Meningkatnya Kasus Inses, Cerminan Ambruknya Sistem Keluarga dalam Sekulerisme Kapitalisme
Oleh : Ummu Aqila
Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh pengungkapan kasus penyebaran konten pornografi dan eksploitasi anak melalui dua grup Facebook bertajuk “Fantasi Sedarah” dan “Suka Duka”. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri bersama Polda Metro Jaya menangkap enam tersangka dari berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, dan Bengkulu. Mereka diketahui menyebarkan konten vulgar yang melibatkan perempuan dan anak di bawah umur, dengan muatan fantasi inses yang sangat mengkhawatirkan dan merusak tatanan moral masyarakat. KOMPAS.com 22/05/2025
Beberapa waktu terakhir, media diwarnai dengan pemberitaan yang menggetarkan hati: kasus hubungan sedarah atau inses terjadi berulang kali di berbagai wilayah Indonesia. Dari ayah yang menyetubuhi anak kandung, kakak memperkosa adik, hingga kakek mencabuli cucunya. Yang lebih memilukan, peristiwa ini tak hanya berlangsung sekali, tetapi berulang dalam waktu lama. Ironisnya, semua terjadi di tengah masyarakat yang dikenal religius dan tinggal di negeri yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan.
Maraknya inses bukan sekadar masalah moral pribadi. Ini adalah bukti nyata kerusakan sistemik dalam tatanan kehidupan, terutama pada institusi keluarga. Ketika keluarga—yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi tumbuh kembang anak—berubah menjadi sumber trauma, jelas bahwa ada kegagalan besar dalam sistem sosial yang melingkupinya. Aturan agama diabaikan, nilai sosial dikesampingkan, dan masyarakat hidup bebas seolah tanpa rambu. Demi menuruti syahwat pribadi, sebagian orang menghilangkan rasa malu dan kemanusiaan.
Kerusakan ini tak lepas dari sistem sekuler kapitalisme yang mengatur kehidupan hari ini. Sistem ini memisahkan nilai agama dari urusan publik, dan menjadikan standar benar-salah semata-mata berdasarkan akal dan kebebasan individu. Ketika agama dianggap hanya urusan pribadi, maka hawa nafsu pun bebas merajalela. Inilah yang melahirkan liberalisme dalam berbagai bentuk, termasuk dalam perilaku seksual yang tak mengenal batas. Akhirnya, perzinahan, seks bebas, bahkan inses dianggap biasa—bahkan dalam beberapa wacana digiring untuk dipahami dan dimaklumi.
Yang lebih parah, negara seolah abai. Fungsi negara sebagai pelindung institusi keluarga justru terabaikan. Alih-alih membentengi keluarga dari kerusakan moral, kebijakan yang dibuat justru kadang membuka peluang terjadinya kerusakan. Kurikulum sekolah miskin pendidikan karakter berbasis iman. Media dibiarkan menayangkan konten vulgar dan amoral. Pengawasan terhadap dunia digital minim. Semua ini menunjukkan kelalaian dalam membangun perlindungan menyeluruh bagi generasi.
Berbeda dengan sistem sekuler kapitalisme, Islam memberikan solusi menyeluruh atas persoalan inses dan kehancuran moral. Islam tidak hanya melarang perilaku keji seperti inses, tetapi juga mencegah terjadinya dari akarnya. Dalam Islam, negara memiliki peran vital untuk mendidik, menjaga, dan menegakkan hukum dengan landasan syariah.
Islam menanamkan keimanan sejak dini, membentuk masyarakat yang peduli dengan amar makruf nahi munkar, dan menerapkan sanksi tegas terhadap pelanggaran hukum syariat. Pelaku inses dalam sistem Islam akan mendapat hukuman yang tidak hanya menjadi penebus dosanya di akhirat, tetapi juga menjadi pelajaran sosial agar masyarakat takut berbuat serupa.
Negara Islam juga sangat ketat dalam mengontrol media. Segala bentuk konten yang membuka jalan pada penyimpangan moral akan dicegah bahkan dihilangkan. Media dalam sistem Islam hanya boleh menyajikan tayangan yang mendidik dan menjaga kesucian masyarakat. Tidak ada ruang bagi pornografi, promosi gaya hidup bebas, atau wacana normalisasi penyimpangan.
Lebih dari itu, Islam mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan dengan rinci. Pemisahan ruang, aturan pergaulan, hingga larangan khalwat menjadi bagian dari pencegahan dini terhadap zina dan inses. Negara Islam juga memudahkan pernikahan yang halal dan sehat agar masyarakat tidak mencari pelampiasan di luar koridor syariat.
Kejadian inses yang berulang kali hari ini adalah alarm keras bagi kita semua. Ini bukan sekadar tragedi, tapi juga bukti nyata bahwa sistem kehidupan yang diadopsi bangsa ini telah gagal. Sekulerisme kapitalisme tak mampu menjaga kehormatan manusia. Solusi tambal sulam tak akan cukup untuk mencegah kehancuran yang lebih besar.
Umat Islam harus kembali kepada sistem yang benar, yakni sistem Islam yang menyeluruh dan menyentuh setiap aspek kehidupan. Saat syariat Islam ditegakkan secara kaffah dalam bingkai Khilafah, maka keluarga akan terlindungi, masyarakat bermartabat, dan generasi masa depan akan terbebas dari kerusakan moral yang mengerikan seperti inses. Wallahu a’lam bish-shawab.
Posting Komentar