-->

Hati-Hati, Jerat Iblis dalam Pakaian Muslimah

Oleh : Cutiyanti (Aktivis Dakwah di Depok) 

Hai Sobat, siapa yang suka beli baju tiap bulannya? Apalagi pas banyak promo di tanggal tertentu misal 12-12 atau sale di akhir tahun. Senang enggak sih? Wajar sih, Muslimah suka barang fashionable yang bikin makin keren. 

Sebenarnya, Muslimah berusaha tampil sekeren mungkin normal saja, karena manusia punya naluri eksistensi diri atau bahasa Arabnya gharizah baqa. Tapi, yang tidak normal dalam hal ini apabila gharizah baqa-nya besar banget sampai-sampai mangalahkan gharizah tadayun atau naluri beragama. Contohnya, seorang Muslimah yang suka menimbun berbagai model jilbab dan kerudung lupa sadaqah. Semangat banget tampil cantik dan lupa belajar agama. Kemudian, ada juga yang dateng ke majlis taklim dengan niatan pamer koleksi jilbab dan kerudungnya.  Astagfirullah.

Inilah jeratan iblis dalam pakaian Muslimah meski sudah syar’i. Masih saja ada cara iblis untuk menyesatkan kaum Muslimah, salah satunya membisikan perilaku mubazir dalam berpakaian, sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu dengan boros, sesungguhnya pemboros itu adalah saudara setan” (TQS al-Israa: 26-27).

Harus ingat, para Muslimah punya hisab atas semua barang yang dibeli. Banyak orang yang  gagal masuk surga hanya karena pakaiannya  menumpuk di lemari. Muslimah bisa mencontoh teladan kita, Rasulullah SAW yang hanya punya beberapa helai baju saja, sederhana banget hidup beliau. Meskipun saat itu Rasulullah SAW adalah seorang kepala negara dan punya kemampuan untuk membelinya, beliau lebih mementingkan untuk membelanjakan kepentingan warga negara dan dakwah Islam. Rasulullah SAW  adalah teladan terbaik buat manusia. Allah SWT berfirman, “Sungguh teladan ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi mu” (TQS al-Ahzab: 21).

Sayangnya, saat ini manusia hidup dalam era kapitalisme, yang susah banget meneladani Rasulullah SAW. Sistem kapitalisme ini membuat orang menganggap hidup di dunia untuk meraih kepuasan materi termasuk puas dibilang keren penampilan dan banyak koleksi pakaianya. Jadinya, mereka sibuk mengkoleksi baju dan enggak mau ketinggalan model kekinian. 

Kapitalisme berhasil menjadikan para perempuan kapstok sebagai produk mereka. Dan dengan asasnya sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan), membuat seseorang enggak peduli lagi halal-haram meskipun mubazir. Mubazir ini jelas diharamkan tetapi tetap saja dilakukan. Katanya sih, enggak  masalah aturan Allah SWT  dilanggar karena sudah menjadi kebiasaan setiap orang. 

Nah, Sekularisme ini juga membuat mereka enggak butuh belajar Islam yang lebih mendalam, hanya sebatas di KTP saja,  ngaku Islam tapi enggak sempurna menjalankan perintah Allah SWT. Apalagi, masyarakat kapitalisme mendorong para Muslimah lebih memperhatikan penampilan bukan ketakwaannya. Seseorang dinilai baik dan dihormati ketika bagus penampilanya. Seseorang yang penampilanya  biasa dan bajunya itu-itu saja,  bakalan dipandang sebelah mata. 

Akhirnya,  orang agak minder kalau bajunya itu-itu saja sehingga berlomba-lomba punya koleksi pakaian yang banyak.  Ditambah lagi, negara kapitalis memperkuat paradigma itu. Media selalu digambarkan kalau kehormatan seseorang ditentukan dari penampilan.  Belum lagi, model-model fashion yang selalu dipromosikan untuk menarik minat pembeli demi keuntungan korporasi. Bagi korporasi, keuntungan nomor satu, enggak perduli kalau masyarakat jadi konsumtif dan punya budaya mubazir. Di samping itu, negara juga tidak mengedukasi bagaimana masyarakat harusnya berpikir islami tentang hal ini.

Jadinya, untuk menjadi seorang Muslimah seutuhnya enggak bisa mengandalkan lingkungan dan negara kapitalis. Muslimah harus bangkit dan inisiatif untuk belajar Islam kaffah dan menghapus noda kapitalis yang mungkin sudah terlanjur menempel di hati. Muslimah harus belajar Islam dengan bimbingan guru yang bisa membina menjadi Muslimah yang berkepribadian islami. 

Di samping itu, Muslimah juga mendakwahkan Islam di tengah masyarakat. Harapannya, masyarakat kapitalis bisa berubah menjadi masyarakat islami. Masyarakat islami ini akan membuat Muslimah mudah taat pada syariat karena semangat dalam masyarakat fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.  Sehingga, enggak ada lagi  yang minder kalau pakaiannya itu-itu saja. Muslimah juga tidak berambisi mengkoleksi pakaian sebanyaknya. Hal ini karena itu bukan menjadi hal yang keren lagi bagi masyarakat islami. Muslimah paling keren adalah yang paling bertakwa. 

Tambahan lagi, perlu peran negara yang menerapkan seluruh aturan Islam untuk membentuk masyarakat seperti itu. Negara ini ini disebut khilafah. Khilafah akan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam tata aturan yang mengatur kehidupan di masyarakat. Aturan ini berpengaruh banget sama ketakwaan warga negara. Makanya, Khalifah punya mekanisme untuk menjaga ketakwaan individu masyarakatnya. Salah satunya mencegah paham kapitalis dan turunannya di tengah-tengah masyarakat melalui media. Media dalam khilafah hanya fokus mengedukasi dan menguatkan ketakwaan. Artinya, tidak ada lagi korban yang teracuni kalau Muslimah yang keren harus bagus dan banyak koleksi pakaiannya.