-->

Tambang Ilegal Bebal Meminta Tumbal


Oleh: Nora putri Yanti (Aktivis Dakwah Kampus)

Ketika sudah berurusan dengan perkara perut yang sulit terpenuhi, apalagi masih dimasa Pandemi ini yang belum teratasi ditambah sempitnya ruang lapangan kerja. Para tulang punggung keluarga memutar otaknya untuk mengusahakan segala cara untuk memenuhi kehidupan keluarga, walaupun nyawa taruhannya. Dilansir dari  Padangkita.com, Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah meminta pemerintah pusat melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap perusahaan dan penambang ilegal yang menggunakan alat berat di Kabupaten Solok Selatan (Solsel). “Tentunya, pihak-pihak yang bertugas untuk itu bisa menjalankan tugasnya untuk menjalankan pengawasan. Tambang ini wewenangnya kan di pusat, bukan kewenangan kota di daerah,” ujarnya kepada wartawan, Senin (24/5/2021). Permintaan Gubernur Mahyeldi ini untuk mengantisipasi kejadian longsor yang terjadi berulang dan memakan korban di lokasi tambang emas ilegal yang ada di Solsel. Kejadian terbaru, ada sembilan orang yang meninggal dunia akibat longsor tambang emas ilegal di Jorong Timbahan, Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Solsel. Sebenarnya legal dan ilegalnya hukum negara merujuk kemanakah oleh pemerintah kita? Apakah kepada perut penguasa atau kepada rakyatnya? Namun nyatanya masih pengusaha yang berkuasa. 

Lagi dan lagi nyawa melayang tanpa haknya menggema, bukankah runtuhnya Kakbah lebih baik dari pada hilangnya nyawa tanpa haknya? Realitanya kita jumpai demi  sesuap nasi di zaman sekarang ini banyak yang menantang dan meregang nyawa sendiri, faktanya kita kelaparan di lumbung padi sendiri ya. Kok bisa begitu? Itulah realita nya didepan mata, para kapital berkuasa dengan semena- semena, tidak peduli sekeliling nya. Banyak di layar kaca kasus orang tua renta dikeroyok massa mengambil sepotong roti karena belum makan berhari hari, anak yang membakar rumah orang tuanya karena tidak menuruti keinginannya, orang tua membunuh anaknya yang masih balita karena stres memikirkan mau dikasih makan apa kelaknya, lalu jika kita coba berkeliling di kampung halaman sendiri yaitu di Sumatra barat tepatnya di Solok Selatan, bukan untuk pertama kalinya kasus nyawa melayang akibat tambang Ilegal yang menjadi mata pencaharian perekonomian. Ditambah lagi  ketika menambang ketahuan pemerintah dan dipenjarakannya, karena tambang ini terdapat di hutan larangan pula. Yang artinya hanya dikuasai para pengusaha swasta bertameng pemerintah. Ternyata  saudara kita dalam mempertahankan hidupnya berteman marabahaya, akankah kita selalu menutup mata?

Sebagai agen perubahan tentunya kita harusnya berusaha memperbaikinya, mencoba membawa obat penawar perekonomian kita dengan mengenakan kaca mata Islam tentunya. Kita bisa mengarah ke 13 abad yang lalu ketika Islam berjaya dengan dilengkapi  seperangkat aturan yang terperinci dari segala lini kehidupan kita. ini tentunya berbeda dengan sistem kapitalisme yang menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan SDA kepada swasta atau individu saja.

Seharusnya jika mengenai kepemilikan dalam Islam jelas bagiannya, Rasulullah saw. telah menjelaskan dalam sabda Beliau saw Yang artinya “Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu air, padang rumput, dan api.” (HR Abu Dawud).

Jadi tidaklah ada istilahnya barang-barang tambang seperti minyak bumi beserta turunannya, seperti bensin, gas, dan, lain-lain; termasuk juga listrik, hutan, air, padang rumput, api, jalan umum, sungai dan laut milik penguasa atau para penanam pohon duit memilikinya. Tetapi dikelola negara untuk Dikembalikan manfaatnya ke masyarakat umum yang membutuhkannya.  

Setelah di dalam negeri tersebut terpenuhi kebutuhannya, sumber daya alam tersebut akan dialokasikan ke negeri-negeri lain yang membutuhkan sehingga akan terjadi pemerataan pemanfaatan SDA.  Tidak akan ada lagi peringkat negeri terkaya dan termiskin nantinya, karena Pengelolaan SDA dalam sistem ekonomi Islam pun sangat memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebelum dan sesudah penambangan akan diperkirakan dampaknya untuk meminimalisir kemudharatan tentunya, bahkan Khilafah akan membiayai riset untuk menemukan metode paling efektif dan sekaligus aman dalam proses penambangannya. Tidakkah kita rindu segera merasakannya, membayangkannya saja sudah buat hati gembira seharusnya membuat kita lebih giat untuk memperjuangkannya untuk diterapkan segera.

Jika masih berdiam diri dibawah sistem kapitalisme ini hanya akan membuat diri mereka kaya materi tapi umat Islam justru mengalami kemunduran regulasi, sehingga SDA-nya dirampok korporasi dan dilarikan ke negeri-negeri mereka untuk dinikmati sendiri.