-->

Ironis: Kelaparan Di Papua Di Tengah SDA Berlimpah

Oleh: Dhiyaul Haq (Aktivis Muslimah Malang Raya)

Sebanyak enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak (Kompas.com).

Kondisi kelaparan ini berdampak pada sedikitnya 7.500 orang. Kejadian ini dipicu kekeringan di daerah itu selama dua bulan terakhir. Bupati Puncak Willem Wandik di Mimika, Papua Tengah, Kamis (27/7/2023), mengatakan, kekeringan terjadi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi. Akibatnya, enam warga meninggal. Mereka adalah Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus Murib (46), dan Tera Murib (39). Ada juga bayi bernama Ila Telenggen. Korban meninggal dalam kondisi lemas. Mereka terkena diare, panas dalam, seriawan, dan sakit kepala (Jayapura, Kompas).

Sungguh miris kondisi ini terjadi di Di Bumi Papua, kekayaan tambang emasnya setiap tahun menghasilkan uang sebesar Rp 40 triliun. Kekayaan tersebut 90%-nya dinikmati perusahaan asing (PT Freeport). Mayoritas rakyat Papua sendiri hingga kini masih susah dan miskin. Pemerintah Indonesia pun hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan PT Freeport yang luar biasa itu. Kasus ini menggambarkan betapa ada ketimpangan pembangunan di wilayah Papua yang sejatinya kaya,  apalagi RI  sudah merdeka 78 tahun.

Fakta di atas terjadi di dalam sistem Kapitalisme yang sangat jauh berbeda dengan Islam. Islam sangat menjaga kaum muslimin untuk terhindar dari kemiskinan, Kenapa? Karena Islam meriayah (mengatur) masyarakat dengan amat teratur sesuai dengan aturan perekonomian dalam syariat Islam.  Rasulullah SAW. bersabda:

“Manusia Berserikat atas Air, Padang Rumput, dan Api. Kaum muslimin berserikat (memiliki bersama) dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, dan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ibnu 'Abbas ada tambahan:dan harganya haram.)”

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Nabi Muhammad Saw. juga bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Sistem ekonomi Islam adalah sosok yang sempurna. Negara berperan penuh dalam menjaga perekonomian stabil dan memberikan pelayanan maksimal kepada rakyatnya. Sebaliknya Demokrasi adalah sistem buatan manusia yang menyengsarakan rakyat.

Sistem ekonomi Islam tidak bisa diterapkan tanpa ada Negara Khilafah yang akan menerapkan aturan-aturan Islam secara kaffah dalam kancah kehidupan. Pemimpin dalam Negara khilafah disebut Khalifah. Terbukti di era kekhilafaha  Umar bin Abdul Aziz berhasil menuntaskan kemiskinan sehingga tidak ada masyarakat yang berhak menerima zakat.  

Wallahu a’lam bi ash-showab