-->

Islamofobia India Terhadap Muslimah Berhijab

Oleh : Erna Tristyawati (Pendidik)

Larangan hijab di perguruan tinggi di negara bagian Karnataka, India telah kembali memicu rasa tidak aman di tengah meningkatnya kekhawatiran serangan terhadap simbol dan praktik agama minoritas umat Muslim di wilayah itu. (wartaekonomi.co.id, 18/2/2022)

Pemerintah Karnataka, India di hadapan pengadilan tinggi mengatakan mengenakan jilbab bukanlah praktik keagamaan yang penting dalam Islam. Menurut pemerintah Karnataka, melarang jilbab tidak melanggar jaminan konstitusional kenebasan beragama. (Republika.co.id, 19/2/2022)

Larangan berhijab di perguruan tinggi di India tersebut tentunya menimbulkan kemarahan bagi umat muslim di dunia. Tindakan tersebut dinilai sebagai Islamophobia bagi umat muslim di sana. Ini merupakan bentuk permusuhan dan kebencian dari pihak pemerintah terhadap rakyatnya yang beragama Islam. Islam di India memang merupakan agama minoritas, sehingga umat muslim di India seringkali mendapat perlakuan yang menyakitkan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat menyesalkan adanya larangan memakai hijab di sejumlah sekolah di India terutama di negara bagian Karnataka. Perlakuan buruk yang diterima oleh umat Islam di India, juga telah menyakiti hati umat Islam yang ada di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. 

Akibat dari adanya peraturan tentang pelarangan berhijab, menimbulkan reaksi keras dari pelajar muslim di India. Mereka melancarkan aksi protes terhadap peraturan tersebut. Sementara partai-partai oposisi dan kritikus di India menuduh jika pemerintah di tingkat federal dan negara bagian telah melakukan diskriminasi terhadap agama minoritas dan beresiko memicu kekerasan. 

India merupakan negara Demokrasi terbesar di dunia. Namun pada kenyataannya, seringkali terjadi pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya pada umat muslim sebagai golongan minoritas di India. Keadaan diperparah dengan berkuasanya Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) di Karnatika dengan pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. Partai tersebut sangat terang-terangan menunjukkan kebenciannya terhadap Islam. 

Sungguh miris jika kita melihat kondisi saat ini. Kewajiban berhijab merupakan aturan Allah SWT untuk semua muslimah. Namun untuk melaksanakannya bukanlah hal yang mudah di beberapa negara. Para muslimah bahkan harus rela mengorbankan nyawanya demi untuk  mempertahankan hijabnya. Sebut saja di Palestina, Jerman, Inggris dan masih banyak lagi. Mereka dihadapkan pada dua pilihan, kehilangan hak-haknya demi mempertahankan hijabnya atau sebaliknya. Namun dengan keimanan yang kokoh, mereka bahkan rela kehilangan nyawa demi mempertahankan hijab dan kehormatannya sebagai seorang muslimah.

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari kondisi saat ini? Beginilah saat syariat Islam tidak diterapkan di muka bumi ini. Tidak ada perlindungan dari siapapun termasuk negara kepada Muslimah yang dilecehkan atau dipaksa untuk melepaskan hijabnya. Umat muslim lainnya hanya bisa mengecam, tanpa mampu membela atau melakukan perlawanan. Sungguh jauh berbeda pada saat Islam diterapkan. 

Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah. Ada seorang wanita dari sebuah kota pesisir yang ditawan di sana. Saat ia dilecehkan, ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!” Setelah informasi itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut plus menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil menyelamatkan wanita tersebut al-Mu’tashim mengatakan, “Kupenuhi seruanmu, wahai saudariku!” 

Betapa sedihnya saat ini, ketika Muslimah di Palestina dizalimi, Muslimah suriah diperkosa, Muslimah di Afghanistan ditembaki, Muslimah Rohingya diusir pergi dan kita tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan mereka. Kita hanya bisa melihat di televisi, menangis dan mengecam apa yang terjadi. Di mana pasukan-pasukan yang dulu dengan gagah berani menyelamatkan para muslimah? Di mana pemimpin-pemimpin Muslim saat ini? Tidakkah mereka melihat dan mendengar derita dan rintihan muslimah di dunia ini? 

Tak ada gunanya meratap, mungkin itulah ungkapan yang tepat. Sudah saatnya kita berupaya mengembalikan kejayaan Islam yang telah lama redup, mengembalikan kehormatan peradaban Islam yang selama ini diinjak-injak oleh kaum kafir. Sudah saatnya menyelamatkan saudara seiman yang dijajah oleh pemimpin-pemimpin yang zhalim. InsyaAllah, harapan itu masih ada, selama kita terus memperjuangkannya dan memenuhi syarat-syaratnya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT : 
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (TQS an-Nur:55)

Wallahu ‘alam bisshowab