-->

Pandemi Covid 19 Semakin Pelik, BPIP Gelar Konser Musik

Oleh : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Penamabda.com - Pandemi Covid 19 sampai per tanggal 16 Mei 2020 belum menunjukkan kurva melandai. Bahkan kasus Covid 19 tembus mencapai angka 17 ribu. (detik.com, 16/5/2020)

Namun, pencapaian kasus sebesar itu belum juga menggerakkan hati para punggawa kekuasaan negeri ini untuk benar-benar serius menanggulangi pandemi covid 19. Alih-alih membuat kebijakan karantina  disertai upaya untuk mendorong para ahli menemukan virus, yang ada malah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan permasalahan utama dalam menanggulangi pandemi. 

Sebagaimana dilansir dari bpip.go.id tanggal 15/5/2020, MPR RI, BPIP dan BNPT bersinergi menggelar konser amal untuk korban pandemi Covid-19. Sinergi ketiga lembaga negara itu merupakan perwujudan dari nilai gotong royong yang merupakan intisari dari Pancasila.

Konser amal tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 17 Mei 2020 dengan penampilan dari  sejumlah publik figur nasional dan disiarkan oleh TVRI serta sejumlah stasiun televisi swasta. Lembaga negara dan swasta pun turut mendukung pelaksanaan acara ini. 

Kenyataan yang sungguh ironis. Di tengah pandemi yang kian mengganas, penguasa negeri malah menggelar konser musik dengan dalih untuk menumbuhkan rasa solidaritas dan kepedulian antar sesama anak bangsa. 

Sejatinya yang diharapkan oleh masyarakat dalam kondisi pandemi ini bukanlah konser musik semacam itu. Namun kebijakan tegas dan solusi riil dengan tepat, jelas, dan benar sehingga bisa menuntaskan pandemi. 

Ambil contoh misalnya tanpa harus menggelar konser musik atau kegiatan "ngamen" seperti itu, seharusnya pemegang kekuasaan langsung mengambil langkah memotong gaji para pejabat teras yang memiliki gaji selangit semacam pejabat BPIP, para direktur BUMN, para konglomerat, stafsus milenial, dan para anggota dewan terhormat. Gaji yang dipotong tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk menanggulangi pandemi. Solidaritas itu bisa muncul dengan ketegasan sikap dari pembuat kebijakan. Bukan malah seperti ini, menggelar konser musik yang sangat melukai hati rakyat. 

Konser musik seperti ini juga menunjukkan Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam ternyata negara miskin dengan hutang setumpuk. Padahal apabila sumber daya alam yang begitu melimpah ini dikelola negara dan diperuntukkan masyarakat umum maka negara tidak akan jatuh miskin seperti saat ini. 

Pembuat kebijakan juga seharusnya mendorong Kemenristek, Kemenkes, dan lembaga negara lainnya untuk berkoordinasi dan bekerja sama menemukan vaksin Covid 19. Bukan malah meminta rakyat untuk berdamai dengan Covid 19 karena vaksin belum ditemukan sementara roda perekonomian harus tetap berjalan. Ini menunjukkan penguasa abai dan berlepas tangan terhadap tanggungjawabnya mengentaskan pandemi. 

Pengobatan bagi para penderita harus dengan fasilitas terbaik dan gratis demi menyelamatkan nyawa rakyat yang tidak sekedar dihitung dalam angka statistik.  Juga langkah penting yang harus segera diambil demi menghalau makin merebaknya pandemi adalah dengan menerapkan karantina wilayah disertai penjaminan kebutuhan logistik dan obat-obatan bagi masyarakat tanpa memandang status ekonomi. 

Pada masa Kekhilafahan Ustmani pernah terjadi wabah smallpox (cacar).  Wabah ini membangkitkan kesadaran Khalifah pentingnya vaksinasi terhadap seluruh anak dari warga muslim dan non muslim.  Langkah ini menunjukkan negara berperan penting untuk melindungi kesehatan warganya dari penyakit, tanpa memandang status sosial dan keyakinannya. 

Berkebalikan dengan pemangku kebijakan negeri saat ini yang sama sekali tidak serius menanggulangi pandemi bahkan tanpa hati nurani terus menghisap darah rakyat demi kepentingan pribadi dan kroni-kroninya.