-->

Inkonsistensi Kebijakan Pemerintah

Oleh: Festy Nurizka Auliana

Penamabda.com - Sabtu ini (23/5) hari satuan gugus tugas memasuki dusun untuk mengimbau kepada warga dengan mengendarai mobil. Ketika tepat di depan rumah dengan jelas mengatakan _"poro warga dusun Boyo di harap melaksanakan gema takbir di masjid, sholat Ied di rumah, tidak menerima tamu di depan rumah, tidak boleh menerima tamu selama 3 hari dengan memperhatikan protokol kesehatan"._ Kurang lebih seperti itu hingga suaranya terdengar samar-samar menghilang. 

Setiap orang yang mendengarnya hati terasa pilu, dalam keadaan yang terbatas di masa pandemi yang harus nya bagi umat muslim merayakannya dengan penuh suka cita setelah melaksanakan puasa selama sebulan penuh dengan iman. Kini tidak terlaksana. Padahal kemenangan Idul Fitri adalah hadiah terindah bagi umat muslim seluruh dunia untuk merayakannya. 

Namun sayangnya Ramadhan masa pandemi ini, setiap kebijakan yang diambilnya selalu tak berpihak kepada umat muslim. Dilansir dari DetikNews (21/5/2020), tutur Menteri Agama Fachrul Rozi, berharap gema takbir tetap dapat digaungkan melalui pengeras suara di masjid dan musala. MUI menilai kegiatan memakmurkan masjid saat Pandemi corona harus memperhatikan protokol kesehatan yang sangat ketat. 

Imbauan tersebut menandakan bahwa inkonsistensi pemerintah dalam melakukan pencegahan covid-19 nampak pada berbagai kebijakan yang membuat bingung masyarakat.
Penerapan sosial bersekala besar (PSBB) pun menuai kritik di banyak pihak. Di satu sisi, pemerintah membiarkan mall dan pusat perbelanjaan di buka, di sisi lain tempat ibadah dibatasi. Ada apa?

Jika memang setiap kebijakan adalah untuk kebaikan bersama, maka semua elemen masyarakat wajib mengikuti protokol kesehatan.
Karena sejatinya sebuah peringatan ada bukan untuk dilanggar. Apa yang dicontohkan oleh pejabat pemerintah dengan berpose bersama tanpa masker serta jaga jarak memunculkan polemik di tengah masyarakat.

Kapitalisme-liberalisme Biangnya

Prinsip kebebasan yang digaungkan rezim saat ini adalah kebebasan berekspresi. Hingga setiap kebijakan yang diambil sarat akan kepentingan politik, yang ujungnya adalah meraup keuntungan semata.

Problem ini memang bermula dari makna dan paradigma yang salah kaprah dalam demokrasi. Maka tidak salah, jika dikatakan bahwa politik itu "kotor". Tapi harus di ingat, ini hanya dalam kerangka politik demokrasi.

Islam Memandang

Sebagai seorang muslim patuh terhadap syariat Allah SWT adalah suatu kewajiban. Karena itu, Islam harus diterapkan dengan benar dalam aspek kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara.

Penerapan Islam secara totalitas ini, insya Allah akan membawa rahmat dalam wujud kesejahteraan, keamanan, ketentraman, dan keharmonisan. Semua warga negara, baik muslim maupun non-muslim akan merasakan rahmat itu di dunia.

Namun, di akhirat nanti manusia akan mempertanggungjawabkan sesuai keputusan dan amal yang mereka perbuat di dunia.
Seorang muslim yang beramal sholih akan mendapatkan jannah, sementara orang-orang kafir akan mendapatkan azab Allah SWT yang sangat pedih.

Ramadhan masa pandemi covid-19 bukanlah penghalang dalam melaksanakan aktivitas beribadah. Karena setiap ujian yang Allah turunkan mampu mengantarkan derajat ketakwaan bagi orang beriman. Sebaliknya, bagi mereka yang mengingkari Allah SWT dan rasul-Nya, musibah adalah teguran, supaya mereka kembali kepada syariat Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshowab.