Perayaan Tahun Baru Masehi : Jebakan Budaya Paganisme Dan Kemaksiatan
Perayaan Tahun Baru Masehi : Jebakan Budaya Paganisme Dan Kemaksiatan
Oleh : Intan Ayu Agustin
Tahun baru masehi sebentar lagi akan tiba. Tak sedikit orang yang sudah mempersiapkan segala hal untuk merayakan nya. Tenggelam dalam euphoria rutin perayaan tahunan, sudah menjadi budaya bagi sebagian orang. Tak terkecuali kaum muslim. Banyak juga yang ikut merayakan pesta tahun baru masehi. Tak ketinggalan, di ibukota pun akan diadakan perayaan pesta tahun baru 2020 yang mewah karena akan mendirikan 5 panggung hiburan. Seperti dilansir dari suara.com, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar sejumlah acara untuk merayakan tahun baru. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, panggung hiburan kembali didirikan di sejumlah ruas jalan di Jakarta.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah menyatakan, panggung hiburan ini diadakan di lima lokasi. Di antaranya adalah di Halaman Balai Kota Jakarta, Pintu Barat Daya Monas, Jalan Wahid Hasyim (Depan Gedung Jaya), area Bundaran Hotel Indonesia, dan Spot Budaya Dukuh Atas. Acaranya akan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi swasta.
Saefullah juga mengaku pihaknya bersama PT Indosiar Mandiri menghadirkan sejumlah artis papan atas, salah satunya Rhoma Irama. Panggung Hiburan tersebut dapat disaksikan warga Jakarta pada pukul 19.00 – 24.00 WIB. Tak hanya panggung hiburan di lima lokasi tersebut, ada juga penampilan Musik Tepi Barat dan Musik Tepi Timur di empat lokasi, yakni Terowongan Kendal, Trotoar Halte Menara UOB, Trotoar sekitar Bawaslu RI, Trotoar Depan Sarinah. Penampilan Musik Tepi Barat dan Musik Tepi Timur dapat disaksikan mulai pukul 16.00 – 22.00 WIB.
Fantastis. Gemerlap perayaan pesta tahun baru, tak hanya menjadi rutinitas di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus berhati-hati dalam melakukan setiap amal perbuatan. Harus sesuai dengan hukum Syari'at Islam. Agar kita tidak tertipu jebakan budaya barat yang tak ada tuntunannya di dalam Islam. Jangan sampai masuk ke dalam jebakan tasyabbuh bil kuffar.
Nabi SAW bersabda :
Nabi SAW bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
Sebelum merayakan pesta tahun baru masehi, sudah semestinya kita sebagai seorang muslim mencari tahu asal muasal dari perayaan tahun baru Masehi ini. Mengapa harus 1 Januari? Dan budaya dari manakah perayaan tersebut? Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terjebak oleh ketidaktahuan dan budaya 'ikut ikutan' yang akan menyebabkan kita terlempar ke dalam jurang kesesatan.
Di dalam The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237 tentang Tahun Baru, dikatakan:
"Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah - sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu."
Siapa sosok Dewa Janus? Dalam mitologi Romawi, Dewa Janus adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama Dewa Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka.
Mengenai sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala), sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani, dan dikawal oleh sebuah persaudaraan rahasia yang disebut sebagai Freemasons. Freemasons sendiri adalah kaum yang memiliki misi untuk melenyapkan ajaran para Nabi dari dunia ini.
Bulan Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari kaum pagan penyembah matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Puncak Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari sekian banyak pengaruh Pagan pada budaya Kristen selain penggunaan lambang salib. Tanggal 1 Januari sendiri adalah seminggu setelah pertengahan Winter Soltice, yang juga termasuk dalam bagian ritual dan perayaan Winter Soltice dalam Paganisme.
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet. Budaya tiup terompet ini diikuti dari budaya Yahudi “Rosh Hashanah” yang artinya tahun baru dalam penanggalan Yahudi.
Maka, sudah semestinya kita sebagai seorang muslim tidak ikut merayakan pesta tahun baru masehi dan terjerat dalam jebakan budaya Paganisme.
Rasulullah SAW bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalannya umat-umat terdahulu, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya mereka masuk lubang dhab (sejenis kadal), maka kalian akan mengikutinya”. Lalu para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksud umat terdahulu itu adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah menjawab: “siapa lagi kalau bukan mereka?” (Muttafaqun ‘alaih).
Umat Islam saat ini hidup dalam kondisi yang rapuh, lemah, dan terpuruk karena racun sekularisme. Musuh-musuh Islam telah memutilasi ajaran Islam, dan memisahkan aturan Islam dari kehidupan.
Rapuhnya umat Islam saat ini dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk membinasakan generasi kaum muslimin. Merobek akidah-akidah mereka dengan jerat-jerat nikmat kesenangan dunia, dan menggiring generasi muslim ke dalam lubang kemaksiatan menuju kehancuran. Pada akhirnya generasi muslim mengubah identitas keislamannya menjadi kebarat-baratan. Mereka berpikir dengan pemikiran barat, dan hidup dengan berkiblat ke barat (westernisasi). Tahun baru menjadi perayaan 'hedonisme tahunan' yang berlumur kemaksiatan.
Seperti dilansir serambinews.com, pada malam tahun baru 2019, sebanyak 46 muda-mudi dan ada yang berpasangan diamankan Satuan Polisi Pamong praja (Satpol PP) Padang, mereka diduga mesum di dalam mobil dan kamar hotel.
Puluhan muda-mudi itu, diamankan karena diduga berbuat mesum di dalam mobil dan disejumlah penginapan dan hotel di Kota Padang.
"Selain diduga berbuat mesum, sebagian muda-mudi yang diamankan karena memanfaatkan moment tahun baru untuk keluyuran sambil berpacaran hingga larut malam," kata Plt Kasat Pol PP Kota Padang, Yadrison, Selasa (1/1/2019) sore.
Maka tak heran, di malam pergantian tahun baru angka kemaksiatan melambung tinggi. Free sex, mabuk-mabukkan, dan aktivitas amoral lainnya menghiasi moment tahunan tersebut. Dan ini sudah menjadi rahasia umum di tengah-tengah masyarakat.
Seharusnya, moment Pergantian Tahun ini menjadi bahan renungan bagi kita semua. Bukan dijadikan ajang pesta pora dan hura-hura. Renungkanlah, dengan terus bergantinya tahun, dan bergulirnya waktu yang tak akan bisa terulang kembali, menegaskan bahwa semakin sedikit 'jatah' waktu kita hidup di dunia ini. Dan semakin dekat kita kepada kehidupan abadi yaitu akhirat. Kematian adalah hal yang pasti. Jadikanlah kematian sebagai nasihat terbaik. Sudah saatnya kita memperbanyak amal perbuatan yang akan memberatkan timbangan amal kebaikan kita kelak, senantiasa membasahi lisan dengan dzikir, memperbanyak membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan, serta senantiasa melakukan kewajiban ammar ma'ruf nahi mungkar di tengah-tengah umat dalam rangka memperjuangkan tegaknya Syari'at Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah yang akan melindungi umat dari dekadensi moral yang lahir dari sistem sekular liberal saat ini.
Wallahu'alam bisshowwab
Posting Komentar