Being LGBT in Asia” yang diluncurkan oleh UNDP dengan pendanaan US$ 8 juta dari USAID yang dimulai dari desember 2014 hingga September 2017.  Program ini fokus beroperasi di Asia Timur dan Asia Tenggara khususnya Cina, Indonesia, Filipina, Thailand. Salah satu rekomendasi dari dokumen Being LGBT in Asia : Pemerintah Indonesia untuk memproiritaskan peninjauan ulang semua kebijakan negara yang mengkriminalisasi dan mendeskriminasikan LGBT rekomendasi itu ditujukan kepada Kemendagri, DPR/MPR dan institusi pengadilan. 

PBB terus mempromosikan LGBT agar bisa diterima sebagai gaya hidup modern  dengan dalih melindungi HAM, pertanyaannya kenapa keempat negara ini (Indonesia, Cina, Thailand, Filipina) jadi sasaran LGBT? Karena negara-negara tersebut adalah negara berkembang yang penduduknya banyak. Ini ada kaitannya dengan politik depopulasi dunia yang sudah dijalankan sejak lama,tanpa disadari oleh masyarakat dunia. 
Program “pengurangan umat dunia” (=depopulasi) sudah dicanangkan dari 1920an. Nama programnya Eugenic, upaya untuk mengontrol populasi dan ras.  Sponsor utamanya adalah Rockfeller.  Rockfeller sebagaimana diketahui adalah salah satu pimpinan the “Global Elites” para pengusaha terkaya dunia yang memiliki ideologi “globalist” yang bercita-cita membentuk “new word order”.  

Penduduk dunia 7 milliar orang menurut “Global Elites” kebanyakan. Apalagi sebagian besar penduduk dunia adalah orang miskin. Mereka tidak mau penduduk dunia yang banyak dan miskin, mereka maunya penduduk sedikit, produktif dan bisa menghasilkan uang buat mereka.  Idealnya penduduk dunia hanya 500 jt saja. Ini bukan rahasia bahkan mereka menuliskan tekad depopulasi di dalam sebuah prasasti raksasa di Georgia AS.
Bagaimana caranya mengurangi jumlah penduduk? Ini juga sudah lama dilakukan yaitu ciptakan perang dan pembunuhan massal. Pembunuhan etnis tertentu (genocide), pembunuhan bayi (invanticide), vaksin dan pemandulan(sterilisasi) massal di Afrika.  Program keluarga Berencana (KB) di seluruh negara mayoritas muslim.  Sebarkan wabah dan virus AIDS dll. Jika diperhatikan setelah ada PBB justru makin banyak perang. 1950an ada perang Korea, 1960an perang Vietnam, 1970an perang Uganda, Ethiopia. 1980an perang Afganistan, 1990an perang Teluk, 2000an perang Teluk jilid 2 selalu sasarannya adalah negara-negara berkembang. 

Sekarang programnya bertambah satu : pengurangan umat manusia dengan mempromosikan gaya hidup LGBT. Sebab perkawinan sejenis ini tidak akan menghasilkan keturunan. Tujuan lain dari LGBT adalah melemahkan angkatan perang, anjuran resmi dari UNFE dengan makna terselebung “daripada tentara pegang senjata lebih baik pegang tangan sesama lelaki”.

Seberapa serius “Global Elites” dan PBB mempromosikan LGBT? Sangat serius! LGBT adalah bagian dari agenda 2030 yang dicanangkan PBB untuk transformasi dunia. Agenda 2030 mencakup tiap aspek dalam kehidupan kita dan menggunakan bahasa keren “Sustainable Development”.  Tidak disebut LGBT tapi disebut “Free & Equality” sama seperti tipuan “Globalisasi”, “pasar bebas” dan lain-lain.  Kelihatannya ideal. Padahal itu semua adalah Blueprint untuk memuluskan agenda penjajahan ekonomi negara-negara oleh koorporasi “Global Elites” .  (www.unfe.org) 

Jika dikaitan dengan pertarungan ideology dan jumlah penduduk Muslim dunia, maka saat ini dengan trend jumlah populasi muslim di dunia yang semakin meningkat tentu menjadikan negara pesaing ideologi tidak akan membiarkan hal ini. Sejatinya besar kecil populasi telah dan akan selamanya menjadi salah satu diantara faktor-faktor krusial yang diperlukan sebuah negara untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap kebijakan perekonomian dan geopolitik global.  Apabila populasi dimanfaatkan dengan tepat, diiringi dengan dukungan teknologi dan logistik yang diperlukan, maka ia dapat menghasilkan sebuah perekonomian, pasar domestik dan skala produksi yang besar. Dari sini tentu saja berkurangnya ukuran populasi memberikan pengaruh yang kontraproduktif bagi sebuah bangsa yang memiliki ambisi untuk menjadi negara terkemuka di dunia. 

Menengok sejarah Yunani dan Italia, mereka dulu adalah tempat lahirnya peradaban Barat. Jerman, Jepang dan Rusia juga dianggap sebagai negara pemain global yang dominan. Saat ini negara-negara yang telah kelelahan menawarkan gagasan “ pengendalian populasi atau keluarga berencana” tersebut sedang mengarah pada kepunahan. Karena menurut hasil penelitian, untuk dapat mempertahankan keberadaannya selama 25 tahun atau lebih maka sebuah peradaban paling tidak harus mempunyai angka kelahiran 2,11%. 

Sejarah menunjukkan bahwa tidak ada peradaban yang mampu memperbaharui dirinya jika hanya mempunyai angka kelahiran 1,9% sementara itu jika sebuah peradaban hanya mempunyai angka kelahiran 1,3% maka mustahil baginya dapat memperbaharui, karena sebuah peradaban memerlukan waktu 80 sampai  100 tahun untuk memperbarui dirinya. 

Dengan demikian menyusutnya jumlah populasi maka menyusut peradabannya. (Abu Abdullah, Negara Khilafah Islam munculnya kekuatan global baru, Pustaka Thoriqul Izzah , 2010)

Data riset lembaga PBB (UNV) dan CIA word pada tahun 2015 rata-rata persentase kelahiran di negara Uni Eropa  adalah 1,58%, di Amerika Serikat 0,92%. Sedangkan negeri-negeri muslim seperti Bangladesh 2,09%, Indonesia 1,45%, Nigeria 2,37%, Pakistan 2,03%, India 1,4%. (www.wikipedia.org). 

Dengan membandingkan angka persentase kelahiran dunia Barat dan dunia Islam kelahiran mustahil bagi AS dan Eropa untuk memperbaharui peradabannya jika hanya bertahan pada angka-angka tersebut, apalagi jika dunia Islam disatukan dalam negara Khilafah.

Sangat jelas bahwa propaganda kaum LGBT ini adalah desain yang dibuat negara-negara kufur untuk melakukan politik depopulasi  di negeri-negeri kaum muslimin agar proyek penjajahan  ekonomi,politik dan budaya  mereka akan berjalan tanpa hambatan. Saat ini kaum muslimin begitu mudah menerima ide-ide Barat yang kufur seperti HAM, liberalisme, demokrasi, dll karena ketiadaan perisai yang mampu melindungi dan menjaga kejernihan pemikiran Islam mereka. Para tokoh umat di seluruh dunia Islam tidak boleh membiarkan sikap masyarakat  Muslim yang hanya bersifat temporal  dan reaktif tanpa ada kesadaran bahwa masalah LGBT ini hanyalah satu dari berbagai masalah yang diderita kaum Muslimin karena dicampaknnya Islam sebagai sistem politik. Dan juga karena sesungguhnya tantangan yang dihadapi sudah berupa kekuatan politik sistematis dengan dana besar sangat destruktif. Karena itu secara taktis-strategis para Ulama dan aktivis muslim di seluruh dunia  memiliki tanggungjawab aksi sebagai berikut :

1) Mengkampanyekan visi politik Islam yang sangat humanis dalam melestarikan keturunan manusia dan memelihara keluhuran peradaban, dengan melakukan edukasi ke tengah-tengah umat bahwa semua  yang dilarang dan dilaknat Allah pasti juga bertentangan dengan fitrah manusia.  Dalam hal ini adalah fitrah untuk melestarikan keturunan sebagaimana yang tercantum dalam Firman Allah (QS Annisa :1) 

2) Merevitalisasi amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat Muslim. Dr. Adian Husaini berpendapat bahwa  bentuk kepedulian terbaik pada pelaku homoseksual adalah menyadarkan mereka bahwa perilakunya menyimpang dan kemudian mendukung mereka untuk bisa sembuh kembali -motivasi kodratnya.  Bukan diberikan motivasi untuk tetap mengidap perilaku menyimpang tersebut dan dibenarkan atas nama HAM.

3) Mengedukasi umat bahwa ide dan konsep HAM yang sering dijadikan hujjah oleh para pegiat LGBT adalah konsep yang bertentangan dengan Islam  dan justru membahayakan kemanusiaan itu sendiri.

4) Menyeru penguasa negeri-negeri Muslim untuk bersatu dalam naungan Khilafah Islam karena sesungguhnya  inilah perisai sejati umat Islam yang akan menjamin kehormatan generasi Muslim dalam martabat kemanusiaan yang luhur dan mencegahnya terjerumus dalam perilaku hewani sperti LGBT. Sebagaimana perkataan Ustman bin Affan ra. 

“Sesungguhnya Allah SWT memberikan wewenang kepada penguasa untuk menghilangkan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan oleh Al Qur’an".

Wallahu’alam bi showab.