-->

Menggenggam Bara

Oleh : Aya Ummu Najwa

Penamabda.com - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, pernah bersabda dalam sebuah hadist;

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”

Hadits ini disampaikan oleh sahabat yang mulia Anas bin Malik al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Hadits ini dikeluarkan oleh al-Imam at-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunannya (no. 2260). Namun, dalam sanadnya ada Umar ibnu Syakir (perawi yang meriwayatkan dari Anas bin Malik), seorang rawi yang dhaif/lemah sebagaimana disebutkan dalam at-Taqrib.

Tentang beratnya menggenggam bara api. Mengapa “bara api”? Karena bara api akan sangat menyakitkan ketika digenggam. Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,

كأنه قابض على الجمر من شدة ما يصيبه من الآلام والشدائد في ذلك، وقت الفتن وقت الأذى من الأعداء

“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh."

Dan ini tentu membutuhkan kesabaran dan keuletan. Tak peduli sakit yang menyerang, perih yang dirasakan, pengemban dakwah akan terus menggenggamnya hingga bara api itu padam yang berarti adalah kemenangan untuknya.

Syaikh Al-Mubarakfuri menukil perkataan Al-Qari,

“Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang sangat dan menanggung kesusahan yang sangat. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang besar.”

Ath-Thibi berkata, “Maknanya adalah sebagaimana tidak sanggupnya orang yang menggenggam bara api untuk bersabar karena bara api tersebut akan membakar tangannya, demikian pula orang yang beragama pada waktu tersebut. Dia tidak mampu kokoh di atas agamanya karena dominannya orang-orang yang bermaksiat dan kemaksiatan, tersebarnya kefasikan, dan kelemahan iman.”

Al-Qari berkata, “Yang tampak, makna hadits ini adalah sebagaimana tidak mungkinnya orang yang menggenggam bara api kecuali harus bersabar dengan sangat dan siap beroleh kesulitan, demikian pula di zaman tersebut. Tidaklah tergambar orang yang menjaga agamanya dan cahaya imannya kecuali dengan kesabaran yang besar.” (Tuhfah al-Ahwadzi, 2/1822)

Begitulah realitas yang terjadi di negeri ini sekarang, para ulama, pengemban dakwah, pembawa  kebenaran, malah dimusuhi dan dipersekusi. Mereka diintimidasi bahkan dikriminalisasi. Dakwah Islam dibenci, namun di sisi lain kemaksiatan dan kemungkaran dibiarkan tumbuh subur. Lihatlah perbuatan liwath dan seks bebas tumbuh bak jamur di musim hujan, korupsi merajalela, TKA diterima dengan tangan terbuka, hegemoni asing aseng kian menggurita, mengancam kedaulatan negara.

Akan tetapi, anehnya mereka begitu ketakutan dengan para pengemban dakwah Islam, yang notabene berdakwah untuk perbaikan negeri ini, mengajak kembali kepada aturan ilahi, meninggalkan hukum buatan manusia, membongkar makar asing dan para anteknya, agar negeri ini berdaulat. Mereka begitu benci dengan anak negeri yang mencintai negerinya, yang menginginkan perbaikan masa depan bangsanya, menjauhi demokrasi biang segala korupsi, dan segala kerusakan yang terjadi. 

Mereka begitu memusuhi segala sesuatu yang berasal dari Islam. Padahal di satu sisi, mereka dengan tangan terbuka menerima semua pemikiran, budaya, bahkan hukum yang berasal dari Barat. Lihatlah paham komunisme, kini semakin ramai bahkan mulai berani menampakkan diri kembali. Begitu juga liberalisme, yang sudah sangat sukses menghancurkan negeri ini dari ekonomi, sosial, hingga generasi. 

Namun, sudah sunnatullah, kebenaran akan terus berhadapan dengan kezaliman. Akan tetapi bagaimanapun sengitnya tipu daya pengusung kezaliman lakukan untuk menyerang, cahaya Islam akan terus menyeruak dan menerangi, kebenaran akan selalu menang. Karena para pejuang Islam akan selalu mempunyai penolong yang maha menolong, Dialah Allah azza wajalla. Bersabarlah wahai pejuang Islam, karena kemenangan itu telah di depan mata.

Wallahu a'lam.