-->

RESOLUSI KAUM IBU DI AKHIR TAHUN 2019




RESOLUSI KAUM IBU DI AKHIR TAHUN 2019

Oleh: Iffah Ainur Rochmah

Kaum ibu sebagai bagian penting masyarakat hari ini adalah korban berlakunya sistem sekuler liberal. Apalagi saat rezim makin hari makin nyata mempertontonkan watak oligarki dalam menjalankan roda pemerintahan dan mengurus hajat publik.

====================================

Mencermati lintasan peristiwa sepanjang tahun 2019, Pemilihan Umum (Pemilu) pada bulan April adalah momen yang paling krusial. Ini menyiratkan bahwa pergantian rezim melalui Pemilu ‘masih’ menjadi muara harapan publik untuk mengenyam kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup.

Sayangnya, meski sudah mengorbankan ribuan korban sakit dan ratusan meninggal, harapan makin pupus karena kebijakan baru justru fokus pada ‘masalah absurd’ radikalisme.

Pemerintah abai dan tak mau repot menyeriusi solusi mengatasi masalah nyata yang menimpa warga, bahkan makin nyata membiarkan kaum ibu menanggung derita berkepanjangan karena pemenuhan kebutuhan hidup rakyat makin sempurna dikapitalisasi.

Ya, kaum ibu sebagai bagian penting masyarakat hari ini adalah korban berlakunya sistem sekuler liberal. Apalagi saat rezim makin hari makin nyata mempertontonkan watak oligarki dalam menjalankan roda pemerintahan dan mengurus hajat publik.

Di sistem hari ini penempatan negara sebagai regulator – bukan sebagai penanggung jawab atau raa’ín – membenarkan negara menyerahkan pemberian layanan kebutuhan publik kepada swasta. BPJS menguasai kebijakan pemberian layanan kesehatan dan ketenagakerjaan misalnya. Negara merasa cukup bertanggung jawab dengan menyubsidi golongan tak berpunya sesuai kesanggupan APBN.

Di sisi lain, rezim neolib menguasakan kekayaan alam anugerah Ilahi pada BUMN yang dikelola dengan model korporasi di bawah komando segelintir elite. Bukan memberi hasil maksimal bagi kemaslahatan umat, malah memperkaya individu para direksi dan bukan rahasia menjadi sapi perah sekelompok elite.

Lalu, bagaimana dengan nasib kaum ibu?
Bukan hanya harus menanggung beratnya biaya pendidikan dan kesehatan diri dan keluarganya, namun kaum ibu secara nyata diarahkan untuk memikul tanggung jawab negara dengan didorong masuk dunia kerja yang eksploitatif lagi tidak menjanjikan sejahtera.

Mereka didorong meninggalkan fitrah keibuannya dan menanggalkan fungsi terhormatnya sebagai kehormatan keluarga dan pendidik generasi khairu ummah. Ini tentu berbanding terbalik dengan apa yang Islam tetapkan atas kaum ibu.

Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi kaum ibu dan keberkahan bagi seluruh rakyat, Islam memiliki aturan lengkap untuk melindungi dan menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Islam mewajibkan negara yakni Khilafah optimal dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai penanggung jawab ‘raa’in’.

Penderitaan dan kesengsaraan rakyat, terutama perempuan dan anak, akan segera berakhir ketika Islam diterapkan sebagai sebuah sistem kehidupan.

Penerapan Syariat Islam dalam bidang politik dan ekonomi memastikan negara akan mengelola semua harta rakyat (air, hutan, barang tambang, dan energi) untuk kesejahteraan rakyat sepenuhnya.

Ingatlah firman Allah ﷻ, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. al-A’raf [7]: 96)

Harapan hidup sejahtera diiringi pintu keberkahan yang Allah buka, baik dari bumi maupun langit, hingga kini belum terwujud. Sebaliknya, beribu masalah dan beragam peristiwa justru menegaskan bahwa negeri ini mendustakan ayat-ayat-Nya, hingga langit dan bumi pun memuntahkan bencana, bukan berkah sebagaimana diharap.

Bila berkah dimaknai sebagai ziyadah al khair (bertambah kebaikan), maka keberkahan dalam konteks masyarakat kita hari ini adalah bertambahnya iman dan ketaatan pada aturan-Nya.

Pada skala individu, keberkahan akan diraih dengan iman yang sempurna hingga rela tunduk pada setiap jenis perintah-Nya. Dalam skala luas, sebuah masyarakat dan negara akan beroleh berkah bila berlandaskan ketakwaan dan bersendikan penerapan syariat secara kaffah.

Sebagai refleksi, kaum ibu mestinya mengukur kompleksitas masalah yang terjadi hari ini menuntut melakukan perubahan mendasar. Bukan hanya berubahnya sedikit aspek pengaturan melalui bergantinya elite penguasa.

Kaum ibu selayaknya tidak lagi berharap pada sistem kapitalisme yang digerakkan oleh rezim neolib berwatak oligarkis hari ini. Harapan masa depan lebih baik dan keberkahan hidup bagi bangsa ini hanya bisa kita gantungkan pada berlakunya kembali syariat secara kaffah.

Dan perubahan menuju kehidupan berkah dan kondisi khairu ummah hanya bisa diwujudkan oleh kaum ibu dengan berikhtiar maksimal mewujudkan kembali sistem Islam.

Maka, resolusi kaum ibu di akhir tahun 2019 adalah mantap menyatakan bahwa Kaum Ibu Sejahtera dan Indonesia Berkah dengan Berlakunya Syariah Kaffah.[]

====================
Sumber : MuslimahNews.com