-->

Banjir Menyapa Kembali, Butuh Solusi Tuntas

Oleh: Kasmiati (Komunitas Pena Ideologis Maros)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlampung mencatat sejumlah lokasi di empat kecamatan terdampak banjir akibat hujan lebat yang mengguyur kota ini pada Sabtu dini hari. (ANTARA)

"Dampak dari hujan semalam membuat ada beberapa titik tergenang banjir, seperti di Kecamatan Wayhalim, Labuhan Ratu, Rajabasa, dan Kedamaian," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandarlampung Wakhidi di Bandarlampung, Sabtu.

Dia mengatakan banjir yang terjadi di lokasi tersebut bukan hanya disebabkan oleh intensitas air hujan yang lebat namun juga karena banyak sampah yang dibuang sembarangan ke saluran air oleh masyarakat.

"Jadi banyaknya sampah ini membuat air pun menjadi terhambat dan meluap saat hujan lebat," kata dia. "Kami mengimbau agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan, terlebih saat ini telah memasuki musim penghujan. Ini sudah kami sampaikan juga pada RT agar warganya tak buang sampah sembarangan dan selalu mengontrol, terutama pada lokasi yang sering tergenang air," kata dia

BANJIR TAK USAI BUAH PAHIT SISTEM SEKULER KAPITALIS

Bencana banjir kini kembali melanda di beberapa daerah. Hujan yang deras memang memiliki potensi untuk terjadinya banjir namun daya dukung lingkungan yang tidak baik menambah potensi itu semakin besar seperti, pembukaan lahan, pembangunan bangunan, penebangan pohon secara liar dan membuang sampah  sembarangan dapat menjadi pemicu banjir tersebut

Salah satu faktor penyebab banjir tersebut karena adanya kombinasi antara faktor alam dan manusia. Faktor alam seperti curah hujan yang tinggi dapat berpotensi terjadinya banjir namun tidak bisa lepas juga dari ulah tangan-tangan manusia yang justru berkontribusi besar dalam terjadinya bencana banjir tersebut.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin dalam sistem sekuler demokrasi ini dapat memberikan peluang yang besar dalam terjadinya bencana banjir seperti kebijakannya dalam perizinan pembangunan-pembangunan secara bebas, pengalihfungsian lahan-lahan, dan yang sejenisnya termasuk kebijakan eksploitasi alam yang melibatkan pihak swasta yang cendurung pada keuntungan materi semata tanpa mempertimbangkan efek buruknya.

Sebagaimana Allah SWT, telah mengingatkan kita dalam Firman-Nya

 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS. Ar-Rum: 41).

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!"1 Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. (TQS. Al-Baqarah: 11-12)

Sejatinya penerapan sistem sekuler kapitalis inilah yang menjadi sumber kesengsaraan ummat, penerapan aturan dan kebijakannya yang tidak bersandar pada nilai-nilai agama sehingga menghasilkan individu-individu yang liberal bebas melakukan tindakan apa saja sesuai keinginannya dan berdasarkan keuntungan materi belaka tanpa mempertimbangkan lagi halal dan haramnya sebuah perbuatan.

Tak sedikit juga bencana yang menimpa sebuah negeri diakibatkan karena kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh para penduduk negeri tersebut.

ISLAM SOLUSI TUNTAS 

Hal yang pertama kali yang perlu kita lakukan saat terjadi sebuah bencana adalah muhasabah diri dan bertaubat, kemudian memperbaiki perilaku pada pelanggaran-pelanggarn syariah baik yang dilkukan oleh individu-individu, masyarakat, terutama negara.

Salah satu muhasabah yang dapat dilakukan adalah dengan memahami bahwa mengcampakkan hukum-hukum Allah dan menerapkan sistem buatan manusia ( sistem Sekuler Kapitalis) adalah menjadi hal utama terjadinya berbagai bencana dan kesengsaraan, Sebagaimana firman-Nya,

Dalam surah Al Baqarah ayat 38:

 ” Sesungguhnya orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah, mereka penghuni neraka dan kekal di dalamnya”.

Dari ayat ini ada dua hal yang sangat penting, yang pertama adalah ingkar dan kedustaan awal dari kesengsaraan, dan kedua, Neraka adalah puncak kesengsaraan.

Dalam Islam, memiliki regulasi khusus dalam menyelesaikan  berbagai permasalahan ummat termasuk masalah banjir ini, dalam sistem kehidupan Islam negara akan memetakan daerah rendah yang rawan terkena genangan air dan membuat kebijakan melarang masyarakat membangun pemukiman di wilayah tersebut. 

Jika ada pendanaa yang cukup maka negara akan membuat kanal baru atau resapan agar air yang mengalir di daerah yang rendah tersebut dapat dialihkan alirannya.

Maka dengan langkah tersebut, daerah yang rawan tergenang air dapat terhindar dari potensi terjadinya banjir dan genangan. 

Adapun daerah-daerah pemukiman yang awalnya aman dari bajir dan genangan namun, karena sebab-sebab tertentu terjadi penurunan tanah sehingga berpotensi terjadi genanangan dan banjir maka negara akan bermaksimal dalam menangani hal tersebut. 

Jika tidak memungkinkan maka negara akan mengevakuasi warga di daerah tersebut dan memindahkannya di daerah yang aman dengan memberikan ganti rugi atau konpensasi kepada warga tersebut.

Negara akan melakukan pengerukan lumpur-lumpur di sungai atau pada daerah aliran air agar tidak terjadi pendangkalan. 

Negara juga akan melakukan pengawasan atau penjagaan yang ketat pada kebersihan sungai-sungai, danau dan kanal-kanal air lainnya, serta memberikan sanksi yang berat dan jerah terhadap para pelanggar tanpa pandang bulu. Disisi lain negara akan membangun sumur-sumur resapan di daerah rawan banjir. 

Sumur ini selain menjadi resapan juga difungsikan untuk tondong air yang akan digunakan terutama pada saat musim kemarau. Dalam Islam seorang pemimpin tidak akan berfikir panjang dan  berfikir berulangkali untuk merealisasikan teknisi dalam penanggulangan bencana termasuk masalah banjir.

Dalam Negara Islam juga memiliki badan kusus sigap bencana yaitu Biro At Thawari mereka dilengkapi dengan peralatan-peralatan berat, evakuasi,  pengobatan dan alat-alat lainnya yang digunakan untuk menanggulangi bencana.

Dengan program-program dan kebijakan negara ini sangat efektif dan efisien dalam menaggulangi masalah banjir tersebut. Sangat jelas bahwa tidak ada yang lebih baik dan paling sempurna penyelesaiannya kecuali hukum-hukum Allah. Maka masihka kita menolak hukum-hukum Allah?

Wallahu 'alam bishowab