-->

Kurikulum Berganti, Akankah Jadi Solusi?


Oleh : Bunda Hanif 

Kurikulum Merdeka Belajar akan segera digantikan dengan Kurikulum Deep Learning. Hal ini disampaikan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Menurut Mu’ti, deep learning bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Tiga elemen utama yang digagas deep learning, diantaranya adalah :
Pertama, mindful learning yang tegak atas prinsip bahwa setiap murid berbeda.
Kedua, meaningful learning yang bertujuan untuk mendorong pikiran dan keterlibatan murid dalam belajar.
Ketiga, joyful learning yang menekankan kepuasan dan pemahaman yang mendalam dalam proses belajar. 

Banyaknya media yang memberitakan bahwa mendikdasmen akan menerapkan deep learning, membuat isu perubahan kurikulum mengemuka, Rakyat sudah memiliki persepsi bahwa ganti menteri ganti kurikulum Hal ini juga memunculkan pertanyaan kritis mengenai visi pendidikan serta target output yang hendak dihasilkan.

Kualitas pendidikan di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain di dunia masih tergolong rendah. Berdasarkan peringkat dari Word Population Review 2021, Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 78 negara dalam pemeringkatan pendidikan dunia. Indonesia pun masih kurang maju bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura yang berada di peringkat ke-21, Malaysia di peringkat ke-38, dan Thailand di peringkat ke-46. (Muslimahnews.com, 15-11-2024)

Beberapa masalah yang sampai saat ini masih menjadi catatan hitam dalam sistem pendidikan Indonesia di antaranya adalah problem perubahan kurikulum, kurangnya fasilitas sarana dan prasarana, sistem zonasi, masalah peserta didik. Belum lagi jaminan kesejahteraan bagi para guru. 

Masalah pendidikan sangatlah kompleks dan membutuhkan penelaahan pada berbagai pilar yang menopang penyelenggaraannya. Output pendidikan juga menjadi salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Pendidikan kita saat ini memiliki sejumlah masalah yang berkaitan dengan moralitas peserta didik, selain masalah kognitif seperti numerasi, literasi dan saintek.

PR besar lembaga pendidikan hingga saat ini adalah banyaknya kasus perundungan yang terjadi di sekolah, Belum lagi tindak asusila yang dilakukan oleh peserta didik. Padahal salah satu peran penting dunia pendidikan adalah mencetak sosok yang ahli di bidangnya dan juga mencerminkan karakter orang berilmu.

Masalah pendidikan yang sangat kompleks tidak bisa diselesaikan dengan meningkatkan aspek kognitif semata. Lebih penting dari itu adalah aspek ketakwaan peserta didik. Inilah yang seharusnya pemerintah perhatikan. 

Pendidikan sejatinya tidak melulu berbicara aspek kognitif saja. Sosok penuntut ilmu seharusnya memiliki karakter khas yang menyandingkan ilmu dan adab, Bahkan ulama-ulama terdahulu, menempatkan adab jauh di atas ilmu. Jika hal tersebut diabaikan, akan dihasilkan lulusan-lulusan yang problematik dan jauh dari ketakwaan. 

Kurikulum yang kerap berganti dengan alasan menyesuaikan perubahan zaman dan tuntutan dunia industri, sebenarnya mencerminkan ketidakjelasan visi pendidikan. Pendidikan saat ini seolah-olah dirancang hanya untuk menghasilkan output pekerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Penguasaan teknologi merupakan hal yang penting, namun, prinsip-prinsip mendasar pendidikan seperti aspek moralitas/ketakwaan, filosofi keilmuan yang jernih hingga integrasi ilmu dengan kehidupan adalah perkara juga tak kalah penting dan seharusnya tidak luput dari perhatian pemerintah.

Jika kita tengok ke belakang. Sejarah telah membuktikan bahwa kurikulum pendidikan Islam bersifat unik dan khas. Kurikulumnya dirancang untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Ciri khas dari generasi ini adalah ketakwaannya. Generasi yang bertakwa mampu memahami arti dari ilmu dan kebermanfaatannya untuk kemaslahatan umat. 

Dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik diberikan pemahaman agama disamping penguasaan terhadap sains dan teknologi. Pemahaman terhadap agama akan mempengaruhi cara berpikir dan sikap seseorang. 

Visi pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam. Peserta didik akan memahami bahwa ilmu yang mereka miliki dapat mewujudkan kemaslahatan umat. Sehingga mereka mengembangkan ilmu tersebut dalam berbagai inovasi dan penguasaan teknologi yang pada akhirnya digunakan untuk kemaslahatan umat.

Negara memahami kewajibannya sebagai pelayan rakyat sehingga berupaya maksimal mempersiapkan generasi terbaik melalui sistem pendidikan yang merata dan berkualitas. Pemerintah menyadari bahwa pendidikan merupakan hak semua warga, karenanya harus diupayakan semaksimal mungkin. Salah satunya adalah dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, bahan ajar, media pembelajaran dan lain sebagainya. Biaya pendidikan pun ditanggung oleh negara sehingga warga yang miskin pun tidak kesulitan mendapatkan pendidikan. 

Inilah yang pernah terealisasi dalam sejarah peradaban Islam. Islam mampu menjadi mercusuar dunia. Banyak ilmuwan yang lahir dari sistem pendidikan pada masa kejayaan Islam. Banyak ilmuwan muslim yang namanya tercatat dalam sejarah maupun berbagai buku yang turut dicatat oleh peradaban Barat. 

Bagaimana pendidikan Islam bisa mencapai kegemilangannya? Ini semua karena fondasi akidah yang kukuh. Bergantinya kurikulum tidaklah menyelesaikan problematika pendidikan. Yang harus kita lakukan adalah kembali pada sistem pendidikan Islam yang telah terbukti melahirkan generasi emas. 

Wallahu a’lam bisshowab