-->

KRISIS MORAL DAN PENDIDIKAN MEWABAH


Oleh : Ani Barus

Sebuah potret yang mengiris hati dari dunia pendidikan Indonesia kembali menjadi sorotan tajam. Foto seorang siswa SMA di Makassar berinisial AS, yang dengan santainya merokok dan mengangkat kaki di samping gurunya, beritanya menyebar cepat di jagat maya. Di satu sisi, ada guru yang ragu bertindak karena takut dicap melanggar HAM.(suara.com....)

Polemik kepala SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitri, diduga menampar siswa yang merokok di lingkungan sekolah telah diselesaikan secara damai. Orang tua siswa pun mencabut laporan polisi terhadap Dini Kamis (16/10/2025), insiden penamparan ini bermula ketika siswa bernama Indra ketahuan merokok oleh Dini di belakang sekolah. Dini pun menegur tapi Indra berbohong jika dirinya tidak merokok.(detik.com 16/10/2025).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta remaja berusia 13 hingga 15 tahun di seluruh dunia menggunakan rokok elektrik atau vape. Dalam laporan terbarunya, WHO menyebut remaja memiliki kemungkinan sembilan kali lebih besar untuk menggunakan vape dibandingkan orang dewasa. Secara keseluruhan, diperkirakan ada lebih dari 100 juta pengguna vape di dunia, dengan 86 juta di antaranya merupakan orang dewasa—kebanyakan berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi.

Temuan ini muncul di tengah tren penurunan penggunaan tembakau secara global. WHO mencatat, jumlah pengguna produk tembakau menurun dari 1,38 miliar pada tahun 2000 menjadi 1,2 miliar pada 2024. Seiring aturan yang makin ketat terhadap rokok konvensional, industri tembakau kini mulai mengalihkan fokus ke produk alternatif seperti vape untuk menutupi penurunan penjualan.

Guru hilang wibawa murid minim etika. Sungguh ironi, seorang guru tidak bisa menasehati muridnya. Hilangnya sikap saling mengingatkan karena didasari atas nama HAM. Akhirnya, menciptakan ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa dan hilangnya wibawa guru sebagai pendidik. 

Hal ini menunjukkan kebebasan siswa melakukan hal yang bertindak diluar etika. Sementara guru merasa tidak berdaya. Dan ketika guru sekedar mengingatkan malah justru mengancam posisinya sebagai guru. Dan ini semua tidak lepas dari peran negara yang abai dalam membentuk generasi yang taat dalam aturan. Karena dasar negara ini sendiri adalah HAM yang menjadi dasar kebebasan berbuat tanpa adanya peran agama didalamnya.

Apa peran negara dalam fenomena ini? 

Krisis moral Dan pendidikan ini harusnya menjadi perhatian bagi negara yang tugasnya adalah pelayan umat. Fenomena demi fenomena terjadi menunjukkan negara yang abai dan tidak memahami fungsinya sebagai negara itu apa. 

Inilah sebuah kondisi jika kita hidup didalam sistem buatan manusia yang bersifat terbatas dan serba kurang. Tidak akan ditemukan kesempurnaan dan keadilan. Maka, kita membutuhkan aturan dari yang maha sempurna dan maha adil yaitu aturan Allah subahanahu wa ta'ala. 

Sistem saat ini tidak memberikan jaminan bagi seorang guru. Bahkan menghilangkan amar ma'ruf nahi munkar. Sebagai upaya tabayyun untuk mengetahui latar belakang terjadinya suatu perbuatan. Nyata, sistem pendidikan berbasis sekuler ini memberikan kebebasan yang akhirnya gagal mencetak generasi yang bertakwa bahkan minim dari kualitas. 

Dalam Islam guru adalah pilar peradaban, posisinya dihormati dan dimuliakan karena tugasnya membentuk kepribadian muridnya. Guru bukan hanya gudang ilmu namun pendidik yang memberikan suri teladan bagi muridnya.

Dalam Islam hukum merokok memang mubah, tapi di sisi lain tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Merokok bisa membahayakan kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif. Selain itu juga menjadikan hidup boros. Maka artinya negara kehilangannya perannya karena memang negara tidak mampu memberikan solusi nyata. 

Apa solusi nyata yang dibutuhkan? Dan pentingnya kita mengembalikan Sistem pendidikan Islam yang mengajarkan bagaimana pelajar mempunyai pola pikir dan pola sikap yang sesuai Islam. Islam Melahirkan generasi yang mempunyai kesadaran bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Dan juga remaja muslim harus berprinsip dan bangkit menjadi generasi yang beriman bukan generasi yang merusak. Sehingga, islam tidak akan menghilangkan wibawa seorang guru dan tidak akan membiarkan siswa bersikap tidak sesuai aturan agama. 

Kekacauan yang terjadi saat ini sejatinya membutuhkan islam untuk menghilangkan kekacauan yang terjadi bukan sekedar menenangkan. Dengan demikian, marilah kita sama-sama menyiapkan diri untuk kembalinya kita dalam aturan sistem islam yang menjadi solusi hakiki. Dan suarakan semua kerusakan yang nyata ini untuk membuka mata umat bahwa bukan diam solusinya tapi solusinya adalah bagaimana kita kembali kepada fitrah kita. 

Mari kita ajak umat berfikir bahwa tidak akan ada keadilan di sistem yang tidak menyediakan keadilan, tidak ada kesejahteraan di sistem yang tidak menjamin kesejahteraan, tidak ada keamanan di sistem yang tidak menjamin keamanan dan tidak ada kemuliaan di sistem yang tidak memberikan kemulian pada diri setiap orang.
Wallahu a'lam bi shawab