-->

TERORISME BERULANG, SIAPA YANG DISASAR?

Oleh : Ika Wulandriati

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar merespons kritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menilai BNPT kembali membuat gaduh imbas pernyataan tentang sejumlah teroris yang menyusup ke lembaga publik dan ormas. Boy mengatakan pihaknya tak bermaksud untuk menyalahkan pihak tertentu."Bahwa yang disampaikan oleh juru bicara BNPT Prof Irfan Idris, lebih dikandung maksud untuk kita semua membangun kewaspadaan bersama, bahwa ideologi terorisme dapat masuk ke berbagai entitas atau kelompok yang ada dalam masyarakat dan tidak bermaksud menyalahkan atau menyudutkan pihak tertentu," kata Boy kepada detikcom, Minggu (20/2/2022).

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan bahwa kelompok jaringan teroris saat ini mengubah strateginya dalam menyebarkan faham radikal. Perubahan strategi ini terlihat dari adanya serangkaian penangkapan terhadap para terduga teroris di beberapa lembaga, partai Islam, dan ormas Islam belakangan ini, Kupang.tribunnews.com (18/02/2022).

Ini tidaklah mengejutkan, apakah dengan ungkapan BNPT mengenai perubahan strategi dalam menyebarkan faham radikal, akan berdampak pada memojokkannya terhadap agenda dakwah Islam bahkan ajaran Islam?. Tampaknya pandangan ini justru akan terus menjadi mindset penindakan teroris di tanah air, bahwa teroris itu berakar dari radikalisme Islam. Radikalisme ini diarahkan pada kelompok Islam yang dipandang punya sikap intoleran, seperti menolak pemimpin kafir, menolak pemimpin perempuan, kelompok yang memperjuangkan syariah Islam dan khilafah.

Sebetulnya bagi masyarakat Indonesia, istilah terorisme sudah tidak asing lagi. Sejak awal mula kemunculannya, dengan tragedi Bom Bali serta drama penangkapan para penebar teror itu membuat khalayak berpikir bahwa “mereka ada dan nyata”. Namun seiring berjalannya waktu, isu ini seperti diulang-ulang. Ada beberapa terduga teroris yang langsung ditembak di tempat, ada juga yang beraksi sebagai pelaku bom bunuh diri, serta ada juga aksi menakut -nakuti berupa gertakan telah meletakkan bom di suatu tempat. Hal ini pun membuat publik bertanya-tanya. Benarkah teroris itu ada?

Disisi lain saat ini, makin banyak para ulama dan aktivis dakwah yang lantang bersuara، yang mengingatkan umat dan penguasa tentang buruknya hidup dalam sistem sekuler yang menyalahi aturan Allah SWT. Oleh karena itu, kegalauan masyarakat pun tak lagi hanya berbasis berdiam diri atau perasaan saja. Tumbuh di benak mereka kesadaran ideologis akan rusaknya sistem kapitalisme neoliberalisme yang diterapkan. Pada saat yang sama, tumbuh pula keinginan melakukan perubahan ke arah Islam. Wajar jika ada pihak-pihak yang merasa terancam. Kemudian berbagai cara dipasang untuk menjauhkan umat dari jalan perjuangan. Spirit ideologi mulai berusaha dilemahkan, baik dengan cara halus maupun kasar.

Tidak heran jika kondisi masyarakat benar-benar kian terpuruk. Hidup sejahtera makin jauh dari harapan, apalagi pandemi juga tidak kunjung usai. Pada saat yang sama, ketakadilan pun terus-menerus dipertontonkan. Situasi ini membuat sikap kritis masyarakat tidak bisa dibendung. Semua yang dirasa mereka ekspresikan secara terbuka. Media sosial pun menjadi ruang bebas mereka. Curahan kekesalan, sakit hati bahkan rasa marah pada penguasa, berseliweran di setiap media masa. Terlebih lagi, di era keterbukaan seperti saat ini, berbagai info bisa diakses dengan mudah. Semua tingkah laku penguasa dapat terekam dan dapat dengan mudah dibaca arahnya mau dibawah kemana. Pada akhirnya tak ada lagi yang bisa ditutup-tutupi. Masyarakat menjadi pintar dengan sendirinya.

Isu terorisme yang berjalan hingga saat ini, yang hampir seluruh dunia kekuasaannya, semuanya berdiri di belakang Amerika, karena peristiwa WTC yang dijadikan starting point untuk mengajak dunia bersama-sama melawan terorisme, tentu yang dibidik adalah Islam. Akhirnya mereka menjadikan gerakan kebangkitan Islam sebagai musuh bersama. Juga menempatkan pengusungnya sebagai musuh negara. Dengan cara demikian, Amerika dengan sekutu dan para pembebeknya hendak menutup mata dunia akan rusaknya sistem yang ditegakkannya. Mereka tak ingin hegemoni kapitalisme global, yang menguntungkan mereka, runtuh begitu saja oleh kekuatan ideologi Islam.

Sudah saatnya umat Islam harus paham, ternyata bahaya yang mengancam bukan datang dari Islam. Buruknya kondisi yang mereka hadapi sekarang justru akibat dari tegaknya sistem kapitalisme global, serta hadirnya para penguasa antek yang menyukseskan agenda penjajahan. Umat pun semestinya juga harus paham bahwa Islamlah jalan keselamatan. Karena Islam adalah sistem hidup yang mempunyai solusi bagi seluruh problem kehidupan. Aturannya dipastikan akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

 Allah Swt. berfirman, 

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107) 

Maka semestinya mereka tak terjebak propaganda melawan Islam. Termasuk dengan munculnya narasi terorisme yang terus ditujukan untuk memojokkan Islam. 

Islam tak mungkin tegak dengan baik jika diperjuangkan melalui jalan kekerasan. Karenanya terorisme jelas bukan dari Islam dan bukan jalan menegakkan Islam. Kemunculannya adalah fitnah keji demi menghadang kebangkitan Islam sekaligus melanggengkan agenda penjajahan. Saatnya umat berjalan bersama di atas minhaj dakwah Rasulullah saw.. Yakni mereka yang konsisten mendakwahkan islam tanpa kekerasan, mengukuhkan akidah umat, dan memahamkan mereka dengan syariat Islam secara Kaffah. Agar Umat tidak gentar dengan narasi buruk tentang Islam. Apalagi ikut menyingkirkan Islam dan menjauhi perjuangannya. Karena di sanalah terdapat jalan keluar untuk semua keburukan yang menimpa mereka. Dan menjadi kunci kembalinya kemuliaan mereka di hadapan umat manusia, serta musuh yang tersembunyi maupun nyata.

Allah Swt. berfirman, 

 كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran: 110)