HARGA GULA NAIK, MANISNYA TAK DIRASA PETANI, PAHITNYA DITANGGUNG RAKYAT
Oleh: Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)
Hari demi hari, perekonomian negeri masih tetap tak memiliki kemajuan. Sementara kebutuhan rakyat terus meningkat. Padahal, gaji yang didapatkan rakyat semakin hari semakin menipis, belum lagi rakyat juga harus siap menerima ancaman badai PHK yang tak terkendali dengan terus memburu rakyat sendiri.
Dari sisi kenaikan harga barang, seperti sembako, sebenarnya bukan hal baru. karena kanaikan harga-harga sembako bukan hanya kali ini saja terjadi namun sudah jadi terjadi sebelumnya. Pergantian harga pangan pokok saat ini seolah menjadi kewajaran, dalam sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Rakyat seolah tinggal menunggu giliran kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok secara bergantian.
Dan kali ini, harga pangan yang naik adalah gula. Lagi-lagi rakyat di hadapkan dengan fakta harga gula yang melejit. Meskipun sudah pernah naik di puncaknya pada bulan Mei lalu, namun harga gula masih terhitung tinggi saat ini. menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional rata-rata harga gula pasir lokal (per kg) harian di pasar modern di beberapa provinsi tercatat Rp 17,66 ribu rupiah per kg, data per Selasa, 11 Juni 2024 (databoks.katadata.co.id 11/06/2024).
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengungkapkan jika pemerintah harus segera membuat cadangan gula nasional. Sehingga pemerintah bisa dengan cepat melakukan intervensi (menjadikan kondisi lebih baik) jika harga gula di dalam negeri lagi bergejolak. Karena itu menurutnya, kebijakan Harga Acuan Penjualan (HAP) yang dibuat pemerintah dianggap tidak tepat untuk menyelesaikannya permasalahan melejitnya harga gula saat ini (ekonomi.bisnis.com 11/06/2024). Disisi lain saat harga gula naik juga terjadi kelangkaan. Pemerintah sudah tidak pegang stok gula nasional, sementara BUMN juga tak berupaya dengan menyiapkan intervensi untuk menghadapi kelonjakan harga gula nantinya. (cnbcindonesia.com 19/04/2024)
Ternyata, Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Arief Prasetyo, telah sengaja merelaksasi harga gula tersebut dengan menaikkannya di tingkat konsumen menjadi Rp17.500 per kg hingga Mei mendatang. Dan kenaikan tersebut katanya hanya bersifat sementara saja, ucapnya di kantor BAPANAS, padaKamis (18/4) (cnbcindonesia.com 19/04/2024)
Namun kelangkaan gula tetap terjadi bulan lalu. Kemendag menyampaikan bahwa harga gula konsumsi yang tinggi di pasar internasional menjadi salah satu penyebab langkanya stok gula di pasar ritel modern. Selain itu ketersedian gula langka di beberapa wilayah di seluruh Indonesia bahkan di negara lain salah satunya adalah karena dampak fenomena panas ekstrem El Nino yang tak kunjung berkesudahan. (liputan6.com 19/04/2024)
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi sudah mengeklaim relaksasi harga pokok penjualan (HPP) gula sebesar Rp14.500 per kilogram di tingkat petani dan menurutnya ini sudah ideal. Ini pun dari sisi petani merasa dirugikan karena harga di luaran jauh lebih tinggi dari harga ini. Adapun, saat ini harga gula di tingkat konsumen rata-rata secara nasional berada di level Rp18.250 per kilogram atau lebih tinggi dari relaksasi harga penjualan di ritel modern sebesar Rp17.500 per kilogram (ekonomi.bisnis.com 11/06/2024)
Dari berbagai kabar berita tersebut yang membahas tentang kanaikan harga gula, sebenarnya ada beberapa penyebab utama yang harus disadari, seperti tidak adanya tindakan yang tepat yang diberikan dalam menghadapi masalah kenaikan gula di sistem kapitalis sekuler ini. Selain itu, penyebab lainnya adalah karena kacaunya tataniaga. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya praktek permainan harga oleh ritel, penimbunan, dan monopoli pihak tertentu.
Mirisnya, solusi yang diberikan penguasa di sistem kapitalis sekuler ini justru dengan mematok harga dan membuka upaya impor yang semua tindakan tersebut justru berdampak pada ketidakstabilan harga pangan. Dengan kenaikan harga pangan termasuk gula yang terus-menerus ini telah menunjukkan bahwa penguasa dalam sistem kapitalisme lalai terhadap urusan rakyatnya. Selain itu, juga tak mampu memberikan upaya yang solutif untuk memecahkan masalah yang terjadi di tengah masyarakat.
Abainya penguasa dalam sistem kapitalis ini disebabkan karena penerapan sistem kapitalis itu sendiri yang tujuan utamanya adalah untuk mencari materi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan penguasa pada sistem Islam. Dimana penguasa dalam sistem Islam memimpin atas dasar ketaqwaannya pada ALLAH, Sang Pencipta. Sehingga hukum serta aturan yang diterapkan pun adalah aturan Islam yang berasal dari Sang Pencipta.
Tak hanya itu, amanah kepemimpinan dalam Islam bukanlah sebuah amanah sederhana, tetapi merupakan sebuah amanah besar yang pastinya juga memiliki tanggungjawab besar. Seorang pemimpin dalam Islam adalah seorang pengurus, sedangkan tugas pengurus adalah bertanggungjawab dalam mengurusi setiap urusan orang-orang yang diurusnya.
Rasulullah saw pernah bersabda “Imam adalah Ra’in bagi rakyatnya dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya” (HR Ahmad dan Bukhari).
Selain pemimpin yang bertaqwa, Islam juga telah menyiapkan aturan yang sempurna. Salah satunya adalah mewajibakan negara untuk memastikan ketersediaan bahan pangan termasuk gula bagi rakyatnya dan harga yang ditetapkan harus berdasarkan mekanisme pasar. Sehingga tak ada lagi praktek curang dari para pemilik kepentingan.
Tugas negara dalam Islam juga mendorong kemandirian produksi gula dalam negeri melalui berbagai mekanisme. Karena negara dalam Islam mementingkan urusan umat. Sehingga kesejahteraan umat adalah tanggungjawab negara.
Ketika aturan Islam diterapkan maka dengan izin-Nya tidak akan ada lagi masalah yang tak terselesaikan. Karena hanya Islam yang memiliki solusi hakiki untuk menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan.
Wallahu a'lam bish shawwab.
Posting Komentar