-->

Sistem Kapitalis, Telah Mengubah Makna Teroris

Oleh: Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Baru-baru ini masyarakat dikejutkan kembali dengan kabar adanya dugaan terorisme yang membuat resah warga. Lagi dan lagi yang melakukan penangkapan terduga terorisme ini adalah densus 88. Penangkapan terduga teroris ini terjadi di beberapa kabupaten seperti Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Surakarta. Dari penangkapan tersebut, 10 orang yang telah diduga atau dianggap sebagai teroris (cnnindonesia.com 27/01/2024).

Salah satu terduga teroris yang ditangkap oleh pihak densus 88 adalah ketua RT di Kelurahan Mojo, kota Solo. Dia adalah seorang bapak yang pekerjaan sehari-harinya adalah berdagang. Sebelumnya, bapak tersebut telah dikabarkan hilang oleh pihak keluarganya setelah melaksanakan sholat shubuh di masjid yang tak jauh dari rumahnya (bbc.com 25/01/2024).

Tetangga dari bapak yang terduga teroris tersebut mengatakan bahwa yang diambil oleh pihak Densus 88 sebagai barang bukti adalah sebuah senapan angin yang merupakan barang dagangan milik bapak tersebut yang biasa di jual di pasar Klitikan. Menurut tetangganya bapak tersebut juga sering diamanahi sebagai imam Masjid Al-Badar sekaligus mengisi kultum di sana.

Sebagaimana yang ditulis oleh bbc.com (25/01/2024) sekitar 3 bulan yang lalu yaitu bertepatan pada bulan Oktober 2023 Densus 88 Mobes Polri juga melakukan penangkapan sejumlah 59 orang yang masih di duga sebagai teroris. Penangkapan ini terjadi di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tengah.

Juru bicara Densus 88, Kombes Ansus Siregar mengatakan bahwa penangkapan terduga teroris itu di sebabkan adanya dugaan dari Densus 88 bahwa orang yang diduga teroris tersebut telah menganggap jika demokrasi adalah maksiat dan melanggar hukum, juga gara-gara demokrasi syariat Islam tidak bisa di terapkan.

Penangkapan yang serupa juga terjadi di Boyolali. Padahal, kepala desa memberikan kesaksian bahwa sosok yang di duga sebagai teroris tersebut adalah sosok yang baik dan tidak kontradiktif.  Warga pun sempat terkejut dengan penangkapan terduga teroris tersebut yang tidak pernah melakukan kegiatan kontradiktif di tengah-tengah masyarakat. Bahkan pihak yang di duga teroris ini merupakan pengurus musholla di tempat tinggalnya. Barang  bukti yang dibawa Densus dalah  buku-buku Islam dan senapann angin (Dilansir dari news.republika.co.id 28/01/2024)

Dari beberbagai fakta berita yang tertera tersebut, sejauh ini tidak ada alasan yang jelas dalam penangkapan tersebut. Kita justru menemukan fakta bahwa orang yang diduga sebagai teroris oleh Densus 88 rata-rata adalah orang yang agamis, yaitu berperilaku baik dan juga rajin ke masjid atau rajin beribadah.

JIka barang buktinya adalah senapan angin, lalu mengapa orang-orang yang memiliki senapan angin namun tidak dikenal agamis tidak menjadi terduga teroris? Selain itu, mengapa buku-buku yang di ambil sebagai barang bukti, kenapa tidak di periksa dulu isinya? Atau minimal di sebutkan apa pembahasan dalam buku kajian itu sehingga buku tersebut bisa di jadikan barang bukti.

Sungguh, benar-benar tidak ada alasan yang jelas. Pihak Densus 88 anti teror justru menimbulkan kebingungan atau bahkan teror di tengah-tengah masyarakat. 

Perlu kita ketahui makna teroris di negeri ini merupakan istilah yang dimaknai secara sepihak saja oleh penguasa, bahkan tampak menyudutkan Islam sebagaimana yang dilakukan oleh penguasa dan media global. Korban narasinya selalu orang Islam. Secara tidak langsung, negara sekuler ini telah  mengubah makna 'teroris' itu sendiri.

Istilah 'teroris' yang seharusnya dilabelkan pada orang yang suka membuat teror di tengah-tengah masyarakat, Justru saat ini di labelkan pada orang yang berperilaku baik di tengah masyarakat. 'Teroris' juga selalu dinarasikan sebagai orang yang mengkritik negara, bahkan global. Padahal, sejatinya ada musuh yang lebih dan benar-benar membahayakan kehidupan umat yakni sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Namun, negara justru seolah abai bahkan lebih tampak menyuburkannya.

Jika kita mau mengkaji Islam lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan bahwa Islam memiliki definisi yang jelas terkait siapa sebenarnya yang menjadi musuh negara dan membahayakan masyarakat. Risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw telah menunjukkan pada dunia bahwa satu-satunya peradaban yang mampu memberikan kesejahteraan dan pengayoman terbaik untuk masyarakatnya adalah perdaban Islam. Bahkan Kesejahteraan dalam peradaban Islam tersebut tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, melainkan juga di akui oleh umat yang bukan beragama Islam.

Ini berbanding terbalik dengan sistem demokrasi kapitalis sekuler yang seringkali memberikan tuduhan tak beralasan pada rakyatnya sendiri. Bahkan tak jarang jika pihak yang tertuduh adalah pihak yang tak bersalah. Sistem demokrasi kapitalis sekuler telah membuktikan bahwa negara tidak bisa memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap rakyatnya. Jadi, masihkah kita percaya pada sistem yang sekuler buatan manusia ini?

Wallahu a'lam bish shawwab.