-->

Sekularisme Gagal Memelihara Fitrah Ibu

Seorang ibu bernama Rohwana alias Wana (38 tahun) tega membunuh bayi yang baru dilahirkan karena faktor ekonomi. Wanita yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. Dilansir (Kumparan.com, 24/01/2024)

Tentu, ada banyak faktor yang mempengaruhi Wana membunuh bayinya selain faktor ekonomi. Lemahnya ketahanan iman, peran anggota keluarga tidak berfungsinya dengan baik, sehingga ibu juga terbebani oleh tanggung jawab dalam pemenuhan ekonomi. Dan yang tidak boleh kita ingkari, lemahnya kepeduliaan masyarakat dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu menjadi faktor penting lainnya. Abainya negara terhadap kesejahteraan rakyat telah membawa rakyat hidup dalam kemiskinan yang sistemis. 

Seharusnya negara sepenuhnya menjadi pelayan bagi rakyatnya. Salah satunya dengan mewujudkan kesejahteraa, mewujudkan swasembada pangan sehingga seluruh masyarakat bisa memenuhi kebutuhan umat dengan baik. Jika permasalahannya adalah terkait ekonomi, maka negara wajib memenuhi kebutuhan ekonomi untuk umatnya, mendorong kepala keluarga mencari nafkah dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Sehingga ibu bisa tenang menjalankan tugasnya mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang terbaik bagi lingkungan, bahkan negara. 

Tapi, apalah daya, saat ini kita hidup di tengah sistem sekularisme yang menyumbang banyak masalah bagi hancurnya ekonomi negara, sehingga rakyat di dalamnya hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan, sehingga ibu tidak hidup dengan beban berat di dalamnya, mentalnya menjadi tidak sehat. Seandainya ibu tidak dipusingkan dengan urusan nafkah, maka bisa dipastikan, setiap ibu akan bahagia menjalani perannya, tidak disibukkan oleh beban ekonomi karena ada negara yang menjamin kesejahteraan seluruh warganya. 

Karena Allah telah memerintahkan, tugas pemimpin untuk menjadi seluruh kesejahteraan rakyatanya. Oleh karena itu, negara wajib menjamin kesejahteraan Ibu dan anak melalui berbagai mekanisme yang baik, melalui jalur nafkah, dukungan masyarakat, dan santunan negara. Sehingga si Ibu bisa memosisikan diri dia sebagai Ibu yang mempunyai tugas utama sebagai umu waeabatul bait yang totalitas dalam mendidik dan membina generasinya. Ibu Indonesia atau Ibu di belahan dunia mana pun akan merasa bahagia dengan perannya mencetak generasi yang mempunyai visi dan misi yang sesuai Syariat.

Di sampai itu, Islam juga memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di dalamnya. Sebab, kehadiran pemimpin adalah sebagai perisai bagi umatnya. Apa yang menjadi kebutuhan, akan dijamin oleh negara. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari). Wallahu'alambishawab!

Oleh. Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)