Kecurangan UTBK, Potret Rusaknya Generasi dalam Penerapan Sistem Kapitalisme
Oleh : Misita (Pelajar)
Masuk ke universitas bergengsi adalah impian bagi setiap siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perkuliahan. Namun, semakin besar nama sebuah universitas apalagi universitas favorit, tentunya akan semakin sulit untuk bisa masuk memasukinya. Banyak usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh pelajar agar bisa masuk ke universitas pilihannya. Rangkaian tips dan trik pun bertebaran di media sosial. Akan tetapi, usaha-usaha mereka melangkah ke Perguruan tinggi ini tidak semuanya berbentuk positif. Ada saja diantara mereka yang masih menggunakan cara-cara culas dan curang.
UTBK Penuh Kecurangan
Telah ditemukan setidaknya sembilan kasus kecurangan pada hari pertama UTBK SNBT oleh tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa baru (SNPMB). Kemudian pada hari kedua ditemukan sekitar lima kasus kecurangan. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, namun berbuat curang tetaplah tidak bisa dibenarkan.
"Memang itu sangat kecil. Tetapi sekecil apapun kecurangan, kami tidak akan mentolerir," kata Prof Eduart Wolok, pada konferensi pers tanggapan panitia SNPMB terkait dugaan kecurangan yang terjadi pada UTBK tahun 2025, melalui live Youtube SNPMB BPPP, Jumat (25/4/2025).
(www.kompas.com, 25/4/25)
Dikatakan pula oleh Prof Eduart Wolok bahwasannya kecurangan yang dilakukan oleh para peserta dengan jalan perekam soal-soal ujian selalu terulang setiap tahunya.
Namun, tahun ini cara mereka lebih bervariasi. Yang paling mengejutkan adalah adanya penyelundupan kamera yang dipasang di behel gigi. Penemuan lain seperti penyelundupan kamera pada ikat pinggang, kuku bahkan pada kancing baju. Ditemukan juga HP yang terpasang di sepatu, dan juga badan. Trik yang digunakan mereka sungguh sangat kreatif dan mind blowing .
Lalu, apa penyebabnya?
Seakan sudah menjadi sebuah tradisi, kecurangan pada peserta UTBK ini selalu terjadi pada setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan permasalahan ini bukan hanya masalah individual, namun permasalahan yang lebih kompleks. Titik masalahnya adalah terletak pada sistem yang diaplikasikan saat ini yaitu sistem Kapitalisme-sekuler. Dimana dalam sistem ini, nilai seseorang diukur dari capaian materi dan status sosial yang dimiliki.
Dapat kita lihat, sering kali di lingkungan sekitar kita, seseorang yang berhasil masuk ke universitas favorit dianggap anak yang pintar dan berhasil. Sedangkan, mereka yang berkuliah di universitas yang tidak favorit atau mereka yang tidak berhasil masuk ke universitas tersebut, sering kali dipandang sebelah mata dan diremehkan. Selain itu mindset anak-anak muda sekarang juga telah berubah, mereka lebih memandang standar keberhasilan seseorang melalui capaian kepemilikan atas harta, kemewahan dan kecantikan. Bila seseorang tidak memiliki kriteria tersebut maka mereka telah disebut gagal dan tidak meraih kesuksesan.
Bagaimana pandangan Islam terkait kecurangan UTBK?
Problematika kecurangan dalam dunia UTBK yang dilakukan oleh para peserta saat ini perlu diperhatikan dan segera dicarikan jalan keluar. Akan tetapi penyelesaian ini tidak akan pernah terjadi secara tuntas ketika peraturan yang diterapkan untuk mengatur kehidupan umat bukan berasal dari Islam. Lantas bagaimana Islam menguraikan dan mencegah supaya berbagai kecurangan tersebut tidak terjadi dalam dunia pendidikan kita?
Pertama, Islam tidak menjadikan materi sebagai tolok ukur suatu keberhasilan yang diraih oleh manusia. Anggapan bahwa capaian materi yang melimpah adalah kunci kebahagiaan adalah keliru. Buktinya banyak sekali orang kaya yang ternyata memiliki begitu banyak problematika dan membuat mereka jatuh dalam jurang depresi atau gangguan mental. Selain itu banyak dari mereka yang terpengaruh dan candu terhadap minuman keras dan obat-obatan psikotropika. Ujung akhirnya adalah penghilangan nyawa dan kasus bunuh diri.
Ukuran kebahagiaan dalam islam adalah ridho Allah SWT. Dengan demikian negara akan memastikan setiap individu selalu terjaga dan terikat dengan hukum-hukum Allah/ hukum syara’.
Kedua, sistem pendidikan islam menjadikan akidah islam yang murni dan lurus sebagai asasnya. Sistem ini akan melahirkan generasi unggul yang berkepribadian islam, selalu terikat dengan hukum syara’, menjadikan halal dan haram sebagai acuan sebelum melakukan pekerjaan, memiliki keterampilan yang handal, serta mampu menjadi agen perubahan.
Dengan kuatnya kepribadian Islam yang menancap dalam diri setiap kaum muslimin, maka kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sedemikian rupa sesuai dengan tuntunan Allah SWT yaitu untuk kemaslahatan umat dan memajukan peradaban Islam. Menggunakan teknologi untuk hal-hal yang buruk seperti yang dilakukan oleh para peserta UTBK jelas tidak akan terjadi karena itu melanggar norma-norma dan peraturan dalam agama (Islam).
Posting Komentar