-->

Kapitalis Unjuk Gigi Kaum Pelangi Makin Berani

Oleh : Adzkia Mufidah, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)

Penamabda.com - Entah apa yang terjadi dengan negeri ini. Negeri ini seolah telah menjadi lahan subur bagi perilaku amoral dan menyimpang nan tercela. Mulai dari korupsi dan premanisme yang kian menjadi. Hingga perilaku penyimpangan seksual yang makin  marak dan mengkhawatirkan. 

Bak air bah, akhir-akhir ini dukungan terhadap gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ+) makin menguat.  Hal ini menyusul adanya dukungan perusahaan multinasional- Unilever terhadap gerakan tersebut. 

Meski telah menuai kecaman banyak pihak. Namun tampaknya tak membuat perusahaan tersebut bergeming. Hal ini pun berbuntut pada seruan untuk memboikot produk mereka.

Bukan hanya masyarakat umum, seruan boikot juga disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua Komisi Ekonomi MUI, Azrul Tanjung, menegaskan akan mengajak masyarakat untuk beralih pada produk lain. Saya selaku ketua komisi ekonomi MUI akan mengajak masyarakat berhenti menggunakan produk Unilever dan memboikot Unilever, kata Azrul saat dihubungi Republika, Ahad (28/6). 

Sebagaimana diketahui, sebelumnya, Unilever, perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Belanda, pada 19 Juni lalu resmi menyatakan diri berkomitmen mendukung gerakan LGBTQ+. Hal tersebut disampaikan melalui akun Instagram.

"Kami berkomitmen untuk membuat rekan LGBTQ+ bangga karena kami bersama mereka. Karena itu, kami mengambil aksi dengan menandatangani Declaration of Amsterdam untuk memastikan setiap orang memiliki akses secara inklusif ke tempat kerja," kata Unilever. Unilever juga membuka kesempatan bisnis bagi LGBTQ+ sebagai bagian dari koalisi global. (republika.co.id)

Dukungan terhadap gerakan LBTQ+  tersebut bukanlah hal yang baru. Selain Unilever, lebih dahulu lebih dari 20 perusahaan dunia yang ada di Indonesia turut mendukung LGBT. Diantaranya, Whatsapp, Instagram, Microsoft, Google, Coca Cola, Walt Disney, Apple Inc, Yahoo dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan besar tersebut juga pernah secara terang-terangan mendukung LGBT.  (hops.id)
Sekilas, membuat aksi boikot memang akan merugikan perusahaan-perusahaan tersebut. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa dukungan terhadap keberadaan gerakan LGBTQ+ itu akan dihentikan. Sebab, pada realitasnya perusahaan multinasional yang mendukung kaum pelangi ini, berpijak pada liberalisme. Yakni kebebasan individu.  Ide inilah yang mereka agung-agungkan. Bahkan ini pula yang  memberi lahan subur bagi bisnis mereka. 

Lagi pula kalau dicermati, keberadaan kaum pelangi ini sudah sejak lama meresahkan masyarakat. Namun, hingga hari ini tidak ada langkah tegas dari pemerintah untuk sekedar melarang gerakan mereka. Apalagi menindak tegas para pelaku penyimpangan tersebut. Kondisi ini telah membuat kaum pelangi seolah berada di atas angin. Sehingga, semakin hari jumlah pelaku yang berperilaku menyimpang ini kian menjamur. 

Ironisnya sekarang malah ditambah lagi dengan banyaknya perusahaan raksasa yang mendukung gerakan tersebut. Tentu saja ini  membuat masyarakat makin geram sekaligus khawatir. Hal itu wajar. Mengingat apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, bisa berdampak pada makin beraninya kaum pelangi menunjukkan eksistensi mereka. Atau bahkan memperlihatkan perilaku bejat mereka yang sangat merusak. Sebelum adanya dukungan saja, mereka berani. Apalagi sekarang banyak yang mendukung. Naudzubillah. 

Realitas di atas membuktikan betapa sistem kapitalis nan sekuler sukses melahirkan berbagai kemudharatan bagi masyarakat. Terlebih kepada ummat Islam. 

Sistem ini telah melahirkan para penguasa dzalim, yang mengadopsi dan menerapkan peraturan bathil. Peraturan yang berlandaskan sekularisme, yakni mengesampingkan agama dalam mengatur kehidupan. Di samping itu, atas nama hak asasi manusia (HAM), penguasa negeri ini diam seribu bahasa atas penyimpangan seksual yang dilakukan kaum pelangi tersebut. Padahal jelas perilaku tersebut berbahaya dan mengancam generasi. 

Bukan hanya penguasa dzalim, sistem sekuler  ini juga telah melahirkan para pengusaha atau kapitalis yang individualis dan materialis. Para kapital yang tak mengindahkan nilai-nilai agama,  dan  hanya mengejar keuntungan materi  semata. 

Demi keuntungan materi para kapital dengan berani unjuk gigi. Mendukung, dan menyokong kaum pelangi tersebut.  Kapitalis ini bahkan rela menggelontorkan dana yang tidak sedikit agar kamunitas abnormal itu diterima di masyarakat. 

Alhasil, tak heran jika saat ini komunitas pelangi menjadi makin berani. Karena pembiaran oleh  negara/penguasa dan adanya dukungan para kapital.  

Padahal, Allah SWT  jelas-jelas telah melaknat perilaku bejat tersebut. Maka mestinya perilaku LGBTQ+ dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. 

Namun, karena persoalan LGBTQ+ merupakan persoalan sistemik. Tentu, perlawanan dan pemberantasan terhadapnya haruslah dilakukan dengan  sistemik pula. Tidak bisa dilakukan secara parsial. 

Ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu ; pertama,  mencabut dan membuang jauh-jauh ide  liberalisme. Sebab liberalismelah yang menjadi ruh munculnya perilaku menyimpang LGBTQ+. Berikutnya, mencabut dan membuang jauh-jauh sistem batil, sistem kapitalis sekuler beserta institusi pendukungnya. 

Selain itu, Islam telah menjelaskan bahwa kewajiban penguasalah menerapkan aturan yang tepat guna menghentikan perilaku menyimpang, seperti LGBTQ+ tersebut. Caranya dengan menerapkan sistem sanksi Islam. Dimana salah satunya adalah  menerapkan sanksi bunuh bagi para pelaku homoseksual. Sehingga dengannya mampu memberikan efek jera kepada para pelakunya.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu. Rasulullah SAW bersabda : 

“Siapa menjumpai orang yang melakukan perbuatan homo seperti kelakuan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya!. (HR. Ahmad 2784, Abu Daud 4462)

Akan tetapi, penguasa hanya bisa menerapkan sanksi tersebut kalau dalam sistem  dan institusi yang shahih. Yakni sistem Islam/institusi khilafah.  

Untuk itu, hal kedua yang harus dilakukan adalah mengganti sistem kapitalisme sekuler dengan sistem shahih yakni sistem Islam atau sistem khilafah yang akan menerapkan syariat Allah SWT secara kaffah. Sistem inilah yang akan melahirkan individu-institusi taat dan yang dapat menebar rahmat. Jauh dari perilaku menyimpang seperti LGBTQ+ tentunya. 

Wallahua’lam.